21 : Kamu meresahkan, tapi aku suka

60.9K 11.7K 9.8K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah kejadian malam itu, beberapa hari berikutnya dijalani Jendral dan Naresh tanpa ada kecanggungan di antara mereka. Ah, awalnya jendral merasa canggung sih, tapi naresh bersikap seolah-olah ia melupakan kejadian malam itu. Berteriak di depan kelas jendral, mengajaknya ke kantin bersama, menganggap seolah jendral adalah temannya. Ah, semua itu dilakukan naresh supaya bisa mengukir senyuman manis dari bibir pujaan hatinya.

Seperti sekarang, jendral duduk di bangku halaman belakang sekolah. Kelas Jendral sedang ada di jam pelajaran seni budaya, dan sang guru mapel mengharuskan muridnya keluar kelas, melukis pemandangan apa saja yang ada di sekitaran sekolahnya, yang kemudian hasilnya nanti akan dikumpulkan pada gurunya sebagai pengambilan nilai terakhir sebelum rapotan besok.

Jendral tidak tahu apa yang harus ia gambar. Pemandangan bagus yang ia tahu hanya satu, ketika wajah ayu sang bunda tertidur. Tapi ini kan disuruh menggambar pemandangan di sekitar sekolah?

Sang pemuda mengetuk-ngetuk kanvas yang ia pangku dengan pensil ditangannya. Maniknya mengedar ke sekeliling, melihat teman-teman sekelasnya yang mulai menari-narikan pensil tipis di atas kanvasnya. Beda dengan jendral, yang masih bingung, ingin menggambar apa.

Terlihat, Wira dan dua teman hamanya sedang mengganggu gadis-gadis lain yang menggambar di bawah pohon. Ah, dia masihlah sama. Wira yang suka merundung murid-murid yang lebih lemah darinya. Jendral menggeleng pelan, tak ada berubahnya anak itu. Wira tertawa cekikikan ketika berhasil menendang palet berisi cat milik salah satu teman sekelasnya hingga berceceran, sampai di detik berikutnya, sang pemuda menyadari kalau sejak tadi Jendral menatapnya.

Buru-buru Jendral membuang pandang, tak ingin mencari masalah. Namun disisi lain- Wira sudah tahu duluan kala Jendral memandangnya diam-diam. Pemuda itu menyeringai, target baru untung dirundung, batinnya. Ia mengajak Hema serta Cakra, berjalan menghampiri Jendral yang duduk di bangku sendirian.

Jendral di dalam duduknya sudah kepalang panik, ia mencengkeram dengan gemetar ujung kanvasnya. Ah, sial! Kepalanya menunduk tak ingin menatap kedatangan Wira kepadanya. Sudah cukup agaknya dirinya menentang wira dan teman-temannya kemarin, jendral tidak ingin menambah masalah lagi. Lebih baik menuruti apa yang mereka inginkan daripada mereka nantinya mereka akan marah dan berakhir mengurung jendral di kamar mandi.

Grep!

"Sendirian aja?"

Jendral pasrah. Mendapati bahunya dirangkul erat oleh seseorang yang jendral yakini, pasti salah satu dari golongan Wira. Ia tak berani menatap, dirinya hanya menunduk sembari memegang kuas catnya gemetar.

Demi Tuhan ini masih pagi! Jendral tidak ingin berakhir di kunci di kamar mandi..

"Bang Jendral, diajak ngomong kok diem aja sih?"

Anargya | Jaeyong & Nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang