VIII

23.8K 2.6K 155
                                    

Andrea naik ke lantai lima puluh dimana ruangan CEO—Arya Atmodjo berada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Andrea naik ke lantai lima puluh dimana ruangan CEO—Arya Atmodjo berada. Ia merapikan pakaian hari ini yang hanya memakai sweatshirt dan celana kain hitam yang membuatnya tampak biasa-biasa saja.

Ia menarik napas sebelum mengetuk, sayangnya Hanung Sudirman ada di depannya dengan raut wajah terkejut menemukan Andrea ada di depannya.

"Nona Andrea, sudah ditunggu sejak tadi oleh Pak Arya." kata Hanung pada Andrea.

Andrea mengangguk dan merapikan sisi anak rambutnya yang selalu keluar dari ikatan itu. "Terima kasih Pak Hanung."

Hanung membuka pintu lebih lebar guna memudahkan Andrea untuk masuk ke dalam ruangan penuh magis itu. Belum apa-apa Andrea sudah mulas saja. Andrea yakin kali ini, intuisinya tentang Arya Atmodjo sangat kuat, pria itu bisa saja membawa pengaruh negatif untuknya.

Pintu besar itu akhirnya ditutup oleh Hanung, Andrea bisa melihat pria berkuasa di FGM itu tengah menatap langit Jakarta yang sangat cerah, ya tidak secerah hati Andrea yang sedang mendung pokoknya!

"Pak," kata Andrea pelan berusaha agar tidak mengejutkan Arya.

Arya membalikkan tubuhnya, gayanya masih sama. Kedua tangannya yang berada di dalam saku dan mata abunya yang menyiratkan kemagisan di dalamnya.

"Saya sudah menunggu kamu sejak tadi, duduk lah." ia mempersilakan Andrea duduk di salah satu sofa beludru hitam itu.

Ruang kerja Arya memang dominasinya berwarna hitam. Sangat hitam seperti aura dark yang Arya keluarkan saat ini.

"Bagaimana, Pak? Saya jadi bekerja dua kali dalam sehari ya?" tanya Andrea sambil membetulkan kacamatanya yang turun.

Arya menuangkan air untuk Andrea. Yang jelas bukan air mineral dan itu adalah cairan merah pekat, apa lagi kalau bukan wine?

"Itu terserah kamu, sepintar kamu membagi shift-nya. Atau tidak, kamu keluar dari kreatif saja, itu lebih efisien." jawab Arya tanpa dosa.

Wong gendeng! "Oh, saya nggak bisa melepaskan kreatif, Pak. Ya sudah, saya akan terima dua pekerjaan ini. Lagi pula, hanya satu bulan kan, Pak?"

Arya tersenyum miring sebelum duduk di sofa yang ada di hadapan Andrea. Pria itu memberikan sebuah tab pada Andrea, yang Andrea pahami itu adalah jadwal dari Arya Atmodjo.

"Ini jadwal saya, itu jadwal yang tidak akan bisa diubah untuk satu minggu ke depan. Kecuali, jika saya mendapatkan urgent, kamu harus bisa menata jadwal saya kembali."

Andre mengangguk paham. "Hanya itu?"

"Menurut kamu? Buka drive itu dan lihat satu persatu kegiatan saya selama satu bulan."

Andrea membuka drive bernama bulan Agustus itu. Ia melihat jadwal Arya Atmodjo besok sangat padat, dan terutama di malam hari.

"Saya besok tetap akan berada di Menajam Langit, Pak." kata Andrea mempertahankan argumen dan keinginannya.

The Player VS The Playing | TAMAT✔Where stories live. Discover now