XI

272 78 13
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

Semalaman ini kami tak bisa tidur. Semua warga yang berhasil terhindar dari wabah sudah dihimbau untuk tetap di rumah saja, termasuk Eris. Aku dan dia segera kembali sesaat setelah mengetahui apa yang terjadi pada nyonya Merie. Terlebih, waktu terus berputar hingga hari berubah menjadi larut.

Mereka memercayai bahwa langit gelap berarti waktu bagi para leluhur untuk turun dari langit dan melindungi desa. Barangsiapa yang ke luar rumah, maka ia akan mendapatkan hukuman—terkena sihir jahat atau kutukan—karena telah mengambil waktu para leluhur untuk bekerja. Tetapi bagaimana dengan kejadian tadi? Masihkah mereka menganggapnya sebagai kutukan leluhur?

“Bagaimana dengan anak-anak?” tanyaku.

Avior yang sedang sibuk membuatkan kami teh menoleh sebentar. “Untungnya, saat kejadian itu mereka ada di dalam rumah. Anak-anak tidak ada yang menjadi korban.”

“Sebenarnya-” Arctur membenarkan posisi duduk menghadap ke arahku. “-semua yang membeku adalah orang-orang yang sedang mengambil air di sungai untuk dibawa ke rumah. Kebanyakan laki-laki, sementara perempuan hanya beberapa.”

“Itu berarti, rata-rata korban berasal dari rumah kesebelas yaitu lambda hingga rumah kedua puluh empat yaitu ....” Bailey menoleh ke arahku.

“Benar,” anggukku. “Omega.”

Helios menghela napas. “Tidak kusangka nyonya Merie juga diserang.”

“Bukankah tetua seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan sihir yang lebih kuat dibandingkan penduduk desa lainnya?” tanya Wiles. “Apakah dia tinggal sendirian?”

“Ya, dia sendirian dengan pintu yang terkunci dari dalam. Lihat? Hidungku ini berdarah-darah saat menghancurkan mantra pelindung yang mengelilingi rumahnya,” tunjukku. “Aku juga jatuh terpental karena itu.”

“Artinya, nyonya Merie memiliki pengetahuan yang cukup soal perlindungan. Dia tidak menggunakan mantra yang lemah,” ucap Corvius. “Lebih ke ... mantra perlindungan ganda. Kau harus berhati-hati, Helix. Jangan bertindak sendiri lagi.”

Aku mengernyit. “Tetapi, apakah kalian tidak merasakan keanehan?”

“Keanehan?” tanya Avior seraya membagikan cangkir teh.

“Ah!” Wiles memekik membuat Avior hampir memukulnya.

“Kukira kau terkena teh panas,” omel Avior.

Wiles terkekeh kemudian berdeham. “Ya. Aku tahu apa maksud dari ucapanmu.”

“Apa?”

“Begini. Jika mantra pelindungnya tidak rusak, bagaimana bisa nyonya Merie terkena sihir?” Mata Wiles menyipit.

“Pintunya juga terkunci dari dalam. Apakah seseorang telah melakukan teleportasi ke dalam rumah nenek tua itu hanya untuk menyerangnya?” tanya Arctur.

Wizards Journey : The Cursed VillageWhere stories live. Discover now