Part 2

107K 7.5K 64
                                    

Menjadi bagian keluarga Rara menjadi tantangan terbesar dalam hidup ku. Aku memang telah mengenal Umi dan Abi nya. Tapi jelas aku tidak pernah mengenal kakak nya yang sekarang sudah menjadi suami ku.

Ini mungkin memang sudah jalan hidup ku, acara pernikahan pun berjalan begitu lancar. Saat aku mengiyakan permintaan Rara selang dua hari seluruh keluarga besarnya datang melamar ku.

Dan pada saat itu aku pertama kali melihat Mas Rijal. Dia yang duduk didiapit oleh Abi dan ummi. Wajahnya memang terlihat sangat tampan. Pada saat aku menganggukan kepala sebagai jawaban atas lamarannya, tidak ada reaksi yang begitu ketara. Malah Rara lah yang berlari memeluk dan terus mengucapkan terimakasih kepada ku.

Setelah acara lamaran tersebut, semua berjalan begitu sangkat cepat. Aku memang menyerahkan segala hal urusan pernikahan kepada keluarga ku. Aku memang benar-benar belum pernah memikirkan urusan pernikahan dalam waktu dekat ini. Namun Allah memilki rencana lain untuk hidup ku. Bahkan Allah memberiku bonus seorang anak laki-laki yang tampan dan manis. Namun sayang kami belum begitu dekat.

Rasya nama anak laki-laki itu, ada yang berbeda dengan Rasya. Aku jelas merasakannya. Aku merasa Rasya tidak nyaman ada diantara kami. Atau sebenarnya Rasya tidak suka dengan ku. Melihat dia yang sedari tadi hanya diam dan menyembunyikan wajahnya membuat ku merasa tidak enak.

"Jangan salah paham Ras, dia memang seperti itu" aku lupa disini ada sahabat ku yang sangat mengerti dengan segala tingkah ku. Rara jelas saja dapat melihat kegundahan ku.

Semua orang kini memandang kearah ku, apakah ada cerita yang aku lewatkan.

"Rasya memiliki trauma yang mendalam berkaitan dengan perempuan ..." Mas Rijal menarik nafasnya dengan dalam. Seolah-olah yang akan dia ceritakan sekarang adalah sesuatu yang sangat berat.

"Semua gara-gara si Mega itu, perempuan kurang ajar yang tega menyiksa anaknya sendiri. Sudah puas dia kah sekarang. Kamu juga Mas bukannya Umi dan Abi juga pernah melarang mu menikah dengannya. Di depan mu saja dia bersikap baik dan lemah lembut tapi lihat sekarang di belakang mu Bahakan anaknya saja dia siksa dimana akal sehatnya. Asal kamu tahu Mas dia sengaja mengajak mu tinggal di luar kota agar jauh dari kami. Kamu yang saat itu begitu memujanya jelas saja tidak akan pernah sadar..." Aku segera menggenggam tangan Rara. Mas Rijal hanya dapat menghela nafasnya dengan dalam.

Baru kali ini aku melihat Rara yang begitu emosional, aku rasa selama ini Rara menyimpannya sendiri. Aku melihat Mas Rijal, Dia seperti ingin berbicara tetapi tidak jadi. Entah keraguan apa yang sedang dihadapinya.

"Maaf, Abi Umi maafkan Rijal ini memang semua salah Rijal." Akhirnya, aku mendengar suaranya kembali. Memang bagaimana pun ridho Alloh tergantung ridho orang tua .

"Sudah Mas, kami sudah ridho dengan apa yang telah terjadi. Tugas mu sekarang mendidik dan mengayomi anak dan istri mu. Pesan Abi tidak pernah berubah jadi laki-laki yang bertanggung jawab." Abi pun melihat kearah ku, lalu Mas Rijal pun menatap mata ku. Aku tahu kita sekarang memang berada di atas kapal yang sama. Aku dan Dia harus sama-sama berjuang.









Bersambung

Jadi Bunda [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang