33. Positif

10K 1.6K 476
                                    

Tujuh minggu yang lalu itu ada di hari mana?


Keran wastafel di dalam kamar mandi segera ia matikan setelah selesai memakainya. Heya mengelap tangannya setelah selesai mencucinya tadi, pandangannya tak pernah lepas menatap pantulan dirinya di cermin depannya. Ada yang tengah sibuk ia pikirkan sejak tadi dan ia berkaitan dengan yang baru terjadi di beberapa jam yang lalu.

Radhea, kamu lagi hamil.

Jadi itu alasannya ia sakit perut. Tragedi seblak dengan level terpedas di siang hari tadi, rupanya menyebabkan munculnya masalah baru yang tak pernah ia bayangkan dan itu terjadi! Ia nyaris menyakiti janin di dalam perutnya.

Dang!

Ia masih belum menerima fakta yang terjadi, jika ia telah hamil selama tujuh minggu. Bagaimana ia tak menyadarinya selama ini? Dan perihal tujuh minggu, Heya mencoba mengingat-ingat lagi kejadian dulu.

Mereka masih di Kanada saat itu dan ia telah hamil sebelum kepulangan mereka ke Indonesia. Tapi Heya masih mencoba menggali lebih dalam ingatannya perihal tujuh minggu yang lalu, sampai akhirnya berhenti pada suatu kejadian.

Malam hari setelah Mark dinyatakan lulus dan ia bisa mengikuti wisuda dalam beberapa hari ke depan. Ada perayaan yang mereka lakukan pada saat itu dan hubungan terakhir mereka terjadi di malam itu.

"Aaaah!! Malu!!" Heya menggelengkan kepalanya, ia benar-benar malu mengingat yang terjadi saat itu. Bahkan mengingat wajahnya yang terbangun di pagi haripun, rasanya ia ingin mengenyahkan semua memori itu.

Fokus Heya tertuju pada sebuah benda kecil yang ia taruh beberapa menit yang lalu di dekat keran wastafel. Lalu ia mengambilnya dan menatap sebuah tanda yang muncul di sana.

Dua garis. Ia positif.

Setelah pulang dari rumah sakit tadi, mereka sempat membeli tiga buah test pack demi meyakinkan apa yang dibicarakan oleh dokter yang memeriksanya saat itu. Heya sudah memakai dua alat itu dan semua hasilnya sama.

Ia segera keluar dari dalam kamar mandi. Bertepatan dengan ia yang keluar, Mark muncul masuk ke dalam kamar. Mereka terdiam saling mengamati satu sama lain, ini menjadi bagian paling memalukan karena rasanya masih begitu asing menanggapi berita kehamilan seperti ini.

Mark melangkah lebih dulu dan terduduk di pinggiran kasur mereka. Di tangannya, Heya menggenggam erat test pack tadi dan ikut menghampiri di kasur mereka. Entah kenapa mereka lebih banyak diam saat ini atau masih belum percaya dengan yang telah terjadi pada beberapa waktu lalu.

Tanpa perlu banyak bicara, Heya membuka genggaman tangannya pada dua alat tersebut, ia melirik dahulu sebelumnya lalu menyerahkan langsung. Mark menerimanya dan melihat dua alat tersebut memiliki hasil yang sama. Positif.

Tapi tak ada respon yang Heya terima kecuali Mark yang masih mengamati dua alat tersebut.

"Mas, please ngomong," pinta Heya, karena ia tak tahan melihat Mark tak banyak komentar sejak di rumah sakit tadi.

"Jangan makan seblak lagi." Mark akhirnya bersuara dan langsung diiringi decak kesal dari mulut Heya.

Tapi Heya tak ingin melawan lagi, Mark berkata benar jika makanan itu juga tak baik untuknya. Akhirnya ia hanya mengangguk sambil menunduk.

me after you [UNDER REVISION]Where stories live. Discover now