第七章 Bab 7

47 11 0
                                    

Now playing: Summer Breeze 被风吹过的夏天 by JJ Lin

Zhao Nan keluar dari ruang tamu PickUs beberapa detik setelah Chen Ai keluar. Ia memandang wanita yang sedang berjalan tergesa-gesa itu dari jauh. Pikirannya saat itu dipenuhi berbagai macam pertanyaan dan kenangan. Kami dulu adalah teman baik sekaligus partner mengerjakan tugas di kelas Humaniora. Kenapa sekarang Chen Ai jadi begini? Apa saja yang terjadi selama sembilan tahun terakhir?

Zhao Nan melengkungkan alis ketika ia melihat Chen Ai langsung memasuki mobil dan duduk di samping pengemudi. Orang yang mengemudi mobil itu adalah laki-laki. Jika itu adalah supir Chen Ai, seharusnya wanita itu duduk di belakang. Namun, kenyataannya Chen Ai duduk di sebelah pria itu. Jadi, apakah itu pacar Chen Ai?

***

Luo Wang menghentikan mobil di depan lobi apartemen Chen Ai. "Sudah sampai."

"Terima kasih," ujar Chen Ai datar. Pikiran wanita itu masih melayang ke berbagai tempat.

Luo Wang menggeleng pelan, kemudian menekan tombol pengunci sabuk hingga tali sabuk terlepas tiba-tiba. Chen Ai terperanjat dan mengerucutkan bibir sebal. "Luo Wang, kau mengapa menyebalkan sekali?"

Luo Wang tertawa pelan. "Kau sendiri? Mengapa sejak tadi terus berdiam diri? Kau ini menumpang mobil orang, seharusnya ramah sedikit pada pengemudinya."

Chen Ai menyipitkan mata sambil melirik Luo Wang sekilas. "Suasana hatiku sedang tidak baik, OK? Aku bukan bermaksud mengabaikanmu," ujar Chen Ai sambil menyingkirkan tali sabuk, "besok aku akan mentraktirmu makan siang. Anggap saja sebagai ungkapan terima kasih untuk hari ini."

"Nah ... begitu baru bagus. Sering-sering traktir aku, ya," canda Luo Wang.

"Hei, kau ini atasanku. Seharusnya kau yang lebih sering mentraktir," bantah Chen Ai.

Luo Wang terkekeh. Ia mengulurkan tangan, ingin mengusap puncak kepala Chen Ai. Namun, ketika ia melihat Chen Ai sedang sibuk merapikan isi tas dan mengabaikannya, akhirnya Luo Wang menarik kembali tangannya dan mengurungkan niat.

Aku sudah bukan pacarnya lagi sekarang. Kelihatannya lancang kalau aku melakukan hal seperti itu. Empat tahun lalu adalah saat-saat terindahku. Sayang, aku tidak dapat membahagiakannya. Luo Wang mencengkeram buku-buku jarinya sambil menghela napas.

"Baiklah. Aku turun dulu, ya. Selamat malam," ujar Chen Ai singkat. Setelah itu, ia segera masuk ke lobi apartemennya.

Dari dalam mobil, Luo Wang memperhatikan punggung Chen Ai yang berjalan melewati lobi. Pria itu mengembuskan napas begitu Chen Ai tak terlihat setelah memasuki lift. Sebenarnya, sampai kapan hubungan kita akan berjalan di tempat seperti ini? Berapa tahun lagi yang kubutuhkan untuk mendapatkan hatimu sepenuhnya?

***

Pagi itu, Chen Ai kembali berangkat ke kantor dengan suasana hati dan semangat baru. Tidurnya semalam cukup nyenyak, jadi kondisinya lebih baik hari itu. Chen Ai mengunjungi kantin sebentar untuk membeli segelas teh, lalu masuk ke lift hingga ia sampai di ruang kerjanya di lantai lima.

Ruang kerja Chen Ai sebagai tim public relation di divisi make-up bernuansa merah muda secerah bunga persik. Di dalamnya ada tiga meja kerja minimalis untuk masing-masing wanita di ruangan itu. Di pinggir ruangan, ada beberapa meja konter yang memajang sampel make-up BeLook produksi terbaru.

"Selamat pagi, Liu Nian, Yun Xiang," sapa Chen Ai sebelum ia duduk di tempatnya.

"Pagi, Chen Ai. Suasana hati hari ini sudah membaik?" goda Yun Xiang.

"Iya. Sudah, deh." Chen Ai mengerucutkan bibir sambil menyipitkan mata, lalu menyalakan komputer sambil menyeruput es tehnya.

Hari itu, tim Chen Ai tidak memiliki jadwal pertemuan dengan perusahaan partner lain. Jadi, mereka semua berfokus pada pekerjaan yang bisa dilakukan di kantor, seperti membuat materi konten, teks copy writing, melakukan riset di sosial media, dan lain-lain. Sesekali, salah satu dari mereka menerima dan mengangkat telepon dari klien.

