0.1 Haikal

2.5K 392 32
                                    

Rustichel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rustichel.

Nama gua bagus kan?

Iya, tau gua. Nggak usah dipuji.

Diantara anak-anak Elite, nama gua emang yang paling unik alias lain daripada yang lain. Bener kok, gua nih ada darah bangsawannya, tapi udah hampir nggak bersisa mungkin sekarang. Kakeknya Papi gua dulu itu memegang gelar bangsawan 'Baron' seumur hidupnya yang didapatkannya ketika dirinya menjabat sebagai seorang Perdana Menteri dan menorehkan prestasi yang luar biasa dalam masa jabatannya karena mengatasi angka pengangguran yang tinggi. Kemudian beliau menikahi Neneknya Papi yang merupakan seorang warga negara Korea Selatan, jadi bisa dibilang muka gua yang ganteng mirip artis Korea itu ya dari Neneknya Papi.

Dari pernikahan mereka, mereka cuma punya satu anak, yaitu Granpa gua, yang kemudian menikahi orang Indonesia dan akhirnya Papi gua lahir, terus ketemu sama Mami di Bandung yang kalo dijadiin sinetron tuh judulnya pasti 'Cintaku Bersemi di Bandung' , abis beneran deh kaya sinetron ketemunya. Nggak sengaja tabrakan waktu mau masuk kereta, terus handphone Mami jatuh dan rusak, Papi menawarkan diri buat benerin terus tiba-tiba jatuh cinta pas ketemu kedua kalinya di counter handphone. Eh, tapi harusnya judulnya 'Cintaku Bersemi di Counter Handphone Bandung' yah harusnya?

Ya pokoknya darisitu, gua jadi lahir deh dengan nama Baron Haikal Rustichel yang tertulis jelas di akta lahir gua sebagai anak pertama dari Bapak Morgan Arisapta Rustichel dan Ibu Litania Putri Nartyaksa. Sebenernya gelar bangsawan ini nggak diturunkan, bahkan Granpa ataupun Papi gua nggak ada yang menyandang gelar ini, cuma pas gua lahir, Papi tiba-tiba kepikiran menyematkan nama Baron di nama gua karena pas banget waktu gua lahir, Kakeknya Papi meninggal, jadi kaya semacam pengingat aja gitu.

Biarpun dijadiin nama depan, gua di rumah tetep aja dipanggilnya Haikal, di kampus pun begitu, kecuali yang nggak kenal gua aja manggilnya Baron. Itupun kadang diplesetin sama anak-anak Elite jadi Bandot. Dikira gua kambing?

"Kal, sini," ujar Mami yang lagi keluarin nampan dari oven.

"Wih, cookies nih?" tanya gua yang langsung ambil salah satu cookies disana terus gua belah biar uapnya keluar.

Mami memukul lengan gua pelan. "Jangan ih kamu mah! Buat Grandma!"

"Ah Grandma kan udah tua, ompong giginya, pasti nanti dilarutin sama susu makannya."

"Nggak boleh kurang ajar. Siapa sih yang ngajarin?" tanya Papi yang lagi di dapur, kayanya ini sih cuma ngerecokin Mami aja sekalian curi-curi kesempatan buat cobain cookies Mami.

"Papi lah."

"Giliran jelek aja Papi."

"Yang bagus-bagus yah dari Haikal sendiri lah."

"Kamu liburan kemarin kenapa nggak pulang?" tanya Mami yang lagi menata cookies buatannya itu di piring.

"Trip gitu, Ma, sama anak-anak, biasa," ujar gua, padahal itu aja nggak full team, ada yang nggak bisa kaya Juan yang sibuk syuting, Joan yang lagi ngeanjing-anjingin laporan di iPad-nya, Al yang lagi pulang ke rumah orang tuanya, serta Lio yang malah sibuk belajar ngurus perusahaan Bapaknya.

The Heirs [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang