XVIII

20.6K 2.2K 39
                                    

Matteo Lubis menendang tulang kering Arya yang disambut pelototan oleh pemuda itu

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Matteo Lubis menendang tulang kering Arya yang disambut pelototan oleh pemuda itu. Arya pikir, Matteo Lubis sudah gila. Di saat putrinya sudah ada di depannya, dan ia setengah mati memancing kemarahan pria itu malah dihadiahi tendangan di tulang keringnya? Semua ini gara-gara Andrea yang menangis! Bukannya menerima pernyataan cintanya, Andrea malah menangis kencang dan membuat Arana khawatir.

"Kau! Sudah Om katakan, kau tidak boleh naksir pada Natte!" ujar Matteo Lubis dengan kesal.

Pradipta hanya tertawa, melihat putra sulungnya menderita dan ia sama sekali tidak mau menolong anaknya.

"Om!" bentak Arya. "Aku memang tertarik pada penampilannya yang udik itu!"

"Apa kamu bilang!? Udik? Wah... Pradipta!" kesal Matteo pada Pradipta. "Putramu ini memang setengah gila, dia naksir pada putriku tapi malah menghinanya!"

"Aku tidak menghina Andrea!" sekali lagi Arya berteriak. "Aku mengatakan kenyataan!"

"Pradipta, katakan pada putramu untuk menjaga batasannya pada Natte, putriku! Demi Tuhan, aku tidak akan membiarkan Arya jadi menantuku!"

Arya terkekeh pelan mendengarnya. "Lihat saja nanti, belum tahu rasa kalau aku sudah mencuri hati Andrea,"

"Arya!" geram Matteo kesal.

Pradipta menghela napasnya kesal. "Arya," kata pria itu dengan mendominasi. "Bukan saatnya kamu bersikap kekanakan seperti ini. Natte belum siap dengan kamu."

Arya mendengus mendengarnya. "Gadis itu terlalu kaku, bukan belum siap."

Matteo sekali lagi ingin menyiksa Arya. Namun Pradipta malah memotongnya. "Apa kamu tidak bisa melakukan pendekatan, Arya? Papa yakin kamu bukan pria bodoh."

Arya menatap Papanya tak percaya, ia baru saja disebut bodoh? Oleh Papanya sendiri? "Papa mengatakan aku bodoh?! Lalu bagaimana dengan pria ini!" tunjuknya pada Matteo. "Putrinya sudah ada di depannya, tapi pria ini malah diam saja seolah patung yang tak bisa berbicara!"

Matteo mendengus dan memutarkan bola matanya malas. "Diberi pernyataan cinta saja dia sudah shock, bagaimana bisa Om mengatakan kalau Om adalah ayahnya, Arya? Plis, Andrea keluar dari rumah sejak usia dia kecil, dan Om yakin dia sudah lupa akan wajah Ayahnya!"

"Lalu siapa yang salah di sini? Aku sudah membantu Om, kalau Om sampai menolak aku untuk menyukai Andrea, sama saja Om itu tidak berpikir rasional!"

"Kamu pikir Om tidak berpikir matang-matang? Dimana otak kamu, Arya? Om nggak yakin kalau kamu adalah the best eligible bachelor in the world, something was wrong here. What earth on doing right now? Kamu memang membantu Om, Om berterima kasih akan hal itu. But please, take care my daughter, Arya.."

Arya tersenyum mendengarnya. "Om ingin aku menjaga Andrea, ya?"

"Ya," jawab Matteo tegas.

"Kalau begitu, hanya ada satu yang aku inginkan."

The Player VS The Playing | TAMAT✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum