XXVII

20.7K 1.9K 7
                                    

"Setelah bikin geger satu kantor, ternyata lo juga tukang diem-diem dan nggak pernah mau cerita sama teman lo sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setelah bikin geger satu kantor, ternyata lo juga tukang diem-diem dan nggak pernah mau cerita sama teman lo sendiri. Gue jadi curiga, gue di anggap teman atau nggak sama lo." gerutu Kaia yang baru saja diberikan satu set kebaya dan rok kain songket untuk acara pernikahannya.

Sejak kabar tidak mengenakkan di kantor, Andrea di juluki gadis culun yang memiliki affair dengan Direktur. Memang gila, awalnya Andrea tidak menyangka kalau masalahnya akan berkembang sebesar itu. Kaia marah padanya, karena menganggap bahwa gadis itu tidak tahu apa-apa. Sementara Rani sangat senang mendengar apa yang terjadi padanya.

Semua orang di kantor memandang Andrea penuh waspada ketika tahu Andrea adalah kekasih Arya. Termasuk Hamid dan Bagus.

Hamid berubah sikapnya, tegasnya menghilang dan pria itu bersikap santai pada Andrea dan mengubah gaya bicaranya. Sementara Bagus tidak se-friendly di awal. Jangan lupakan Karmila yang masih menganggapnya sebagai musuh, wanita itu masih tidak percaya jika Andrea memiliki hubungan dengan Arya.

Lambat laun, semua orang percaya dengan apa yang dilihat oleh mata mereka sendiri. Andrea sering menghabiskan waktu bersama Arya, pulang bersama ataupun paparazi yang menangkap foto Arya ketika hangout di luar. Itu lah yang membuat Arya lebih suka menghabiskan waktunya di dalam rumah bersama Andrea, atau tidak Arya mengunjungi indekos Andrea.

"Nggak gitu, Kai.. Lagian, aku bingung mau cerita dari mana. Aku pun nggak paham kenapa aku bisa sama Arya."

Kaia mendengus dan membuka paper bag berisi kebaya dan kain songket itu. "Jadi, gue ini bridesmaid lo?"

Andrea mengangguk. "Iya, sama Rani ya, Kaia."

Kaia menatap Andrea haru dan langsung memeluk Andrea. "Astaga.. Sahabat gue, teman gue, ternyata lo enteng jodoh juga. Semoga, setelah ini gue ketularan lo ya, An."

Andrea mengangguk dan membalas pelukan Kaia. "Aamiin, jangan kebanyakan party deh, Kai. Cari di tempat lain jodohnya."

Kaia berdecak kesal. "Ah lo mah, ya udah nanti gue cari di tempat majelis-majelis agama."

Andrea menjentikkan jarinya. "Nah itu benar!"

Kaia memutarkan bola matanya dengan malas. "An, lo kenapa tinggal di indekos terus, sih? Bukannya Bokap sama Nyokap lo ada di Jakarta sekarang? Kenapa nggak tinggal di sana aja?"

"Besok aku ke sana kok, Kai. Besok sudah mulai pengajian dan segala macamnya. Aku malas sih sebenarnya, tapi demi tradisi ya gimana lagi."

"Terus sahabat lo itu kemana?"

"Rani? Dia kerja, biasanya malam baru pulang, Kai."

"Andrea, lo bisa kenal Pak Arya gara-gara lo jadi sekretaris itu, kan?"

Andrea mengangguk. "Iya, aneh ya, Kai. Padahal aku kesal banget sama dia waktu itu."

"Makanya, An. Kalau benci sama orang ya sewajarnya aja. Jodoh nggak ada yang tahu, gue beneran shock waktu lihat lo di seret di party Alexa dan Alexi."

The Player VS The Playing | TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang