08. It's Okay, Bang Jungwoo (2)

5.7K 442 3
                                    


Baca Chapt sebelumnya dulu ya, biar nyambung :)

.
.
.

Kini dua pemuda tengah makan malam dalam diam. Diatas karpet hangat di salah satu kamar lantai 10 dorm Nct 127. Haechan dan Jungwoo. Keduanya asik menyantap makanan. Tidak, hanya Haechan. Karna Jungwoo hanya makan tanpa minat sambil sesekali memperhatikan adiknya dengan tatapan hampa. Akhir-akhir ini pikirannya sering sekali berlabuh jauh. Jadi tak memiliki fokus.

"Tuh kan ga dimakan"

Jungwoo sedikit kaget dan mendapatkan kembali fokusnya. Sejak kapan ia melamun dan malah hanya memegang satu batang sumpit? Itupun terbalik. Dan selama apa ia melamun karna nyatanya makanan Haechan sudah habis tak bersisa.

"Masih laper? Nih makan aja punya gue"

Haechan berdecak,
"Abang makan sepertiganya aja belom ada, lo ga takut kurus bang? Sedih juga butuh tenaga"
Ia kemudian beranjak keluar sambil membawa bekas makannya.

Jungwoo menghela nafas. Kemudian mulai menyuap makanan yang entah sejak kapan rasanya hambar tak seperti biasanya.

Setelah Jungwoo berhasil menghabiskan setengah porsi makanannya, seseorang kembali duduk disisinya sambil meletakkan 3 kaleng minuman soda dihadapannya. Ternyata Haechan. Ia kira Maknae itu merajuk, ternyata hanya mengambil minum.

"Minjem hp lu bang" Permintaan ijin yang tak berguna karna nyatanya tangannya langsung mengambil dan membukannya.

Haechan sedikit tertegun mengetahui apa yang ada didalam hp Jungwoo. Agaknya Jungwoo lupa mengeluarkan pencarian terakhirnya dan masih terpampang dilayar.

Deretan judul berita yang menjadi trending topik. Secara tidak sadar Haechan merasa sedikit gemetar(?). Memang bukan dirinya yang sedang diperhebohkan. Tapi ikut membayangkannya saja ia juga takut.
Pikirannya melayang sejenak membayangkan bagaimana reaksi banyak orang yang ikut memojokkannya semisal itu dirinya. Haechan terbilang cukup kebal menanggapi komentar jahat, tapi itu memang berlaku selagi dirinya tidak merasa bersalah. Lantas bagaimana dengan Jungwoo? Apa yang sedang ia pikirkan? Apakah tidurnya nyenyak? Apa ia baik-baik saja?

Cukup lama Haechan bergelut dengan pikirannya dan masih setia menggenggam ponsel Jungwoo tanpa memindah menunya. Suara sendawa dari Jungwoo lantas menyadarkan atensi Haechan lagi. Rasa ingin menonton JCC lewat hp Jungwoo juga sudah hilang.

Haechan memilih duduk disamping Jungwoo lagi sambil memperhatikan gerakan Jungwoo yang tengah membereskan sisa makanannya. Yang bisa Haechan lihat masih tersisa banyak.

"Lu baca berita bang?"

Jungwoo tersenyum tipis
"Hmm"

Lama sampai Jungwoo benar-benar menyelesaikan kegiatannya.

"Bodoh ya gue Chan" ujarnya lagi

Haechan bingung mau merespon bagaimana. Jadi lebih memilih mendengarkan.

"Gue goblok bgt kenapa juga harus diluar waktu itu"

"Pasti Nctzen kecewa banget sama gue"

"Gue ga bermaksud hancurin kepercayaan mereka, Chan..."

"Penguntit sialan itu, apa mereka ga bisa biarin kita nafas lega sebentar aja?" Helaan nafas berat terdengar jelas

"Gue tau gue gabisa dan gaboleh nyalahin mereka, tapi mereka keterlauan Chan.. " lirihnya matanya sudah berkaca-kaca entah sejak kapan.

Haechan meraih pundak abangnya yang mulai gemetar sambil mengelusnya pelan. Masih belum menanggapi lewat kata-kata.

"Gara-gara gue nama grup kita jadi jelek"

"Maaf.."

"Kalo misal gue harus pergi ninggalin-.."

"Bang!!" Kali ini Haechan menanggapi,
Usapan di pundak Jungwoo juga sudah terhenti, kini tatapan intens yang diberikan oleh Haechan lurus pada mata basah milik Jungwoo. Agak geram karna kenapa Hyung nya ini mudah sekali menyerah.

"Bang, lo ga harus sampe pergi atau apalah itu yang ada dipikiran lo. Lo cuma ngerokok bang, udah itu doang.. Ga ada yang salah dari ngerokok, lo laki lo boleh. Lo ga hina lo ga salah, itu hak lo"

Jungwoo tertegun sesaat
"Gimana sama Sijeuni? Gua yakin mereka kecewa sama gue"

Tatapan Haechan melembut kemudian.
"Bang.., gua yakin mereka pinter-pinter, mereka cerdas dan ga akan nganggap lo seburuk itu sampe nyuruh lo pergi"

"Lo enak Chan, tinggal ngomong"

Jungwoo melengos kedepan, mengalihkan pandangan nya dari Haechan, beralih menatap tembok putih kamarnya. Begitu juga Haechan mengikuti arah pandangan Jungwoo keduanya bersandar pada kasur.

Haechan ber smirk,
"Gue emang gatau rasanya jadi lo bang, gue juga mungkin ga cukup dewasa buat ngerti persisnya lo, tapi gue juga punya tanggung jawab buat mastiin grup kita tetep utuh, gak ada yang boleh pergi"

"Justru gue bersyukur, gue harap ga ada kebohongan lagi abis gini. Biar semua tau lo yang apa adanya, Kim Jungwoo yang asli dan cinta kebebasan, bukan Jungwoo yang soft, cute manis atau apalah itu yang mereka fans liat didepan kamera. Gue juga capek bang, harus berlagak sok imut dan humoris tiap hari padahal hati gue sakit. Manusia bejat mana yang rela kerja sambil ketawa haha hihi sedangkan kakeknya sendiri sekarat di Rumah sakit? Gue bang! Gue merasa berdosa bohongin banyak orang, Sijeuni bahkan diri gue sendiri gue bahkan ga bisa lihat kakek gue buat yang terakhir kali" Helaan nafas panjang milik Haechan terdengar.

Jungwoo tau adiknya ini juga tak selalu baik-baik saja. Bahkan jauh lebih besar memiliki beban. Ia bahkan terlalu sibuk pada dirinya sendiri. Lagi² ia merasa bersalah

"Gue harus gimana, Chan?.." lirihnya

"Gak gimana², cukup istirahat dan lebih tegar besok pagi. Tunjukin kalo lo kuat dan gak kalah, gada yg perlu ditakutin, karna lo ga ngerugiin siapapun disini bang"

Jungwoo benar-benar kehabisan kata-kata. Ia lantas menarik Maknae itu kedalam pelukannya. Ia sedikit tertohok malam ini, justru berguru pada adik bungsu yang kesehariannya merengek minta dibelikan jajanan atau minta ditemani jika kesulitan tidur.
Tapi dirinya juga tidak bisa bohong, membagi bebannya kepada Haechan nyatanya berhasil memberi pengaruh besar baginya. Ia sedikit mendapatkan kewarasannya kembali.

"Makasih banyak.. Jangan cepet gede, dek.." Ujarnya pelan sambil mengusak rambut Haechan.

"Gue coba" final Jungwoo sambil melepaskan pelukannya

Haechan kemudian tersenyum sambil menunjukkan deratan gigi rapihnya.

"Nah.. Gitu dong, bang hihiiii"

.
.
.

END





Hidup dengan kacamata orang lain memang berat. Terlebih jika harus selalu memastikan mereka tidak melihat versi terburuk dari dalam diri kita. Kalau begitu tolong sebutkan siapa manusia paling sempurna didunia!. Bahkan sudah dituliskan digaris takdir tak seorangpun memilikinya.

Jadi jelas, tak usah repot-repot menuntut seseorang untuk sempurna.
Bak orang bodoh yang ikut-ikutan kaget ketika melihat orang lain melakukan kesalahan bahkan ikut menyalahkan.

Hidup didunia hanya sekali, jangan memaksa orang lain tuk menjadi orang lain. Paham?!


Maknae HAECHAN LEE 🐻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang