Part 11

77.1K 6.2K 31
                                    

Pada akhirnya aku ikut duduk menemani mereka, tapi dengan jarak kami yang berjauhan. Sebenarnya, aku ingin duduk di samping Mas Rijal. Namun sayang, untuk saat ini aku belum berani melakukannya.

"Bundanya duduk disini boleh ya Dek ?" Tanya mas Rijal kepada Rasya. Aku melihat dengan jelas Rasya menggelengkan kepalanya. Meski sedikit kecewa aku mencoba tetap tersenyum dihadapan Mas Rijal.

"Masa enggak boleh, kan kasihan bundanya duduk di sana sendiri. Nanti kalau bundanya di gigit tikus gimana dek ?" Mendengar perkataan Mas Rijal, membuat ku ingin tertawa. Tidak adakah alasan yang lebih bagus lagi. Masa aku yang sebesar ini di gigit tikus. Yang ada sebelum mendekati ku tikusnya sudah pergi terlebih dulu saking takutnya.

"Sini ada tikus ?" Betapa aku mendambakan suara ini. Suara khas anak kecil yang Rasya keluarkan terasa sangat merdu di telinga ku. Tidak ku sangka perkataan asal dari Mas Rijal dapat membuat suara Rasya keluar.

"Iya, Rasya kepingin lihat ?" Aduh Mas Rijal tuh aneh-aneh saja sih gimana nanti kalau Rasya benar-benar ingin melihat tikus tersebut.

Berbanding terbalik dengan ku, Mas Rijal santai-santai saja. Tapi jelas dapat aku lihat rasa penasaran dalam diri Rasya pun keluar. Melihat dia yang sedikit mengangkat kepalanya menandakan dia tertarik dengan pembicaraan ini.

"Tikusnya juga besar loh Dek ?" Bukan cuma aku Rasya pun memandang Mas Rijal dengan pandangan tidak percaya. ya Allah jangan biarkan kebohongan dari mas Rijal terus berlanjut. Baru saja aku akan memprotes Mas Rijal, tiba-tiba Rasya kembali berbicara.

"Ayah bohong kan ? Jelly tikus badan na kecil. Maca Ayah puna tikus besal.? Bohong itu dosa, enggak boleh nanti Allah malah." Aku benar-benar sedang menahan tawa ku, baru kali ini aku melihat Rasya yang berbicara tanpa beban. Hal seperti inilah yang aku harapkan setiap hari. Mendengar suara menggemaskan dari Rasya.

"Bunda juga pernah lihat, kalau enggak percaya tanya aja ?" Aku melihat Rasya yang melihat kearah ku sebentar. Dari sorot matanya dapat ku lihat Rasya terkejut melihat ku. Dan kali ini dia kembali menyembunyikan wajahnya di leher Mas Rijal.

Sepertinya tadi dia sedikit melupakan keberadaan ku. Tapi setelah mas Rijal mengingatkannya kembali dia berubah seperti biasa. Sebenarnya aku tidak keberatan jika Rasya tidak melihat kearah ku yang terpenting dia dapat mengekspresikan perasaannya.

"Ih kok malah ngumpet sih, Ayo tanya bunda." Beginilah Mas Rijal tidak pernah lelah untuk terus mencoba mendekatkan kami. Meski tidak ada jawaban dari Rasya, tapi aku sangat bersyukur. Setidaknya sudah ada kemajuan dari Rasya. Hingga dia mengijinkan ku duduk menemani mereka di sini.



Bersambung

Jadi Bunda [TERBIT]Where stories live. Discover now