AADJ - 9. Sebuah Kebencian

32 6 0
                                    

HALO, HARI INI AKU DOUBLE UPDATE, YUHUU!! YEAY!! GIMANA? KALIAN LAGI NGAPAIN. TERUS BACA ANTARA ALAN DAN JIHAN YEAY!!

SELAMAT MEMBACA❤

****

Tak lama kemudian, Alan sampai di depan gerbang rumahnya. Tak membutuhkan waktu lama, karena jarak rumah Alan dan Jihan hanya terjeda beberapa rumah saja.

Alan langsung membuka gerbang besi di hadapannya, memasukkan motor ninja merahnya kedalam garasi. Alan mengedarkan pandangannya ke garasi ada mobil putih terpampang jelas dimatanya. Mobil siapa lagi kalau bukan mobil papanya.

Alan berada di depan pintu utama dengan perasaan was-was. Biasanya papanya selalu mengintrogasi setiap Alan pulang dari rumah.

"Alan pulang."ucap Alan sambil mendorong pintu kedalam.

"Tumben pulang sore." cibir papa Alan yang kini berada di sofa sambil membaca koran seperti biasanya.

Alan tak menjawab, ia melangkahkan kaki menuju kamarnya.

"Alan! Mana sopan santun kamu terhadap papa!" ucap Papa Alan sedikit ngegas.

Tak sampai memasuki kamarnya, langkah Alan terhentikan oleh seorang wanita paruh baya. Siapa lagi kalau bukan mamanya, Anik Nilawati.

"Alan, apa kamu tidak mau berdamai dengan papamu?" ucap Anik sedikit memohon agar hubungan antara anak dan suaminya sedikit membaik.

"Sepertinya Alan belum bisa ma, Alan" jujur Alan.

"Tapi dia masih papa kamu nak, dia yang sudah membiayi sekolah kamu. Juga sudah mencari nafkah untuk kita semua." tutur Anik dengan suara sedikit gemetar.

"Akan Alan coba." balas Alan.
"Alan mau mandi dulu ma"

Anik hanya bisa mengangguk mengiyakan ucapan putra bungsunya. Anik menyusul sang suami yang kini berada di sofa ruang tamu.

"Pa." panggil Anik.

"Kenapa ma?" tanya Ardana papa Alan lalu meletakkan koran-koran yang sebelumnya berada di tangannya.

"Mama mohon, jangan terlalu keras mendidik Alan."

"Anak itu lagi, kalau di biarkan semakin menjadi-jadi Ma. Lihat saja pergaulannya mengikuti geng motor, suka bolos, dan susah diatur." Terang Ardana geram akan sifat putra bungsunya.

"Wajar Pa, dia masih remaja. Masih mencari jati dirinya. Papa jangan terlalu mengekang dia." balas Anik dengan tatapan sendu.

"Terserah Mama." ucap Ardana lalu meninggalkan Anik dan melangkah menuju dapur.

****

Waktu menunjukkan pukul 7 malam, Alan masih tidak mau keluar dari kamar. Anik, mama Alan seolah cemas memikirkan sikap putra bungsunya itu. Tanpa ragu, Anik langsung menyusul Alan di kamarnya.

'Tok...tok...tokk'

Alan dari dalam mendengar ketukan pintu, sudah mengira siapa lagi kalau bukan mamanya.

"Kenapa Ma?" tanya Alan.

"Buka pintunya sayang." Pinta Anik.

Tanpa ingin membuat Anik menunggu, Alan langsung membuka pintu dengan cepat.

"Ayo kita makan malam.Kamu belum makan kan?" ajak Anik.

"Alan nggak laper ma." tolak Alan.

Anik tau, bahwa Alan berkata seperti itu hanya untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan dari Ardana, papa Alan.

ANTARA ALAN DAN JIHANWhere stories live. Discover now