05 : Sehat selalu ya bunda..

62.2K 13.1K 7.2K
                                    


***

[Clara C - somebody♪] sangat merekomendasikan untik memutar lagu ini.


Semua orang tua di grup paguyuban kelas Jendral sudah dihubungi Jaka satu persatu untuk ia tanyai apakah anak-anak mereka bersama Jendral atau tidak, namun sayangnya jawaban yang diterima oleh Jaka hanyalah sebuah kata, tidak.

Baru lima belas menit yang lalu Jaka sampai dari sekolah Jendral setelah ia menunggu di depan gerbang sekolah Jendral selama hampir satu jam, namun ia tak mendapati putranya keluar dari sekolah. Jaka sudah menghubungi ponsel Jendral namun ternyata putranya tak membawa ponsel, Jaka mengetahuinya setelah ia tadi mengecek ke kamar Jendral dan menjumpai ponsel Jendral yang tergeletak di atas meja belajar.

Menghela nafas pasrah, Jaka memilih untuk duduk di sofa ruang tamu bersama Tanaka yang sejak tadi menyilangkan tangan angkuh. Jaka sudah lelah mencari keberadaan anaknya. Hari sudah semakin petang namun Jendral tak kunjung pulang.

"Mending gausah pulang sekalian! Ngrepotin mulu jadi anak!" Tanaka menukikkan alis tajam.

"Kamu dari tadi bisanya ngomel-ngomel mulu, bantu cari kek! Gitu-gitu juga dia anakmu!"

"Berisik!" Tanaka membentak Jaka, "aku pernah berharap punya anak tapi ga cacat kayak dia!"

"Tanaka kamu keterlaluan! Jendral cacat kayak gitu juga bukan kemauan dia!"

"Iya, dia bodoh juga bukan kemauan dia. Gitu kan?! Hah?!"

Jaka diam. Gerahamnya menggertak keras, tangannya mengepal erat sebagai penyalur emosinya yang tak bisa ia lampiaskan. Menyudahi sesi debat tak berguna ini dan fokus mencari keberadaan Jendral.

"Mas, kamu itu ayah... kepala keluarga juga! Harusnya kalo ada yang gak bener dari keluarga itu dilurusin, bukan dibela sampe bego gini! Sadar ga sih Jendral itu lebih berani sampe bolos gini juga gara-gara apa ha?! Gara-gara kamu manjain dia dan bela dia terus!"

"Tanaka, tapi kamu-"

"Apa?! Kamu selalu ngelindungin dia kalo aku sebut dia cacat, faktanya dia itu emang cacat! Salah aku ngomong gitu?!"






Krieeetttt!




"Jen drall phu lang." [Jendral pulang.]

Tanaka dan Jaka segera menatap ke arah pintu, mendapati Jendral yang sudah berdiri di sana dengan kepala menunduk, rupanya ia paham dengan kondisi sekarang.

Tanaka gelap mata, segera ia berjalan menghampiri Jendral yang masih berdiri di ambang pintu, menyematkan jemarinya ke surai bagian belakang rambut Jendral lantas menjambaknya kencang. Tak ingin ada orang tau tentang keributan ini, Tanaka segera menutup pintu rumah keras-keras, tak peduli dengan jemari Jendral yang masih berpegangan pada kusen pintu, mengakibatkan Jendral segera meringis kesakitan karena jemarinya terjepit pintu begitu kencang.

"Darimana kamu ha?!"

Jendral meraung penuh lara, ia memegangi jari kanannya kesakitan sementara kepalanya tertarik kencang karena jambakan Tanaka.

"Bun dhah sa khit.." [Bunda sakit..]

"Tanaka udah!" Teriak Jaka.

"Diem kamu! Aku aja yang hukum dia karena udah bolos! Dasar kepala keluarga ga becus!" Tanaka menggertak sang suami bukan main.

Tak peduli dengan rintihan sang putra, Tanaka menggeret Jendral, berjalan ke arah kamar mandi, mengabaikan Jaka yang berusaha menghentikan dirinya.

"Bun dhah ke pa la Jen dral pusing... su dhah bund hah.." [Bunda kepala Jendral pusing...sudah bunda...]

Anargya | Jaeyong & Nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang