6. Kanada & Peraturan

13.9K 2.3K 1.1K
                                    

Suara dering telepon berbunyi keras segera memanggilnya untuk terbangun dari tidur nyenyaknya di pagi hari. Butuh beberapa detik untuk Lia mengumpulkan semua nyawanya. Barulah setelahnya, ia dan penglihatannya yang masih kabur tersebut mencoba mencari sesuatu di atas nakasnya. Dia meraih ponselnya yang tak berhenti berbunyi sejak tadi.

Sebuah panggilan masuk muncul di layar ponselnya. Tanpa memerdulikan dari siapa panggilan tersebut berasal, ia dengan asal langsung menggeser tombol hijaunya.

"Halo?"

"Lia.."

"Hngghh......"

"Pasti habis bangun tidur."

"Hmm.. kenapa..."

"Nggak. Jadi gimana kabar sidang lo?"

Sempat terjadi keheningan sejenak. Seseorang yang baru saja meneleponnya itu rupanya adalah Heya dan dari arah seberang sana, Lia dapat mendengar suara keramaian yang sedikit mengusik sambungan telepon mereka.

"Gue baru selesai semhas."

"Wiiih! Selamat sayang!"

Lia tertawa dengan keadaan setengah sadar. Persis seperti orang yang sedang mabuk.

"Lo lagi dimana sih? Kok kayak ribut banget."

"Gue lagi di bandara."

Mendengar hal tersebut, kesadaran Lia langsung terkumpulkan secepatnya. Matanya terbelalak mengetahui kabar yang diberikan oleh Heya itu.

"Lo ngapain di bandara!? Lo mau kemana?"

"Gue mau ke Kanada."

"HAAH!?"

Lia terbangun segera dan bersiap untuk mendengarkan lebih serius lagi kali ini.

"Gimana? Gimana? Lo ke Kanada, terus ini lo sendirian ceritanya?!"

"Nggak. Bareng Kak Mark."

BRUKK!

Tubuh Lia terperosot seketika. Ia kehilangan tenaga mendengarkan semua itu.

"Lia?? Halo?"

"Gimana bisa lo sama Kak Mark ke Kanada!?? Anjiir! Heya gila lo!! Lo ngapain coba!? Jangan gila! Jangan halu!"

"Ngapain gue halu?"

"Lah! Kak Mark—"

"Kita udah nikah tiga hari yang lalu."

Lia menghembus napasnya dengan berat dan kali ini ada perasaan yang begitu miris ketika mendengar kabar Heya tersebut. Dengan cepat ia meraih kembali benda ponselnya yang sempat terjatuh tadi.

"Gimana bisa lo nikah sama Kak Mark!?"

Lia dapat mendengarkan gumaman dari seberang sana dan saat itu juga mulutnya menganga dengan lebar.

"Kok lo nggak ngundang gue sih!?!"

"Serius Lia, pernikahan kita tuh bener-bener mendadak banget! Tiga hari sebelum ke Kanada kita tuh nikahnya di KUA. Kagak ada tenda-tendaan!"

"Terus tetangga lo gimana???"

"Udah dikasih tahu kok. Pak RT di rumah gue juga sempet dateng ke KUA jadi saksi nikahnya."

"Haah.... Heyaa!!"

"Doain gue ya."

"Punya momongan?"

"Iss!! Bukan gitu! Doain gue lancar selama di Kanada."

"Amiin! Momongan juga!"

Heya mendengus mendengarkannya, sedangkan itu Lia malah tertawa jahil.

me after you [UNDER REVISION]Där berättelser lever. Upptäck nu