34.bubur

83.9K 15.1K 3.3K
                                    

Wangi obat-obatan tercium ketika Ziedan membuka matanya, ia menatap kearah orang orang yang sedang berkumpul di hadapannya.

Ia tau sangat tau ini dimana, dia tidak akan menanyakan 'ini dimana' pada orang-orang di depannya karna jelas ini di rumah sakit.

Ziedan menatap kearah cewek yang sedang menatapnya khawatir dan kelima temannya yang sedang menahan tawa.

Ia menghela nafasnya dan duduk dari tempat berbaring nya tadi, Ziedan menoleh kearah Mama dan papa nya yang sedang berbicara dengan raut serius.

"Kamu mau minum?" tanya Mozza pada Ziedan dan diangguki olehnya.

Mozza menyodorkan segelas air putih dihadapan Ziedan, dan cowok itu menerimanya dan langsung meminum air putih itu sampai habis.

"Gimana sehat, bro?" tanya Azaleel sambil menahan tawanya, Ziedan menatap cowok itu dengan tajam dan memalingkan wajahnya dari tatapan teman-temannya yang sedang mengatur ekspresi mereka agar tidak tertawa.

"Ziedan anak Mama udah sadar?" tanya Nelly sambil mengelus surai hitam milik Ziedan, Ziedan hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Kamu udah makan belum? Ini mama buatkan bubur bayi buat kamu, kamu kan selalu minta bubur bayi kalau lagi sakit." ujar Nelly sambil menyodorkan bubur bayi di hadapan Ziedan.

Sial, lihat lah sekarang kelima temannya sangat puas menertawakan dirinya. Ziedan menggeleng kepalanya tanda ia tidak ingin makan, bagaimana bisa dia memakan bubur bayi kesukaannya jika disini ada perempuan yang sedang asik menundukkan kepalanya.

"Maaf, Mozza enggak sengaja." Perhatian Ziedan teralihkan pada satu-satunya cewek yang sedang menahan tangisnya.

"Gara-gara Mozza Ziedan jadi sakit." sambungnya lagi dan Ziedan menghela nafasnya.

"Gak apa-apa Mozza sayang, itu cuman kecelakaan." ujar Nelly sambil mengelus kepala Mozza dengan sayang.

"Mozza kesini sebentar, ada yang mau saya bicarakan." suara papa Ziedan menginterupsi mereka dan Mozza menganggukkan kepalanya dan permisi kepada mereka.

Ziedan menatap kepergian Mozza dan mengambil bubur yang ada ditangan Mamanya, Nelly pergi berpamitan pada keenam cowok yang ada dikamar rawat Ziedan dan mereka menganggukkan kepalanya.

"Anak Mama lahap banget ya makannya?" ejek Zellan sambil mengacak-acak rambut Ziedan.

"Bayi Mama gemus banget sih?" sambung Ringga mencubit pipi Ziedan yang sedang asik memakan bubur bayi nya.

Ziedan menatap temannya yang sudah tertawa terbahak-bahak, ia menghela nafasnya dan menaruh kembali buburnya dengan kasar ke nakas rumah sakit.

"Lho anak Mama udah selesai makannya? Dimakan lagi dong biar cepat gedek." ejek Azaleel dan Ziedan langsung membaringkan tubuhnya membelakangi teman-temannya yang masih tertawa.

Nelly tersenyum menatap interaksi antara anak dengan teman-temannya dari kaca pintu rumah sakit, ia menatap kembali pada dua orang yang sedang berbicara dihadapannya.

"Saya dengar kalo mereka sudah jarang mencari masalah disekolah dan saya harap kamu bisa terus mengawasi mereka." ujar Farid papanya Ziedan sambil melipatkan tangannya didada.

"Tidak perlu capek-capek mengajari mereka lagi, saya hanya ingin kamu mengajari mereka menjadi orang yang bertanggung jawab dan meninggalkan kebiasaan buruknya." sambung Farid lagi dan merogoh kantung jasnya.

"Kamu harus datang ke tempat ini dan kamu akan mengetahui kehidupan mereka lebih dalam lagi," Farid menyodorkan secarik kertas dan sebuah alamat.

Mozza membaca kertas tersebut dan menatap tak percaya pada orang tua didepannya ini.

"Kenapa, kamu tidak mau? Apa karna waktunya?" tanya Farid dan diangguki Mozza.

"Kamu terlalu berlebihan, jangan suruh Mozza kesana. Dia cewek Farid enggak baik keluar malam hari." sahut Nelly sambil mengelus rambut Mozza.

"Enggak apa-apa Bu, Mozza bakal berusaha semampu Mozza." ujar Mozza dan membuat wajah Farid tersenyum.

"Lihatlah, aku seperti melihat mu sewaktu muda," bisik Farid ditelinga sang istri membuat Nelly tersenyum.

"Bahkan kisah mereka sama seperti kita." sahut Nelly dan diangguki Farid.

"Apa Ziedan akan bernasib sama denganku, dan teman-temannya seperti Papa mereka dulu yang mengalah dan menyerahkanmu padaku." ujar Farid sambil menaik turunkan alisnya sambil tersenyum menggoda, membuat Nelly mencubit lengan suaminya karna malu.

"Aku rasa agak berlebihan." Nelly menggelengkan kepalanya mendengar ucapan suaminya.

"Kenapa? Aku yakin benih-benih cinta bakal tumbuh di hati ke enam bocah itu?" ujar Farid dengan yakin dan mendapat helaan nafas dari istrinya.

"Aku tau kejadian waktu kita muda bakal terulang, tapi aku ingin nasib mereka sedikit berubah." balas Nelly dan digelengi suaminya.

"Kalau pun nasib mereka tidak sama dengan nasib kita, aku akan membuat nasib Ziedan sama dengan ku dan aku akan membantu Ziedan mendapatkan pujaan hatinya seperti yang kulakukan dulu." ujar Farid menatap wajah cantik Nelly yang menatap dirinya tak percaya.

"Jangan gila Farid! kamu bukan Tuhan yang menentukan takdir anakmu. dan biarkan takdir mereka Tuhan yang mengatur tanpa campur tangan antar orang tua." ujar Nelly sambil melototkan matanya membuat Farid menghela nafasnya.

"Ekhem." Mozza berdehem membuat kedua orang tua yang sedang berbicara langsung mengalihkan pandangan mereka ke seorang gadis yang menatap mereka dengan  bingung.

"Maaf, Pak Bu saya permisi dulu. Maaf mengganggu dan saya bakal usahain datang kealamat ini, permisi." Mozza pamit pada kedua orang tua yang menatap kepergian Mozza.

Mozza membuka pintu kamar rawat inap, semua yang ada didalam kamar rawat inap Ziedan menatap dirinya yang masih di pintu.

Mozza melangkahkan kakinya mendekat kearah brankar Ziedan yang sedang berbaring sambil menatapnya, Mozza melirik kearah bubur bayi yang sudah tinggal setengah.

"Kenapa enggak kamu habiskan?" tanya Mozza dan alis Ziedan terangkat sebelah bingung akan ucapan Mozza.

"Sini aku suapin." sambung Mozza lagi dan mengambil bubur bayi bersiap menyuapkan satu sendok bubur ke mulut Ziedan.

"Udah kenyang." ujar Ziedan singkat dan menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya agar tidak melihat teman-temannya yang mati-matian menahan tawa mereka.

"Kenapa, malu?" tanya Mozza pada Ziedan dan digelengi cowok itu.

"Kenapa harus malu, Mozza juga sering kok makan bubur bayi." sambung Mozza lagi dan Ziedan menyibak sedikit selimut dari wajahnya.

"Lo juga sering makan bubur bayi?" tanya Ziedan dan diangguki Mozza.

"Kamu mau makan lagi?" tanya Mozza lagi dan diangguki Ziedan.

"Makan sendiri atau disuapi?" tanya Mozza lagi dan menatap Ziedan yang sedang berpikir.

"Suap." balas Ziedan sedikit malu dan membuat kelima sahabatnya menatap tidak percaya akan ucapannya.

Memang selama Ziedan sakit cowok dingin itu berubah seperti bayi, dan akan bermanja-manja dengan Mamanya. Kelima temannya akan selalu berada disampingnya bukan untuk menjenguk tetapi untuk tertawa puas melihat tingkah Ziedan seperti anak kecil.

Mozza menyuapkan bubur bayi ke mulut Ziedan dengan telaten, Mozza berbohong bahwa dia sering memakan bubur bayi agar Ziedan tidak malu untuk memakan bubur bayi dihadapannya.

dan, ya. itu berhasil membujuk si bayi gorila untuk menyantap bubur bayi nya, dan mangkok yang berisikan bubur bayi itu sudah habis dimakan bayi gorila didepan Mozza.

*****

Terima kasih sudah membaca cerita, BUKAN KEJU MOZZARELLA!!!!

Jangan lupa votement yah, jangan pelit-pelit untuk tekan bintang. Aku pamit, bye-bye.

'~naylechy.

Kam, 21 Jan 2021.

.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Where stories live. Discover now