Part 3

93.9K 7K 36
                                    

"Aku percaya sama kamu Ras" Rara menggenggam tangan ku dengan erat. Sorot mata memancarkan harapan yang besar kepada ku. Aku pun juga berharap bisa melewati ini.

Tidak ada suara yang terdengar diantara kami, luka ini masih jelas terasa diantara para keluarga. Bahkan umi pun hanya dapat menundukkan pandangannya, aku juga tahu saat ini umi pasti sedang menahan laju air matanya. Bagaimana tidak, cucu pertama mereka yang harusnya tertawa dengan bahagia. Hanya bisa diam, Rasya akan mengeluarkan sedikit suaranya hanya pada saat di depan ayah dan kakeknya saja.

Bahkan untuk sekedar mengelus rambutnya saja umi tidak bisa melakukannya. Apalagi dengan memeluk erat cucunya tersebut. Untuk saat ini itu adalah hal yang sangat mustahil untuk dilakukan.

Abi mengelus punggung sang cucu dengan sayang. Aku juga tahu Abi pun pasti sedang menahan kesedihannya. Bukan cuma Umi yang ingin dekat dengan Rasya. Rara pun pasti ingin melakukan hal yang sama. Aku yakin sebagai seorang Tante Rara benar-benar ingin memanjakan keponakannya.

"Maaf ya Ras" Mas Rijal pergi membawa Rasya yang sudah tertidur di dalam gendongannya. Aku sangat mengerti, kami memang telah menikah tapi keadaan lah yang tidak menginginkan untuk kami tidur bersama. Demi kebaikan Rasya sejak malam pertama pernikahan kami tidur secara terpisah. Rara lah yang menjadi teman tidur ku, Rara takut aku merasa kesepian maka dari itu aku dan Rara tidur di dalam kamar yang sama.

Jika dipikir secara sekilas untuk apa aku menikah toh semuanya masih tetap sama. Tapi aku tidak boleh egois, ini semua kami lakukan demi kesembuahan Rasya.

"Yang sabar ya Ras, kita lakukan sama-sama. Insyaallah jika Rasya merasakan kasih sayang yang tulus. Umi rasa terauma nya akan segera pulih. Umi hanya ingin cucu umi tumbuh seperti yang lainnya. Umi sangat ingin medengar suara rengekan bahkan tangisannya." Umi akhirnya menangis kedua tangannya menggenggam tangan ku. Jelas aku pun merasakan hal yang sama, tanpa dijelaskan pun aku mengerti perasaan umi.

Akhirnya dimalam pengantin, kami habiskan untuk menangis dan saling menguatkan.




Bersambung

Jadi Bunda [TERBIT]Where stories live. Discover now