Part 12

77.2K 6.3K 43
                                    

Sejak hari itu, setiap malam aku akan tidur dengan Rasya. Wajah imut yang selalu aku pandangi setiap malam. Tubuh kecil yang selalu aku peluk meski dalam keadaaan tidak sadar.

Seperti sekarang, dengan gerakan pelan aku terus saja mengelus rambut Rasya. Malam ini kami hanya tidur berdua saja. Tadi setelah Rasya tertidur, Mas Rijal ijin keluar untuk menyelesaikan masalah kantor. Yang membutuhkan penanganan langsung darinya.

Malam-malam yang lalu Rasya tertidur dengan nyenyak. Semoga saja, Rasya tidak terbangun malam ini. Tadi aku sempat menahan Mas Rijal pergi tapi melihat dia yang kalut aku pun tidak mungkin menahannya.

"Jangan bangun ya Dek, tidur nyenyak aja." Aku berbicara sendiri, dengan suara yang rendah. Entah pergi kemana rasa kantuk ku. Jika biasanya aku akan langsung tidur setelah memeluk Rasya tapi untuk kali ini sepertinya aku akan bergadang hingga pagi.

Mau menyalakan televisi takut nanti aku malah menganggu tidur Rasya. Mengapa juga tadi aku malah meninggalkan handphone ku di kamar Rara.

Kembali ku pandangi wajah Rasya yang bersembunyi di dada ku. Napasnya begitu sangat teratur.

"Euhh.. ayah" rasanya jantung ku berdegup dengan kencang. Bagaimana ini sepertinya Rasya akan terbangun. Dan benar saja tidak memerlukan waktu yang lama kedua matanya mulai terbuka.

Aku berusaha menidurkan kembali Rasya dengan menepuk-nepuk pantat nya. Namun sayang Rasya tetap saja terbangun.

Saat pandangan kami bertemu aku segera memberikan senyuman untuknya. Aku berharap Rasya akan baik-baik saja dan tidak kaget melihat kehadiran ku.

"Ayah,, jangan endak mau, mau ayah" akhirnya Rasya menangis dengan kencang. Sebenarnya inilah yang aku takutkan ketika Mas Rijal tidak ada diantara kami. Bagaimana aku bisa meredakan tangisannya.

"Ada apa Ras ?" Tiba-tiba saja Rara membuka pintu dengan kencang. Tangisan Rasya bukannya reda malah semakin kencang. Aku memeluk Rasya dengan erat.

"Lepas, mau ayah" Rasya terus saja berontak dalam pelukan ku. Tapi aku tidak membiarkan dia pergi.

"Ra, tinggalkan kami berdua" pada awalnya Rara terlihat tidak yakin meninggalkan aku pergi. Tapi setelah aku melihat dia dengan penuh rasa percaya diri akhirnya dia pergi meninggalkan kami berdua.

Rasya masih saja menangis dan berontak.

"Bunda sayang adek, Bunda sayang adek" aku terus saja mengulang-ulang kata itu. Sesekali aku mencium kening nya. Tidak lupa satu tangan ku, ku gunakan untuk mengelus rambut Rasya.

Dan setelah setengah jam berlalu akhirnya Rasya kembali tertidur. Entah tertidur akibat rasa nyaman atau tertidur akibat dia kebanyakan menangis.




Bersambung

Jadi Bunda [TERBIT]Where stories live. Discover now