Akhir: Rumah

7.4K 1.1K 295
                                    

Pada mereka yang telah pergi dan aku yang masih tertinggal berada di belakang kalian. Hari ini kutemukan kembali rumahku.

Aku berpulang dalam dekapan hangatnya. Menangkup lebih banyak cinta dalam setiap senyum dan tawa mereka.

Untuk semua laki-laki terhebatku, suamiku, anakku, papaku, dan abangku.-

□□□□□

1 tahun kemudian...

"Radhea, bisa tolong pasangin dasi?"

"Dasi? Pasang sendiri, kan bisa."

"Kan minta tolong."

Pagi hari di rumah besar itu tengah menampakkan para penghuninya yang sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Dimulai dari Heya yang baru saja selesai merapikan kamarnya dan Mark yang tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja pada pagi ini.

"Perasaan kemarin-kemarin bisa make sendiri." Heya mendekat setelah mendapatkan panggilan dari Mark barusan.

"Emang. Aku sengaja," balas Mark terkekeh dan ia tengah menatap penampilannya saat di depan cermin pintu lemari. Kemeja putih dan celana biru dongkernya tampak sempurna di hari ini.

"Modus." Heya berdecih dan ia pun telah selesai setelah merapikan sekali lagi kemeja Mark tersebut.

"Leo dimana?" tanya Mark dan langsung diiringi dengan teriakan Leo yang berasal dari lantai bawah rumah mereka.

Keduanya pun segera bergegas menuju lantai bawah dan Heya harus segera menghampiri anak kecil itu atau dia akan melakukan hal aneh-aneh lagi setelah ini.

"Leo?" Heya muncul dan bertepatan dengan anak kecil itu tengah mendorong troli yang berisikan bonekanya mengelilingi seisi rumah ini.

Begitulah kegiatan Leo setiap saatnya. Usianya kini sudah memasuki dua tahun delapan bulan, dimana di usia ini Leo akan sangat aktif dan mulai menunjukkan rasa penasarannya serta keinginannya untuk melakukan sendiri. Leo ingin terus bermain dan ia begitu menyukai troli merah yang Mark berikan bulan lalu padanya.

"Mainnya nanti lagi ya. Siapa yang mau sarapan?!" seru Heya selagi menggendong Leo untuk membawanya ke meja makan.

"Aku!" Leo berseru, "aku!!" dan Mark juga berseru di belakang mereka.

Sudah memasuki area dapur, kini Leo telah diambil alih oleh Mark langsung. Heya pun langsung sibuk untuk memanaskan makanan pagi ini.

"Papa kemana?" tanya Leo.

"Papa mau kerja," balas Mark, "nanti kalo udah besar, Leo jadi kayak papa ya?" sambungnya.

"Jadi orang galak?" celetuk Heya.

Mark terhentak, "Jadi orang sukses lah," ia segera terkekeh pelan di depan anak laki-lakinya itu. Dan berpindah untuk menghampiri Heya yang tengah berdiri di depan kompor.

"Mana ada orang galak," sahut Mark di samping Heya.

"Mas dulu jadi kating galak loh," ucap Heya.

"Bukan galak, tapi tegas," balas Mark.

"Mana ada tegas kalo anak orang udah dibikin nangis."

"Kamu pernah nangis??"

Heya tak menjawab, ia beralih untuk memindahkan makanan yang telah ia panaskan ke atas meja. Mark ikut bergabung di sana dan sarapan pagi pun telah dimulai. Selama sarapan, Leo yang paling banyak mengisi keheningan di meja makan. Anak kecil itu akan mengatakan banyak hal dengan bahasanya yang masih berantakan. Leo sudah bisa memegang sendok makannya sendiri, walaupun setiap ia menyuapkan makanannya sendiri, makanan tersebut lagi-lagi akan jatuh dan berlamburan.

me after you [UNDER REVISION]Kde žijí příběhy. Začni objevovat