36.Auralaska

169K 14.6K 2.3K
                                    

Happy reading....

Maura memasuki rumah dengan langkah gontai air matanya mengalir membasahi pipinya perlahan, ia memasuki rumahnya yang masih terlihat gelap karena Aska memang belum pulang.

Maura masuk ke dalam kamar dan menangis tersedu-sedu di atas kasur dadanya terasa sakit, begitu juga dengan kepalanya.

"Kenapa harus sekarang?" Gumam Maura disertai isakan yang keluar dari bibir mungilnya itu.

Hampir lama Maura menangis dengan keadaan seperti itu, sampai ia mendengar suara mobil memasuki garasi rumahnya, tanpa tunggu lama Maura langsung mengelap bekas air matanya dan pura-pura tertidur.

Kriiet

Pintu kamar terbuka perlahan, Aska menatap tempat tidur disana ada Maura yang tengah tertidur dan seperti nya posisinya tidaklah nyaman, ia menghampiri Maura.

Aska berjongkok di hadapan Maura seraya menatap wajah Maura yang terlelap.

"Ngga biasanya kamu tidur jam segini, capek ya?" Tanya Aska lirih meskipun ia tau jika Maura tidak mendengar pertanyaannya.

Aska berdiri ia membenarkan posisi Maura dan menaikkan selimut sampai batas leher nya.

"Good night sayang," ucap Aska seraya mengecup kening Maura, setelah itu Aska memutuskan untuk mandi dan membuat dirinya.

..

Maura terbangun di tengah malam tenggorokan terasa kering dan badannya sedikit meriang, Maura sedikit menggerakkan badannya tidak nyaman, awalnya Maura mencoba untuk tidur kembali tapi ia malah bergerak gelisah.

Aska yang menyadari itu langsung membuka matanya.

"Kenapa hmm?" Tanya Aska seraya memegang pipi Maura yang terasa sedikit hangat.

Maura menatap Aska sayu.

"Badan aku ngga enakan," ucap Maura, Aska terduduk.

"Aku ambilin obat ya," ucap Aska ingin beranjak dari tempatnya karena tiba-tiba Maura memegang tangan Aska.

"Ngga usah," ucap Maura.

"Wajah kamu pucet Ra, jangan nolak aku ngga mau kamu sakit," ucap Aska kekeuh.

"Tapi aku ngga boleh minum obat," ucap Maura.

Aska mengerutkan dahinya, Maura yang menyadari keanehan akan ucapannya langsung gelagapan.

"Maksut aku, aku ngga mau," jawab Maura cepat.

Aska menghela nafasnya ia beranjak dari ranjang dan keluar kamar, tidak lama kemudian Aska kembali dengan nampan berisikan obat dan segelas air.

"Minum," ucap Aska menyodorkan segelas air kepada Maura.

Maura menuruti apa kata Aska tapi tangannya menolak saat Aska memberinya sebutir obat.

"Perut aku ngga enak ka, atau aku bisa muntah kalau minum obat itu," Alibi Maura.

"Terus aku bakalan biarin kamu sakit gitu kalau ngga minum obat," ucap Aska menatap Maura sedikit emosi.

Aska menghela nafasnya pelan ia membuang obatnya ke tempat sampah.

"Itu yang kamu mau, jangan salahin aku kalau kamu besok sakit!" ujar Aska sedikit menaikkan nadanya.

Maura menggigit bibir bawahnya pelan ucapan Aska sedikit menakutinya, tapi Maura mencoba sedikit mengabaikannya karena kalau  ia menuruti Aska tentu saja hal itu membuat anaknya dalam keadaan bahaya karena dimana-mana ibu hamil tidak boleh meminum obat kecuali saran dari dokter.

AURALASKA (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang