Sisi lain

43 9 11
                                    

Happy Reading
.
.
.

"vano, sarapan dulu yuk" panggil sang mama yang melihat Alvano baru turun.

"vano sarapan di sekolah aja ma" tolak alvano.

"ada yang vano harus urus di sekolah" lanjutnya.

"ya udah, hati hati di jalan" pesan sang mama.

Alvano menyalami tangan kedua orang tuanya dan setelahnya segera beranglat ke sekolah dengan ditemani motor kesayngannya.

Alvano sengaja berangkat pagi, ia berniat untuk menjemput alletha, mengingat mobil gadis itu masih di bengkel, entah angin darimana yang membisikkan alvano untuk menjemput gadis itu.

Alvano tiba di depan rumah alletha, namun ada yang berbeda, ia menemukan gadis itu sedang menangis di teras rumahnya. Tidak biasanya gadis itu terlihat sesedih itu, batin alvano.

"kenapa gue yang harus alami ini sih" teriak alletha dengan keadaan seragam yang sudah sangat berantakan.

"gue benci hidup gue, tuhan" teriaknya di sela sela isakan tangisnya.

Terlihat mama alletha keluar menghampiri gadis itu.

"maafin mama, sayang" sang mama menenangkan alletha yang tersedu sedu.

"ada apa kamu memghampiri kami?" teriak mama alletha melihat sang papa yang juga ikut keluar.

"kamu selalu saja emosi" balas sang papa yang tidak kalah emosi.

"pergi saja dengan selingkuhanmu!" marah mama alletha, masih memeluk gadis itu.

"kamu selalu saja menuduh saya berselingkuh" emosi sang papa mulai memuncak.

"kalau bukan karena perjodohan, saya tidak akan menikahi kamu" lanjutnya.

"mengapa kamu tidak menolak saja sedari dulu" sanggah mama alletha.

"saya ingin menolak, tapi saya tidak bisa, karena keadaan saat itu" sanggah papa alletha.

"cukup! apa nggak cukup kalian berantem di dalem aja, gak usah di depen saya" teriak alletha ditengah perdebatan kefua orang tua saya.

"kalau kalian tidak benar-benar saling mencintai, lalu mengapa kalian menghadirlan saya ke dunia, tidakkah itu egois?" teriak alletha tersedu sedu.

"saya capek, sangat capek" ujarnya melemah.

"maafkan mama, sayang" ujar sang mama tulus.

"kalian tidak pernah sekalipun melihat kehadiran alletha" isak gadis itu kian besar.

"maafkan papa, sayang" ujar papa alletha.

"ya sudah, saya mau berangkat ke kantor dulu" pamit papa alletha.

"pergi saja" ujar mama alletha dengan nada mengusir.

Alletha masih terisak di pelukan mamanya, keadaan alletha benar benar berantakan saat ini. Alletha tidak sadar kalau ia seharusnya sudah berangkat ke sekolah, jika tidak ia bisa terlambat, mengingat mobilnya juga masih di bengkel.

"sayang, mama mau ke kantor dulu ya" kini mama alletha yang pamit setelah tadi papanya.

Alletha lagi-lagi harus kesepian. Ia butuh pundah sebagai sandaran saat ini, namun itu hal yang tidak mungkin ia dapatkan. Alletha rindu kasih sayang orang tuanya, alletha rindu rumah yang damai, alletha rindu semuanya.

"lagi, gue harus sendirian lagi. Kenapa gue terlahir hanya untuk kesepian sih" teriaknya frustasi.

"kenapa kalian mengadirkan alletha ke dunia kalau hanya untuk membuat alletha menderita seperti ini" lanjutnya masih terisak.

ALTHAWhere stories live. Discover now