XII

20.7K 2.3K 36
                                    

"Andrea!" panggil Hamid

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Andrea!" panggil Hamid.

Andrea menoleh dan berusaha tidak terlihat baru saja makan. Ia baru saja mengunyah brownies pemberian dari Kaia.

"Iya, Pak?"

"Mana daftar bintang tamu? Tadi pagi waktu meeting kamu hanya baru saja menyebut dua bintang tamu, tiga termasuk Fateh Baranan yang akan didatangkan bersama Ken Maxwell. Kamu tahu kalau kita harus cari bintang tamu untuk lima hari ke depan." omel Hamid.

Andrea lupa, harusnya ia memberitahu Hamid agar urusannya tak panjang lagi. "Saya sudah siapkan, Pak."

"Mana? Terus script buat besok mana?" tagih Hamid.

Produser satu ini memang luar biasa. "Iya Pak, saya akan kirim email Bapak."

Hamid menghela napasnya dan menatap Andrea dengan tegas. "Andrea, saya sarankan kamu lepas pekerjaan kamu dengan Pak Arya."

Andrea ternganga. "Saya juga inginnya seperti itu, Pak. Tapi Pak Arya─"

"Itu semua urusan kamu, kinerja kamu memburuk setelah menerima permintaan dari Pak Arya. Kalau kamu seperti ini terus, kamu menggadaikan program kamu sendiri!"

Semua staf tengah melihat, bagaimana Andrea di damprat oleh kemarahan sang Hamid. Production Assitant, Bagus hanya diam menatap keributan yang disebabkan oleh Hamid.

"Saya janji nggak bakal lalai lagi, Pak. Tadi saya hanya baru saja─"

"Ada apa ini?" tanya Arya yang baru saja datang dengan Hanung.

Hamid menghela napasnya kasar dan menatap Arya. "Pak Arya, saya tahu Anda CEO di sini. Tapi tolong, lihat kinerja yang Anda bebankan pada Andrea berdampak buruk. Bagaimana bisa dia menggarap dua pekerjaan sekaligus?"

Andrea menundukkan kepalanya, ia baru saja mempelajari semua berkas yang ada di drive yang Hanung berikan, jadi ia sampai lupa mengirimkan file bintang tamu yang akan di undang minggu ini.

"Apa benar kinerja kamu memburuk Andrea?" tanya Arya kali ini.

Andrea tak menjawabnya, pria itu menekan semua rasa kesalnya dan menarik napasnya. "Ikut saya ke ruangan, Andrea." perintahnya yang sudah meninggalkan kubikel Andrea.

Hamid berdecih sekali lagi. "Kamu bukan manusia super yang bisa mengerjakan dua pekerjaan secara bersamaan, Andrea. Kamu terlahir sebagai anak komunikasi! Camkan, dan ingat dimana kamu sekarang!" ujar Hamid sambil menunjuk wajah Andrea.

Andrea memejamkan matanya, ia berusaha menahan malu dan menghampiri Arya di ruangan pria itu.

Andrea melihat Arya yang sedang duduk di kursi kerjanya. Jas pria itu sudah terbuka, lengannya yang sudah tergulung hingga siku dan kedua kancing teratasnya yang sudah terbuka dan entah kemana dasinya menghilang.

The Player VS The Playing | TAMAT✔Where stories live. Discover now