Bagian 02 : kesan

10.9K 632 42
                                    

: sapphire belong to moonlight





Gedung - gedung besar menjulang tinggi melingkupi tiap sudut areanya. Kehidupan yang mahal menjadikan taraf hidup seorang Rachelle, gadis yang masuk pada usia dua puluh enam tahun itu harus bekerja keras tanpa pandang waktu sepanjang masa.

Baginya, hidup besok adalah pilihan. Berlanjut atau tidaknya. Dia memang tidak memiliki motivasi tinggi dalam mencapai cita - cita. Tapi Rachel masih memiliki keluarga satu - satunya, yang keduanya harus saling menjaga satu sama lain.

"Kak, Rachel mau pindah tempat kerjaan."

Gabriella masih sibuk menulis jurnal hariannya di laptop usang yang keyboardnya jarang dibersihkan, dan bahkan tampilannya sudah tak memungkinkan lagi untuk digunakan. Sudah tak layak pakai.

Gabriella menatap tak perduli tapi dia mendengarkan dan melirik kilas hanya untuk meyakinkan keseriusan Rachel akan ucapannya.

"Lagi? Kenapa? Bukannya udah nyaman? Gajinya kurang?"

Ella tau kalau adiknya itu bukannya tidak betah, tapi dia rasa pemenuhan itu tidak akan terasa cukup jika Rachel hanya bekerja sebagai SPG (Salles promotion girl). Kebutuhan mereka cukup banyak. Bahkan jika hanya mereka berdua. Lebih tepatnya Rachel, yang harus selalu hidup dengan bermewah - mewahan. Tapi sebetulnya dia tidak malu akan hal itu. Selama dia bekerja keras dan menghasilkan uang banyak, dia akan lakukan itu.

"Ada yang nawarin paruh waktu juga."

"Tapi bakal pergi pagi pulang pagi."

Ella sebagai seorang kakak memperingati, selalu, bagaimana kerasnya kehidupan malam bekerja. Dia tahu adiknya begitu keras kepala, tapi nyaman tidaknya tetaplah yang melakukan Rachel, Ella hanya mampu menasihatinya dengan hati - hati. Dia tahu hati Rachel gampang rapuh.

"Lokasinya dimana? Jangan jauh - jauh."

Rachel menuntaskan senyum yang tertahan kemudian membalas ucapan sang kakak dengan memberitahu dimana letak tempat kerja yang dia rencanakan akan kesana.

"Kamu udah skripsi belum Chel? Jangan sampe gak selesai. Sayang uangnya." Nasihat sang Kakak sebelum Rachel melangkahkan kakinya untuk pergi kuliah pada hari ini.

"Masih semester lima, tenang aja, pasti selesai. Kakak baik - baik di rumah. Kalau aku udah selesai langsung pulang." Rachel mendatangi lagi kursi roda yang menggelayutkan kaki kakaknya itu. Sebenarnya Ella bukan lumpuh, tapi dia sakit, dan tubuhnya sangat lemah. Maka dari itu Rachel mencari nafkah setiap harinya untuk menghidupi kehidupan mereka berdua.

"Yaudah, sana. Hati - hati." Sapa terakhir Ella padanya. Setelah itu Rachel menaiki bus yang biasanya dia tumpangi sampai ke kampus. Hari ini cukup lenggang, mungkin hanya dirinyalah yang selalu menunggangi kendaraan umum di masa Covid seperti ini. Bukan pilihan juga, karena memang kendaraan itu saja yang bisa dia manfaatkan untuk sampai ke kampus.

"Jam berapa ya Kak?"

Tanya seorang pengamen cilik yang sedang duduk bersamanya, di samping Rachel. Jam tangannya menunjukan pukul delapan lewat sepuluh menit. Anak laki laki yang mengenakan topi polos hitam dan kaus oblong itu mengucapkan terima kasih. Merasa penasaran tentang bocah laki laki itu, Rachel akhirnya bertanya perihal yang sedang anak itu lakukan.

"Gak sekolah adek?" Matanya turun dan mendapati anak itu merasa kegerahan dan kelelahan.

"Sekarang sekolahnya pake hape kak, hape aku di rumah cuma ada satu, hape bapak. Tapi kata bapak hapenya lagi rusak, jadi gak bisa sekolah dulu."

SIR | JaehyunWhere stories live. Discover now