Bab 3 - Alur

187 28 6
                                    

Written by : Akitamy_ (wattpad) - murniaty_ka (instagram)

Memandang lurus tepat di mana punggung tegap dosennya itu perlahan menghilang di balik pintu, Ziana sedikit mengendurkan kepalan tangannya. Dingin. Itu yang pertama dirasakannya, tidak hanya pada kedua tangannya saja yang terasa dingin. Namun, hampir seluruh tubuhnya terasa dingin, kecuali dada dan kepalanya yang seperti terbakar.

Perasaan aneh apa ini?

Sulit untuk mencerna atau sekadar mendeskripsikan pikiran dan perasaannya saat ini. Tidak, lebih tepatnya setiap saat berpapasan dengan dosen barunya itu.

Cinta? Bukan ini yang dirasakan saat seseorang jatuh cinta. Yah, walaupun Ziana sendiri belum pernah merasakannya. Setidaknya ia tahu gejala-gejala umum yang biasa dirasakan saat seseorang jatuh cinta. Lagipula, mana mungkin Ziana jatuh cinta pada dosen yang baru ditemuinya beberapa jam lalu. Cinta pandangan pertama? Jangan konyol.

"Ayo, dimakan dulu buburnya." Suara petugas kesehatan membuyarkan lamunannya yang asyik bernarasi sendiri sedari tadi.

"Eh, iya bu. Terima kasih," sahut Ziana mengulurkan tangan menerima mangkuk yang berisi bubur dari wanita tersebut.

Menatap bubur ayam ditambah sate usus dan sate telur puyuh di hadapannya, menguarkan aroma nikmat yang membuat perut Ziana terang-terangan berbunyi dengan tidak tahu malunya. Petugas wanita yang mendengar konser solois itupun mengangkat kedua alisnya dengan wajah yang terlihat sekali sedang menahan tawa.

"Hehe.. Maaf, bu. Tadi pagi belum sarapan." Ziana nyengir menahan malu.

"Nah, mungkin karena itu kamu jatuh pingsan. Lain kali usahakan sarapan dulu sebelum beraktivitas, ya."

Petugas wanita tersebut memberikan nasihat sambil berlalu kembali ke balik meja kerjanya. Ziana yang mendengar pun hanya bisa tersenyum malu dan mengangguk. Lalu, mulai melahap bubur sebagai sarapannya hari ini.

Salah, bu.. Saya pingsan bukan karena kelaparan. Tapi karena...

Karena terkejut setengah mati. Untung saja saya tidak benar-benar mati, bu.

Sambil menyuapkan bubur ke dalam mulutnya pikiran Ziana kembali berkelana kepada si pemberi bubur. Ingatan-ingatan saat ia berada dalam mimpinya yang kelam mulai berputar kembali, bayangan kehadiran pria yang sedang mencekiknya pun turut ke permukaan. Wajah pria tersebut benar-benar menyerupai wajah dosen barunya itu.

Sangat mengejutkan... Bagaimana bisa? Apa hanya perasaannya saja? Atau.. hanya kebetulan mirip?

Menggeleng cepat. Tanpa sadar Ziana akan menyentuh lehernya sendiri, seolah memastikan tidak ada bekas cekikan di sana dan kemudian tubuhnya akan merinding dengan sendirinya. Lalu, ia akan kembali menggeleng, seolah menepis apa yang sedang dipikirkannya dan menekankan bahwa itu semua hanya bunga tidur semata. Begitu seterusnya berulang hingga beberapa kali. Tanpa menyadari ada sepasang mata kelam yang mengamati gerak geriknya sedari tadi.

"Kenapa? Apa lehermu sakit? Atau tenggorokanmu sedang radang?"

Suara berat itu membuat Ziana tersentak kembali pada kesadarannya dan refleks menoleh ke arah sumber suara. Terlihat dosen yang sedang menjadi topik lamunannya itu sedang berdiri di ambang pintu UKS.

Kelam.

Mata dosen itu benar-benar terlihat kelam, namun tak elak juga begitu menawan. Hingga Ziana terhipnotis beberapa detik dibuatnya.

Menyadari arah pandangan dosen tersebut pada jari-jemarinya yang sedang menyentuh lehernya sendiri, Ziana pun lekas menurunkan tangannya tersebut.

"Ng-nggak, Pak. Saya baik-baik saja." Ziana tersenyum kaku.

BK7 - Kumparan WaktuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora