AADJ - 3. Seribu Alasan Alan

70 30 41
                                    

Waktu menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Seperti biasa, Jihan sudah berada di ruang makan untuk sarapan bersama mamanya.

"Papa, masih lama ya ma?" tanya Jihan sambil mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

"Hari minggu kayaknya pulang," jawab Luna.

"Oh gitu ya. Jihan kangen banget sama papa ma," jujur Jihan.

Jihan adalah adalah pertama dan satu-satunya di keluarga ini. Ayahnya bernama Heru Sudirman. Kini sedang bekerja di daerah Banten.

"Ma, Jihan udah selesai. Jihan pamit ya ma," ucap Jihan.

"Minum susu dulu!" perintah bu Luna sambil menunjuk segelas susu rasa coklat.

Jihan mengambil segelas susu tersebut, lalu meneguknya sampai tandas.

"Jihan pamit, Assalamualaikum," pamit Jihan sambil mencium punggung tangan ibunya.

Jihan mulai melangkahkan kakinya. Kemudian memasuki mobil merah miliknya. Jihan merogoh kunci mobil yang berada di saku kemejanya. Lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan standart.

"Pagi pak Kadir, " sapa Jihan pada Pak Kadir.

Seperti biasanya, Pak Kadir mengambil alih mobil milik Jihan. Lalu, memarkirkan mobil milik Jihan di lahan parkir yang masih kosong.

Jihan tidak menunggu lama. Pak kadir kembali untuk memberikan kunci mobil.

"Makasih pak Kadir." ucap Jihan.

"Iya, sama-sama." sahut pak Kadir.

Jihan lalu memasuki kelasnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sudut-sudut kelas. Masih beberapa anak yang baru datang.

Karena hari ini jadwal piket Jihan, Jihan mengambil sapu yang berada di bangku paling belakang. Lalu mulai melakukan kewajibannya membersihkan debu-debu yang mengotori lantai kelasnya.

"Selamat pagi! Chiko datang membawa sejuta kerinduan," ucap Chiko ceria.

"Ga waras lo chik," sahut Jihan.

Waktu menunjukkan pukul 7 kurang 20 menit. Kini, suasana kelasnya cukup ramai.

"Han, ikut gue ke kantin yok!" ajak Chacha.

"Mager gue Cha," sahut Jihan.

Mendengar ucapan Jihan membuat Chacha mengerucutkan bibirnya.

"Lagian juga kurang 15 menit lagi masuk," ucap Jihan.

'Tet..tet..tett'

Belum berbunyi sebanyak 3 kali, menandakan bahwa akan mulai pelajaran.

"Nah kan, baru gue bilang. Udah peka tu belnya," ucap Jihan sambil terkekeh pada Chacha.

Semua seketika menduduki tempat duduk masing-masing. Masih terasa ramai, apalagi para cowok. Entah apa yang mereka bicarakan.

"Woi!! Kalian diem dong!! Bu Ririn orangnya on time!" terang Jihan dengan nada tinggi.

Para cewek seketika diam. Para cowok pun juga seketika diam. Bila Jihan telah mengeluarkan ucapan nya dengan nada tinggi. Seketika mereka menurut saja. Karena kelakuan cewek bar-bar ini bisa di luar nalar. Jihan bisa mencatat nama para cowok yang susah di atur lalu menyerahkannya ke BK. Sungguh bar-bar, mama dari itu para cowok menurut saja.

"Lang,pimpin doa dong!" perintah Jihan pada Gilang.

Gilang tak menjawab. Ia menarik nafasnya dalam-dalam.

"Sebelum mulai pelajaran, marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa. MULAI!!" ucap Galang membuat semua menunduk berdoa.

"SELESAI! " sahut galang dan semua teman kelasnya serentak mendongak.

ANTARA ALAN DAN JIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang