Keputusan akhir

35 3 0
                                    

Prakk

Prakk

Prakk

Terdengar suara pecahan dari dalam rumah, suara itu terdengar hingga luar. Alletha sudah menebak, sesuatu sedang terjadi di dalam, tidak lain dan tidak bukan, kedua orang tuanya berseteru kembali. Kali ini, apa yang terjadi hingga terdengar suara pecahan piring.

"paling itu suara kucing gue pecahin piring di dapur" alletha mengelak, bahkan punya kucing saja tidak.

"gue gak peduli" alvano bahkan masih dingin pada gadis itu, padahal mereka sudah jadian.

Kembali terdengar suara yang cukup besar dari dalam. Suara kali ini berbeda dari sebelumnya, suara yang terdengar seperti orang yang sedang berdebat.  Bahkan alvano bisa mendengarnya dengan jelas.

"baru tau, suara kucing kayak gitu" alvano menyindir alletha, gadis itu kikuk karena ketahuan berbohong.

"iya kucing gue ajaib, beda dari yang lain" sanggah alletha. Gadis itu tersenyum kikuk.

"serah lo aja" putus alvano.

"lo pulang sana, pasti capek kan. Lain kali aja mampir" alletha tersenyum manis pada laki-laki itu.

"gue gak mau mampir" ketus alvano, bahkan ada niat untuk mampir saja tidak.

Tanpa pamit atau berkata apa-apa, alvano langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia malas berbicara dengan gadis super percaya diri seperti alletha. Setelah keergian alvano, alletha berjaoan masuk dengan malas, bahkan jika saja ia bisa pergi ke tempat lain, pasti ia akan pergi saja dari rumah ini. Namun sayangnya, ia tidak memiliki tempat berlindung yang lain, kecuali ia pindah ke bandung, ke rumah nenek dan kakeknya.

"dasar gak tau sopan santun" monolog alletha.

Baru saja membuka pintu, alletha sudah di hadirkan dengan pemandangan yang mengiris hatinya. Mama dan papanya benar benar memutuskan untuk pisah, alletha kira itu hanya bualan saja. Ia melihat papanya membawa barang barangnya.

"perceraian kita di percepat" ppaa alletha memberikn surat pada mamanya. Benar surat itu adalah surat cerai.

Air mata alletha tidak bisa tertahankan, air matanya lolos begitu saja membasahi pipi putihnya. Hatinya hancur mendengar semuanya, hal yang tidak pernah diinginkan setiap anak. Namun, apalah daya alletha, ia tidak bisa memaksakan kehendak kedua orang tuanya.

"baik, saya akan tanda tangani dan segera kita urus. Saya sudah muak" mama alletha kembali mengimbangi perkataan papanya.

Kesepakatan telah terjadi, keduanya memutuskan untuk tidak melanjutkan rumah tangga yang sudah di bangun hampir 25 tahun lamanya. Sekarang, hanya tersisa kenangan saja yang bisa mereka ingat, tidak ada lagi hubungan.

Alletha masih berdiri di tempatnya, ia enggan menghampiri kedua orang tuanya. Air matanya luluh lantah mengalir dari kedua sudut matanya.

"alletha" mamanya menyadari kehadiran alletha. Ia menghampiri putrinya dan memberikan alletha pengertian.

"maaf sayang, tapi hubungan papa dan mama sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Ini yang terbaik untuk kami, jika kami lanjutkan, percuma saja. Takdir kita memang sudah harus berakhir di sini. Kami tidak bisa terus terusan seperti ini, kami memiliki kehidupan yang masih panjang, papa dan mama berhak memutuskan hidup untuk ke depannya" ia memeluk anak gadisnya,  mencoba memberi pengertian untuk alletha.

"tapi, apa harus denfan cara ini! Alletha hanya ingin memiliki orang tua yang utuh" alletha kembali terisak di pelukan mamanya, bahkan untuk bernafas saja rasanya sangat sulit. Alletha belum bisa menerima ini semua. Papanya mendekat, ia mengelus pelan rambut alletha.

"alletha sayang, alletha tetep punya papa dan mama, kita di sini akan selalu untuk alletha. Kami masih menjadi orang tua bagi alletha, hanya saja hubungan kami yang berbeda. Papa dan mama selalu menyayangi alletha. Tapi ini cara terbaik bagi kita, mungkin dengan ini kami bisa menjalin hubungan baik lagi, namun sebagai seorang teman" papanya ikut memberikan pengertian untuk alletha.

Alletha masih belum menerimanya, hatinya teriris. Ia berlari menuju kamarnya dan mengunci pintunya. Ia menangis sejadi-jadinya di dalam kamar. Keheningan mungkin bisa membuatnya sedikit lebih tenang.

"maaf alletha egois, tapi alletha belum bisa nerima semua ini" ia menatap sendu foto dirinya dengan kedua orang tuanya. Terlihat raut wajah bahagia di foto itu. Namun sekarang, semua berbeda, semua berakhir.

Alletha mencari pelampiasan agar bisa sedikit lebih tenang, ia mencoba menghubungi alvano.

"hallo" alletha mulai mengawali pembicaraan.

"siapa?" tanya alvano di seberang sana.

"ini alletha, maaf ganggu malem-malem gini, tapi emang gue mau ganggu sih"

"kenapa?" alvano tidak ingin bertele-tele, ia langsung menanyakan apa inti dari telepon alletha.

"gue cuman mau ganggu aja"

" cuman buang-buang waktu gue aja"

"jangan di matiin dulu"

"cepet ke intinya"

"iya bawel, gue nelpon cuman mau mastiin aja kok, lo udah sampe rumah apa masih kelayapan "

"gak penting, kalok gak ada lagi, gue matiin"

"ihhh bentar dulu, nanti malem jalan yuk"

"nggak"

Sambungan telepon diputuskan sepihak oleh alvano.

"dasar gak tau dopan santun! gue lagi butuh lo vano! gue cuma butuh temen cerita saat ini, gue butuh lo vano!" alletha melampiaskan amatahnya, sungguh alletha memang egois. Bahkan saat ini ia enggan keluar kamar.

"gue gak terima! gue emang egois!" alletha teriak frustasi. Terdengar perutnya meminta diisi, namun ia masih enggan keluar kamar, ia masih belum bisa menetima keputusan orang tuanya untuk bercerai.

"alletha sayang, makan dulu yuk, mama udah buatin makan malam" alletha bahkan enggan menjawabnya. Mamanya masih tetap setia di depan kamar alletha untuk mengajak alletha makan malam. Karena kasihan dengan mamanya, ia akhirnya keluar lagipula perutnya juga sudah minta di isi. Alletha melewati mamanya begitu saja tanpa berbicara sepatah kata pun.

Malam ini hanya ada alletha dan mamanya, tidak akan ada lagi papanya. Mungkin memang ini jalan tetbaik agar mereka bisa menjalin hubungan baik walaupun sebatas menjadi teman saja.

"mama masak makanan kesukaan kamu" mama alletha menawarkan ayam goreng buatan mamanya yang menjadi makanan favorit baginya. Alletha enggan berbicara sepatah kata pun, ia mengambil makanan seadanya dan kembali ke kamar.

"maaf ma, alletha egois, alletha butuh waktu untuk menerima semua ini" ia berjalan membawa nanpan berisi makanan ke kamarnya dan meninggalkan mamanya sendiri di meja makan.

Mamanya pasrah di tinggal alletha, ia juga tidak bisa memaksa alletha untuk langsung menerima semuanya, alletha masih butuh waktu, fikirnya. Perasaan mama alletha sedikit lega sekarang, ia bisa menjalin hubungan pertemanan dengan mantan suaminya walau sudaj tidak ada hubungan. Tidak akan ada lagi pertengkaran atau perdebatan, jalan terbaik sudah mereka ambil.

"maaf al, mama juga egois, bahkan hingga saat ini mama belum membetitahu rahasia besar mengenai kamu" batin mama alletha.

---

Rahasia besar apa ya?

Bagaimana kehidupan alletha selanjutnya?

Apakah akan tetap menjadi gadis dengan 2 sisi berbeda?

See you next chapter

Jangan lupa tinggalkan jejak

Jumat, 18/02/21

ALTHAWhere stories live. Discover now