02 : kalian ngapain?!

78.1K 14.6K 12.5K
                                    

Hari-hari Jendral berjalan seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari Jendral berjalan seperti biasanya. Setiap pagi dirinya terbangun dengan alarm di ponselnya. Membasuh diri, sang remaja tujuh belas tahun itu sudah biasa menghadapi semuanya sendiri, termasuk memasak bekal untuk sekolah.

Turun dari kamar, tak ada yang menyambutnya dengan sapaan selamat pagi sayang atau apapun itu, tak apa-sudah biasa katanya. Jendral sudah terbiasa diabaikan oleh bunda dan ayahnya, menerima tatapan dingin dari kedua saudaranya, Jendral benar-benar sudah terbiasa, jadi kalian tidak usah terkejut.

Jendral berangkat tanpa merepotkan orang tuanya, ia berjalan kaki keluar dari komplek perumahannya, untuk kemudian mencegat angkutan umum, mengantarkan Jendral ke sekolahnya.

Jendral tidak pernah mau berangkat bersama kedua saudaranya. Ia hanya tidak ingin, mood Bara dan Sagara memburuk karena harus menampung Jendral selama di perjalanan nanti.

Huft, pernah juga sekali Jendral meminta pada Jaka sang ayah supaya diantarkan ke sekolah, dan berakhir Jendral yang diturunkan di tengah jalan karena tiba-tiba Jaka mendapati panggilan dari ponselnya, mengharuskan Jaka meeting dadakan. Oleh sebab itu, Jendral tidak mau lagi meminta diantarkan oleh sang ayah, Jendral takut jika ayahnya sibuk, sebagai anak dia harus tau diri.

Berdiri di pinggir jalan, Jendral sesekali memainkan tali tasnya, menunggu kendaraan umum itu menjemputnya datang.

Jujur saja, Jendral sangat suka menikmati perjalanannya berangkat sekolah sembari menaiki angkutan umum. Duduk sembari menghadap keluaran melalui jendela, membiarkan angin jalanan masuk menggoyahkan surai pekatnya. Terkadang, hal itulah yang membuat Jendral sejenak lupa akan segala masalahnya.

Jadi pingin bekerja sebagai supir angkut, pasti Jendral bisa merasakan angin berembus seperti ini setiap hari.

"E ayam!"

Si pemilik mata bulan sabit segera terkejut, mendapati suara pekikan seorang perempuan yang tak jauh dari tempatnya berada.

Jendral segera menebar pandang, iris pekatnya mendapati seorang wanita yang rupanya tengah dilanda sedikit musibah, kantung plastik belanjaannya yang jebol.

Segera saja Jendral berlari, tak perlu pikir panjang. Beruntung saja kondisi trotoar saat itu cukup sepi, sehingga Jendral tak perlu takut kalau jeruk belanjaan wanita itu diinjak orang-orang.

"Eh?" Sang wanita berambut pirang tertegun kala mendapati Jendral yang berjongkok, membantu dirinya memunguti jeruk-jeruknya yang berserakan.

"Makasih ya nak." Wanita itu menatap ke arah Jendral, namun matanya tak sengaja menangkap sebuah alat bantu dengar yang terpasang di telinga remaja manis itu.

"Jhe rhuk nya nhan thi di chu ci yha than te, tha khut ad hah ku man." [Jeruknya nanti dicuci ya tante, takut ada kuman.]

Jendral memberikan buah terakhir pada wanita itu, diakhiri dengan senyuman tipisnya.

Anargya | Jaeyong & Nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang