Friendzone?

36 5 0
                                    

Happy Reading
.
.
.

Hidup Alletha perlahan mulai tertata, ia sudah banyak menyadari arti hidup. Alletha lelah hidup dalam dua sisi berbeda, ia ingin hidup selayaknya, tanpa ada luka yang ditutupi atau apapun itu, Alletha ingin sedikit terbuka. Senyumnya mengembang di sepanjang koridor, ia berjalan sambil menenteng tas miliknya dengan rambut yang sengaja ia biarkan terurai. Alletha bergegas menuju parkiran, ia ingin segera pulang. Sudah lama Alletha tidak sebahagia ini, bahkan di perjalanan pulang, Alletha menikmati setiap sudut jalan ibukota. Matanya tidak sengaja menangkap sosok laki laki yang begitu ia kenal, bahkan statusnya sempat pacaran, namun sekarang entahlah. Alletha menghampiri Alvano yang sedang berada di pinggir jalan. Sepertinya motor milik Alvano mogok, terlihat dari gerak gerik laki laki itu yang mencoba memperbaiki motor miliknya.

"hai", Alletha memberanikan diri untuk memghampiri dan menyapa Alvano, ia kikuk berada di hadapan laki laki ini sekarang. Ia memcoba menanyakan apa yang terjadi pada motor Alvano.

"motornya kenapa?", tanya Alletha berani-berani takut.

"mogok", balas Alvano singkat, padat, dan jelas.

"ya udah gini aja deh, lo telepon montir aja, biar nanti motornya di ambil di sini dan lo bisa pulang sama gue", tawar Alletha pada Alvano. Alletha deg degan menunggu jawaban dari Alvano.

"boleh", jawab Alvano singkat.

Setidaknya Alvano menyetujui tawaran Alletha, keduanya pulang bersama. Suasana menjadi begitu canggung antara keduanya. Padahal ini bukanlah Alletha yang seperti biasa, ia kini lebih canggung berada di hadapan Alvano. Sedangkan Alvano terlihat fokus pada jalanan dan tentunya tidak ingin membuka percakapan.

"ekhhm", Alvano berdehem, ia mengisyaratkan untuk membuka obrolan antara dirinya dan Alletha.

"gue mau ngomong", ujar keduanya bersamaan, Alletha makin terlihat canggung, namun tidak dengan Alvano yang tetap begitu santai.

"lo duluan aja", sanggah Alvano cepat.

"gue seneng hari ini", entah apa yang sebenarnya yang ingin Alletha katakan, ia jadi lupa apa yang ingin ia katakan pada laki laki itu.

"makasi udah kasik gue nebeng", ujar Alvano tulus.

Tidak ada lagi obrolan antara keduanya, baik Alvano maupun Alletha enggan buka suara kembali. Alletha memilih untuk memainkan handphone miliknya agar tidak terlalu terlihat canggung. Ia mulai membuka sembarang aplikasi untuk mengisi waktunya. Satu dua kali ia juga mrncoba mencuri pandang pada Alvano. Hingga tidak terasa mereka sudah tiba, namun anehnya Alvano tidak langsung ke rumahnya, melainkan mampir ke sebuah cafe. Entah apa tujuan dan maksudnya memberhentikan mobil tepat di sebuah cafe.

"makasi", ujar Alvano sebelum benar benar pergi meninggalkan Alletha, sedangkan gadis itu heran mengapa Alvano diam di sana. Setelah Alvano pergi, Alletha mengikuti laki laki itu hingga ke dalam cafe, ia penasaran mengapa Alvano berhenti di sana.

"hei bro", sapa seorang laki laki yang tidak bukan dan tidak lain adalah barista di caffe tersebut, keduanya tampak akrab, jika dilihat Alvano tersenyum pada laki laki yang menyapanya tadi.

"tumben kesini", ujar laki laki itu pada Alvano.

"baru sempet mampir", balas Alvano seperlunya saja, mengingat Alvano tipe orang yang tidak suka berbicara panjang lebar.

Prakkkk

Baru saja Alvano ingin duduk, tiba tiba saja terdengar suara pecahan gelas dari arah meja sebelah. Sontak semua pengunjung caffe melihat ke arah suara, dan benar saja orang yang menyenggol gelas hingga terjatuh itu adalah Alletha. Alvano menatap tajam ke arah gadis itu.  Alvano beranjak dan mendekati Alletha.

"lo ngapain ngikutin gue sih?", tanya Alvano dingin, bahkan Alletha bisa merasakan atmosfer yang kurang mengenakkan sekarang.

"siapa juga yang ngikutin lo!", Alletha mengelak, ia tidak mungkin jujur kalau ia penasaran apa yang akan di lakukan Alvano di caffe ini. Alletha memberanikan diri untuk menatap mata Alvano agar sebisa mungkin tidak terlihat bahwa ia sedang mengelak.

