第二十七章 Bab 27

25 6 0
                                    

Now playing: Zhi Shi Tai Ai Ni 只是太爱你

Di pagi hari yang cerah di awal musim semi, Chen Ai berangkat ke kantor BeLook sambil membawa sebuket bunga. Bunga itu bukan dari siapa-siapa dan bukan untuk siapa-siapa. Chen Ai membeli untuk dirinya sendiri, untuk menghadiahi hatinya yang kini sedang berbunga-bunga. Sesampainya di ruangan public relation, Chen Ai memasukkan bunga itu ke vas keramik yang ada di pinggir meja kerjanya.

"Waw, waw, waw ... Chen Ai, bunga ini dari siapa?" tanya Yun Xiang dan Liu Nian sambil mendekati meja Chen Ai.

"Bukan dari siapa-siapa. Aku membelinya sendiri di toko bunga dekat apartemen," jawab Chen Ai jujur.

"Ah, begitu rupanya. Untuk apa?" tanya Liu Nian lagi.

"Menghias meja," sahut Chen Ai singkat. "Sudah, sudah. Ayo, kembali bekerja." Ia mengibaskan tangan beberapa kali untuk menyuruh rekannya kembali ke meja masing-masing.

Chen Ai duduk di kursinya sambil menyunggingkan senyum. Ia pun menyalakan komputer, lalu mengaktifkan handphone. Begitu membuka kalender, ia pun teringat dengan to do list-nya hari ini. Ia bangkit dari kursi, lalu ke luar ruangan. Setelah berjalan beberapa langkah, Chen Ai baru ingat bahwa Luo Wang kini sudah dipromosikan. Pria itu tidak bekerja di lantai yang sama dengannya lagi. Memikirkan dari sisi praktis, akhirnya Chen Ai memutuskan untuk kembali ke ruangannya dan mengabari Luo Wang lewat WeChat.

Chen Ai: Luo Wang, siang ini apa kau ada waktu luang? Apa kita bisa makan bersama?

Beberapa saat kemudian, Luo Wang mengirim balasan.

Luo Wang: Tidak masalah. Aku akan menemuimu di depan ruang kerjamu nanti.

***

Sudah lama sejak terakhir kali Luo Wang memberi tumpangan mobil untuk Chen Ai. Wanita itu belakangan ini terlihat seperti tidak membutuhkannya lagi. Namun, kali ini Chen Ai mengajaknya makan siang bersama. Ia tidak tahu apa yang hendak Chen Ai bicarakan pada makan siang kali ini, tetapi tak dapat dipungkiri Luo Wang senang bisa makan bersama wanita itu lagi.

Luo Wang memarkirkan mobil di area parkir Restoran Din Tai Fung sesuai permintaan Chen Ai. Chen Ai sebenarnya ingin sekalian bernostalgia dengan momen-momen pertamanya bersama Zhao Nan beberapa bulan lalu. Ia dan Luo Wang turun dari mobil bersama dan memilih tempat duduk di dekat meja dekat dinding. Setelah memesan makanan, Luo Wang langsung bertanya pada Chen Ai.

"Hari ini kau mengajakku ke sini, apakah ada hal yang ingin disampaikan?"

Chen Ai menggigit bibir bawah. "Ada, tapi mungkin sebaiknya kita tidak membahas itu sekarang. Kita makan saja dulu," jawabnya.

"Baiklah." Setelah itu, Luo Wang mengalihkan pembicaraan pada topik-topik lain.

Belasan menit kemudian, pelayan restoran datang sambil membawakan makanan. Selagi pelayanan meletakkan piring-piring makanan di atas meja, Luo Wang menatanya supaya tersedia ruang untuk menaruh piring nasi. Chen Ai pada awalnya ikut membantu, tetapi tiba-tiba fokusnya teralih pada hal lain.

Pintu depan restoran terbuka dan seorang pria masuk, lalu langsung berjalan menuju barisan Take Away di depan meja konter kasir. Chen Ai mengerjapkan mata sekali untuk mengonfirmasi penglihatannya. Pria itu benar-benar Zhao Nan.

Zhao Nan, kantormu jauh dari sini. Mengapa kau sampai datang ke restoran ini untuk makan siang? Kuharap kau sedang merasakan perasaan yang sama denganku; ingin mengenang momen-momen awal kita bersama, batin Chen Ai sambil menghela napas. Ia terus menatap Zhao Nan, sampai tak sadar bahwa Luo Wang masih hadir di hadapannya.

"Chen Ai, kau melihat apa?" tanya Luo Wang sambil mengikuti arah pandang Chen Ai. Ia berpikir wanita itu sedang melihat ke menu highlight di atas kasir. "Kau mau memesan menu tambahan?"

Chen Ai tersenyum tipis, lalu menggeleng. "Tidak usah."

Luo Wang pun mengangguk dan mulai mengambil lauk pauk ke piringnya sendiri. Kemudian, ia menambahkan sepotong daging sapi yang sangat empuk ke piring Chen Ai. "Chen Ai, kau makanlah."

"Terima kasih," sahutnya sopan. Sebelum menyantap makanannya, Chen Ai menyempatkan diri untuk melihat ke arah Zhao Nan sebentar. Chen Ai sedikit tersentak ketika melihat pria itu sudah memperhatikannya sejak beberapa detik yang lalu.

Zhao Nan entah sejak kapan menoleh ke area tempat makan dan mendapati Chen Ai di sana. Ia melayangkan tatapan datar yang tajam pada Chen Ai. Wajahnya tertekuk-tekuk tidak nyaman. Beberapa saat setelah bertemu pandang dengan Chen Ai, ia pun kembali berpaling ke arah meja kasir sambil menunggu pesanannya tiba.

Chen Ai mengembuskan napas tegang. Apa kau masih marah? Chen Ai mengusap kepala dan menggaruknya beberapa kali. Ia pun menyantap makanannya tanpa nafsu sama sekali.

Beberapa menit kemudian, Zhao Nan selesai dengan urusannya dan keluar dari restoran tanpa menoleh pada Chen Ai. Chen Ai menggigit bibir sambil menunduk, lalu menghela napas. Entah ia sudah menghela napas berapa kali hari ini. Kata Zhao Nan, menghela napas dapat memperpendek hidup tiga detik. Sepertinya benar juga. Pikirannya semakin stress dengan menghela napas.

Chen Ai meletakkan sumpit, lalu menatap Luo Wang di hadapannya. Ia sudah merencanakan percakapan hari ini sejak semalam, jadi ia sudah yakin untuk menanyakannya. "Luo Wang, jika aku bilang aku sudah menyukai pria lain, bisakah kita tetap berteman?"

Luo Wang tersedak sekali. Ia ikut meletakkan sumpit juga, lalu menegakkan punggung dan menatap Chen Ai. "Tujuanku tetap bertahan di dekatmu setelah putus, kukira kau sudah tahu," ujarnya. Ia mengusap wajah. "Takutnya kita tidak bisa berteman lagi. Aku tidak mau terus menyiksa diri dengan berteman bersama wanita yang kusukai tanpa harapan akan kembali berpacaran."

"Aku mengerti. Aku berhutang banyak padamu selama tahun-tahun terakhir ini." Chen Ai menautkan jari telunjuk dan ibu jarinya dengan gelisah.

"Aku juga. Omong-omong, pria itu beruntung sekali mendapatkanmu." Luo Wang memaksakan diri untuk menyunggingkan sebuah senyum. Namun, senyum itu masih tetap terlihat canggung. Pria itu masih belum sepenuhnya ikhlas.

"Wanita yang bisa mendapatkanmu juga pasti sangat beruntung. Maaf, aku belum bisa membalas perasaanmu."

"Kita coba lagi di kehidupan selanjutnya saja," candanya.

Chen Ai tertawa kecil.

"Oh, ya. Omong-omong, siapa pria itu? Apakah Zhao Nan?"

Chen Ai mengangguk.

"Huft ... aku sudah menduga sejak lama. Omong-omong, selamat."

Chen Ai menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang menghangat. "Kami masih belum maju secepat itu, kok."

"Tapi kau tinggal selangkah lagi menuju kebahagiaanmu."

Chen Ai mengangguk sekali. "Aku juga berharap begitu. Terima kasih, Luo Wang."

Ketika sedang jatuh cinta, terkadang orang bisa menjadi sangat bodoh. Ia bertemu dengan banyak orang lain yang lebih mapan, lebih kaya, lebih baik, tetapi tidak menerima sinar dari orang-orang itu. Satu-satunya orang yang bersinar adalah: orang yang dicintainya.

Hari ini, Chen Ai harus merelakan hubungannya yang berharga Luo Wang. Pria itu tidak mau tetap berteman jika Chen Ai tidak mau kembali berpacaran dengannya. Chen Ai sangat memahami hal itu. Meskipun sangat disayangkan, manusia tidak bisa mendapatkan semua hal sekaligus. Jika ingin mendapatkan hal bagus, terkadang harus melepaskan hal lain.

Heal A Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now