I

2K 184 65
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

Kami adalah para pengelana yang beranggotakan 7 orang pria, berusia 20-an dengan status sebagai alumni dari sekolah yang sama. Sekolah Sihir Stellios, merupakan salah satu sekolah terbaik yang berada di sebuah kota bernama Accasia Hills, terletak di pulau besar tersembunyi yang bernama Delonix, tepatnya di sekitaran Laut Bellingshausen, Antartika.

Kalau kau bertanya-tanya, mengapa tersembunyi? Ya, pulau tersebut memang hanya bisa ditinggali oleh orang-orang yang dilahirkan dengan bakat istimewa. Bukan Pulau Delonix saja, melainkan ada banyak sekali pulau tak kasat mata bagi orang-orang biasa. Mereka tersebar di berbagai belahan dunia yang tak tersentuh oleh para manusia-tanpa-bakat. Oh! Jangan mencarinya! Bahkan itu tidak ada di peta dunia! Pelaut yang lewat pun hanya bisa melihat kabut yang mengambang di sekitar perairan.

Baiklah. Pertama-tama perkenalkan, aku adalah salah satu manusia berbakat, namun satu-satunya yang paling tampan di seluruh dunia. Anggap saja begitu. Meskipun bagiku, dunia hanyalah sebatas Pulau Delonix. Apakah kau dengar? Karena aku memang tidak pernah berpergian jauh dari pulau ini. Delonix sendiri cukup besar, dan aku belum sempat untuk menjelajahi semuanya.

Ah! Namaku Orion Helix, nama depanku 'Orion' berasal dari salah satu nama rasi di dunia perbintangan. Berarti sang pemburu, dan juga yang paling mudah dikenali di angkasa. Kenapa kedua orang tuaku memberikan nama itu? Alasannya karena aku pun begitu, aku mudah dikenali karena tampan. Tolong jangan mencibir, itu fakta. Lalu, nama belakang 'Helix', diambil dari salah satu nebula planeter besar di salah satu konstelasi. Aku tidak akan menjelaskannya secara panjang lebar agar kau mau mempelajarinya sendiri.

Kudengar kalian memiliki benda canggih yang tahu segalanya.

Sekarang kita beralih.

Pagi sekali aku mendengar pintu kamar diketuk. Aku berjalan gontai kemudian memutar knop dengan malas, terlebih mengetahui temanku⁠-Bailey dan Wiles⁠-tersenyum dengan amat mengerikan.

"Jangan tersenyum," larangku dengan tatapan tak minat. Dua orang aneh itu tetap mempertahankan senyumnya lebar-lebar, membuat keningku mengernyit keheranan. "Kubilang, jangan tersenyum!"

"Ada apa, Lav?" Terdengar suara ibu menghampiri, membuatku mengerjap sepenuhnya sadar. Wajah cantiknya muncul dengan setelan apron putih polos berenda sebagai ciri khas.

Oh ya, 'Lav' merupakan panggilan khusus yang diberikan oleh ibuku, alasannya yaitu karena ia amat menyukai bunga lavender. Ia juga pernah menjelaskan bahwa 'Lav' terdengar seperti 'Love' yang berarti aku adalah kesayangannya. Itu terdengar menyebalkan, namun aku juga tidak bisa protes secara terang-terangan. Ayolah! Aku sudah besar!

"Kenapa mereka di sini, Bu?"

"Oh? Bukankah mereka sudah membuat janji denganmu sebelumnya? Bukankah kalian akan melakukan perjalanan lagi hari ini?"

Wizards Journey : The Cursed VillageWhere stories live. Discover now