XVII

20.4K 2.1K 27
                                    

Malam dimana ia diantarkan pulang oleh Bagus setelah lembur Rani memergokinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam dimana ia diantarkan pulang oleh Bagus setelah lembur Rani memergokinya. Andrea di ledek habis-habisan oleh Rani dan gadis itu malah mengatakan kemungkinan terburuk bahwa cintanya akan bertepuk sebelah tangan.

Padahal, Andrea yakin Bagus bukan orang yang seperti itu. Rani dan otak rasionalnya adalah hal yang dibenci oleh Andrea. Sebagai sahabatnya yang sudah memiliki pengalaman dalam percintaan, Rani mengatakan bahwa Bagus tidak sebaik penampilannya.

Banyak good boy yang berubah menjadi harsh boy ketika berhubungan, dan Rani tidak menyetujuinya.

"Tapi Ran, kita belum tahu pribadi aslinya! Kamu nggak boleh seenaknya judge Bagus kayak gitu dong!" kata Andrea membela Bagus.

Rani mengangguk santai. "Aku tahu, ini pertama buat kamu, Ndre. Tapi.. Aku kurang sreg kalau itu Bagus. Ada nggak sih, cowok lain di kantor yang naksir kamu, Ndre?" tanya Rani.

Andrea seketika menegang ketika mengingat perkataan Arya di ruangannya. Pria gila itu memang berhasil membuat konsentrasi Andrea pecah seharian ini.

"Ada.. Ran."

Rani tersedak dengan nasi goreng yang sedang berusaha ia telan dan memandang Andrea tidak percaya. "Serius?"

Andrea mengangguk. "Tapi, Ran.. Aku suka sama Bagus."

"Itu bukan suka beneran, Ndre. Kamu itu lebih mengagumi dibandingkan suka."

"Apa bedanya? Aku mengagumi dia dan menyukai dia." kata Andrea.

Rani menggelengkan kepalanya. "Ada nggak sih, orang yang bikin kamu malu bertindak? Malu untuk mengatakan sesuatu hal yang harusnya sejalan dengan otak kamu tapi tidak pernah kamu lakukan untuk orang itu?"

"Ha?" tanya Andrea tidak mudeng. "Gimana sih, Ran?"

"Intinya, orang yang bikin kamu degdegan, salting kalau ketemu sama dia. Ada nggak?"

Andrea mengangguk. "Ada."

"Siapa?" tanya Rani penasaran.

"Bagus," jawab Andrea.

Rani berdecak malas, lagi-lagi Bagus. "Bukan, aku yakin bukan Bagus."

"Terus?"

"Kamu dan Bagus itu hanya cocok jadi teman sekantor aja. Percaya sama aku, Ndre!"

"Ih! Kamu ini! Bukannya mendukung, lah aku memang suka sama Bagus!" ujar Andrea yang semakin emosi.

Rani menarik napasnya. "Begini, Andrea. Hukum pertama dalam hubungan antara pria dan wanita adalah, wanita harus jadi pihak yang di kejar."

Kening Andrea berkerut mendengarnya. "Kenapa kayak begitu?"

"Karena memang sepatutnya seperti itu. Wanita tidak boleh mengejar laki-laki."

The Player VS The Playing | TAMAT✔Where stories live. Discover now