"trus, ngapain pake sembunyi-sembunyi segala!, pake acara nyenggol gelas segala", Alvano tahu jika Alletha mengelak, ia tahu bahwa gadis itu mengikutinya.

"terserah gue dong!", sahut Alletha tidak ingin membenarkan perkataan Alvano, bisa saja nanti ia keceplosan jika mendebat Alvano.

"ya udah, terserah lo!", Alvano meninggalkan Alletha dan beranjak menuju belakang caffe, entah apa yang akan ia lakukan di sana.

"dasar sotoy! apa faedahnya gue ngikutin lo! kayak lo siapa aja sih!", teriak Alletha pada Alvano yang menjauh pergi dari meja Alletha, ia bahkan tidak peduli semua mata memandang padanya. Jika boleh jujur, Alletha sangat malu sekarang. Alletha kembali duduk dan memesan minuman pada barista yang menyapa Alvano tadi.

"pesen iceocca latte 1", ujar Alletha oada barista tersebut, namun Alletha masih penasaran mengapa Alvano sepertinya dengan mudah mengakses caffe ini, ia masuk ke ruangan yang berada di belakang, seolah olah ia yang memiliki caffe ini saja.

"satu lagi deh, gue mau nanya, emang Alvano ngapain di sini?", tanya Alletha pada barista itu, ia sebenarnya malu untuk bertanya, apalagi itu adalah privasi Alvano tentunya, namun karena rasa penasarannya, ia rela mengabaikan rasa malunya.

"ohhh mbak kenal sama vano, dia pemilik caffe ini mbak", sontak Alletha kaget, pantas saja Alvano bisa dengan mudah mengakses caffe ini, ternyata dia pemiliknya.

"ohh iya mas, buat gelasnya nanti sya tanggung jawab, sekali lagi saya minta maaf", Alletha meminta maaf atas kejadian gelas yang pecah karena dirinya.

"gak papa mbak, tadi Vano sudah chat saya untuk tidak mempermasalahkannya", Alletha tampak heran dengan Alvano, kadang baik, kadang dingin tapi perhatian.

"sampaikan pada Alvano, terimaksaih dari saya", ujar Alletha sebelum kembali ke mejanya. Alletha menikmati minuman yang ia pesan sambil mengamati setiap sudut caffe yang notabene milik Alvano.

"dia ternyata punya bisnis, emng pilihan gue gak pernah salah", monolog Alletha sambil senyum senyum sendiri, entah apa yang ia fikirkan. Alletha masih setia menunggu Alvano keluar dari ruangan itu, ia sudah menghabiskan 1 jam di caffe ini. Akhirnya penantian Alletha tidak sia sia, Alvano keliar dari ruangan tersebut, sepertinya ia akan pulang.

"stop!", Alletha menghentikan langkah Alvano, ia menghadang laki laki itu.

"apa lagi?", tanya Alvano ketus nan dingin.

"kita puoang bareng", ajak Alletha kembali, gadis itu tersenyum pada Alvamo, namun tidak sedikitpun di balas oleh Alvano. Alletha masih setia menunggu jawaban cowok yang statusnya tidak jelas ini. Apakah mereka masih pacaran atau hanya sebatas frienzone ataukah hanya dua orang asing yang belum saling mengenal lebih jauh, entahlah Alletha juga tidak tau kejelasan hubungan mereka.

"motor gue udah diperbaiki, jadi makasi buat tawarannya tapi gue bisa pupang pake motor gue", tanpa banyak basa basi, Alvano melewati Alletha begitu saja. Alletha tampak kesal pada Alvano, namun mau bagaimana lagi jika Alvano sudah mengatakan A maka harus A.

Sia sia sudah oennarian Alletha selama 1 jam ini, Alletha gagal puoang bersama Alvano.

"dasar cowok gak peka!", teriak Alletha sudah seperti orang gila dan frustasi saja.

"hubungan gak jelas, gue nya ditinggal, lo nya pergi semudah itu. Alvano!", Alletha benar benar kesal, ia sudah lelah lelah menunggu Alvano, namun denfan seenaknya Alvano pergi begitu saja.

Alletha melihat sekeliling, untuk kedua kalinya ia mempermalukan dirinya sendiri. Ia bergegas pergi dari caffe itu dan segera pulang.

"gagal lagi deh pdkt gue", Alletha kian pasrah pada nasib percintaannya dengan Alvano.

"au ah gelap", Alletha kian terlihat seperti orang gila saja, bicaranya sudah ngelantur ke sana sini.

---

Happy Reading
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
Makasi buat yang udah baca
Thank's all

Sabtu, 20/03/21

ALTHAWhere stories live. Discover now