X

396 105 24
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

Penyusuran kami dimulai dari sungai yang bercabang. Setelah diamati lebih jauh, ternyata jalur terlebar merupakan sungai asli yang airnya pergi ke hilir, sementara satunya lagi merupakan sungai buatan yang membelok ke penyaringan sebelum melewati terakota yang menjadi jalur air ke tiap-tiap rumah.

Lambda, lambang itu benar-benar terukir di pintu rumah urutan ke sebelas desa Cetus. Sejauh ini kami memperhatikannya dari luar karena beberapa orang yang lewat menatap ke arah kami dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

“Bagaimana bisa?” tanya Arctur.

Aku mengalihkan pandangan dari penduduk yang kuyakini diam-diam mengawasi. “Ya. Mereka menyimpulkannya sebagai kutukan.”

“Kutukan?” Wiles mengernyit.

“Ya. Kutukan leluhur. Kalian ingat tentang larangan keluar malam?” tanyaku.

Helios mengangguk kecil, sementara matanya melihat-lihat ke sekitaran rumah. “Kemarin nyonya Merie sudah memperingati kita.”

“Jadi-” Ucapanku terhenti kala kami semua mendengar suara teriakan. Mata kami menatap bergantian satu sama lain dengan ekspresi waspada.

“Apa yang terjadi?” tanya Corvius, wajahnya kembali pucat.

“Tidak tahu.” Bailey menggeleng sambil mencari-cari dari mana arah sumber suara memekakkan tadi.

“Aku menemukan mereka!” teriak seorang pemuda yang berlari ke arah sini, diikuti empat orang sebaya lain yang menodongkan tongkat sihir mereka. Saat itu juga teman-temanku bersiap mengeluarkan tongkat sihirnya masing-masing, berjaga kalau terjadi penyerangan mendadak.

“Ada apa ini?” tanyaku yang kebetulan berdiri di antara dua kubu.

“Di mana Merie?! Di mana kalian menyembunyikan dia?!” tanya salah satunya.

Aku mengernyit tak paham. Kalau dipikir-pikir memang aneh, kami berniat menemuinya di kebun, tetapi yang kami lihat hanyalah sekumpulan hewan-hewan beku dan seorang wanita berusia lebih muda dari nyonya Merie. Helios berkata bahwa nenek tua itu pergi ke sana, tapi sekarang di mana dia? Bahkan penduduk desa Cetus sendiri bertanya pada kami.

“Bagaimana, Helios?” tanyaku.

“Terakhir kali aku melihatnya ... yaitu saat pagi. Nyonya Merie berkata bahwa dia harus pergi ke kebun.” Helios mencoba menjelaskan kepada orang-orang itu. “Tetapi saat kami ingin menemuinya siang ini, dia tidak ada di sana.”

“Lalu di mana dia?” tanya mereka lagi.

“Bagaimana kami tahu?” Avior terdengar kesal.

“Kami harus melakukan ritual malam ini, dan tetua kami menghilang!” seru yang paling belakang.

Wizards Journey : The Cursed VillageWhere stories live. Discover now