Chen Ai berpikir ia sudah terlalu merepotkan Yun Xiang dan Liu Nian pada pertemuan kemarin. Jadi, sebagai bentuk permintaan maaf dan janji pada diri sendiri, di pertemuan selanjutnya, Chen Ai bertekad untuk bekerja dengan baik dan profesional. Namun, ia tahu bahwa otak dan mulutnya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya ketika ia berada di hadapan Zhao Nan. Jadi, hari itu Chen Ai mengonsep seluruh rangkaian pembicaraan dan materi singkat tentang fitur-fitur pokok yang harus ada di website baru BeLook nanti.

Chen Ai terus memandangi komputer dari pagi hingga siang. Ia juga mematikan mode data di handphone-nya supaya tidak ada notifikasi yang mengganggu. Ia bahkan hampir lupa bahwa jam makan siang sudah tiba kalau Liu Nian dan Yun Xiang tidak berpamitan kepadanya untuk turun ke kantin.

Sampai saat itu, Chen Ai masih terus melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai. Namun, tiba-tiba ruangan Chen Ai yang tenang terinterupsi.

"Chen Ai, kemarin kau bilang kau akan mentraktirku siang ini. Tapi sekarang? Kau malam sibuk seperti kuda di sini. Bahkan telepon dariku tak kaujawab." Luo Wang memasuki ruangan Chen Ai tak berpamitan, lalu berjalan mengitari kursi wanita itu.

"Manajer Luo, kau sendiri apa tidak punya pekerjaan?" tanya Chen Ai sambil melengkungkan alis memandang Luo Wang yang terus berjalan tak tentu arah di belakangnya. "Aku mentraktirmu besok lusa saja. Aku akan sibuk selama dua hari ini."

Luo Wang tersenyum masam. Ia melihat ke sekeliling ruangan Chen Ai. Rekan-rekan wanita itu sepertinya sudah bersantai di kantin. Mengapa Chen Ai masih sibuk sendirian sekarang?

"Di mana Yun Xiang dan Liu Nian? Mengapa kau sibuk sendirian di sini?"

"Aiya ... ini memang tugasku. Mereka sudah selesai membuat teks copy writing, jadi mereka makan siang dulu di bawah. Aku belum menyelesaikan tugasku, jadi aku melanjutkan ini dulu."

"Lalu kapan kau akan makan siang?"

"Tidak tahu. Luo Wang, kau jangan mengganggu dulu. Jika kau terus mengajakku berbicara di sini, waktu makan siangku akan semakin tertunda."

Luo Wang menghela napas. "Baiklah. Kau bekerja di sini dulu. Aku akan ke kantin sebentar."

"Iya, iya. Bye. Selamat makan," sahut Chen Ai sekenanya. Pikirannya masih tertuju pada materi konsep yang panjang mengalir di komputer.

Luo Wang menyunggingkan senyum paksa. "Bye." Setelah itu, ia keluar dari ruangan Chen Ai.

Jika pria itu benar-benar keluar dan tidak kembali lagi tanpa membawa kejutan manis, maka pria itu bukan Luo Wang namanya. Buktinya, sekarang pria itu masuk lagi ke ruangan Chen Ai dan membawa dua kotak bento dan dua gelas minuman di tangannya. Chen Ai sampai membelalak tak percaya.

"Luo Wang, kau ...." Chen Ai kehabisan kata-kata untuk mengomentari perlakuan Luo Wang padanya. "Kotak bento itu untuk apa?" tanyanya kemudian.

"Ini untukmu. Ada susu cokelat yang kau suka juga," jawab Luo Wang sambil meletakkan sekotak bento dan segelas minuman di atas meja kerja Chen Ai. Ia menarik kursi di seberang meja Chen Ai, lalu membuka kotak bentonya sendiri.

Chen Ai terperangah. Ia membuka mulutnya, hendak memberi tanggapan lagi. Namun, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Akhirnya, ia hanya bisa berkata, "Terima kasih, Luo Wang."

Luo Wang mengangkat jari telunjuk dan menggoyang-goyangkannya di depan Chen Ai. "Tidak perlu berterima kasih. Kita ini teman baik. Sudah seharusnya aku melakukan ini," ujarnya santai, "kau makan saja yang banyak supaya tetap sehat." Pria itu menepuk punggung tangan Chen Ai sambil memandang wanita itu dengan lembut.

Chen Ai merasa ada kehangatan yang menjalar di tubuhnya ketika Luo Wang menyentuh punggung tangannya. Ia tersenyum penuh haru sambil mengangguk patuh. Pria itu begitu perhatian, ada di sisinya setiap saat, selalu membantunya setiap kali ia membutuhkan. Namun, mengapa kehangatan yang diberikan Luo Wang hanya bisa bertahan sebentar saja? Pria itu tidak pernah benar-benar membuat jantung Chen Ai berdegup kencang.

Luo Wang begitu baik. Tetapi mengapa Chen Ai tidak bisa jatuh cinta pada pria itu?

Heal A Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now