48.tamu tak diundang.

80.9K 13.5K 1.9K
                                    

Mozza menghembuskan nafas menatap kehebohan di hadapannya, suara umpatan terdengar ketika musuh di dalam game menyerang.

Azaleel dan Zellan bermain playstation yang mereka bawa ketika pamit ingin ke basecamp untuk mengambil baju ke-enam cowok itu dan cemilan, sedangkan Ringga dan Sakhi bermain game diponsel mereka.

Ziedan dan Alhesa bermain Uno di bawah lantai, raut wajah Mozza terlihat kesal pada mereka karna ruangan Mozza yang seharusnya untuk menjenguk orang yang sedang sakit malah dijadikan tempat tongkrongan.

Belum lagi suara teriakan mereka yang menggema membuat ruangan Mozza yang seharusnya senyap malah berisik.

"Fokus dong Khi gimana sih lo," dumel Ringga menghentakkan kakinya kesal.

"Santai." Sakhi membetulkan letak kacamatanya yang sedikit kendur.

"Kampret, lo kok ngebiarin dia buat mukul gue sih?" Azaleel menoyor kepala Zellan membuat cowok itu tidak terima karna kepalanya ditoyor.

"Setan, lo seharusnya ngelindungi diri lo sendiri bukan gue ngelindungi lo. Lemah!" Zellan mentoyor kepala Azaleel.

"Gak usah noyor juga lah!"

"Lah, lo duluan yang mulai!"

Pertengkaran itu tidak bisa dielakkan lagi tidak ada yang perduli untuk melerai perkelahian antara Azaleel dan Zellan.

"Huh? gimana bisa lo menang lagi?" Alhesa tidak terima ketika dirinya lagi-lagi kalah dari Ziedan.

"Lo aja yang bego, gak bisa main." Ziedan menyusun kartu Uno dan membagikan pada Alhesa.

"Gak bisa gini, lo curang kan?"

"Jangan karna lo kalah seenak dengkul lo nuduh yang enggak-enggak!" Ziedan menatap Alhesa tajam dan memberikan kartu Uno lagi padanya.

"Kalian bisa diam gak sih?" tegur Mozza untuk kesekian kalinya karna ucapannya tidak digubris keenam cowok itu.

"Lo gak liat gue lagi nyelesain misi, seharusnya lo jaga gue dibelakang biar kita menang!" sungut Azaleel memiting leher Zellan.

"Lo siapa yang harus gue jaga, gue nyelesain misi gak manja minta dilindungi kayak lo." Zellan menindih tubuh Azaleel sambil mencekik leher Azaleel.

"Aelah, Napa Lo mukul gue!" rutuk Ringga menepuk pahanya geram.

"Ngga awas ngga!"

"Iya-iya gue tau!" Ringga kembali fokus pada layar ponselnya.

"Udah sini gue aja yang ngaduk!" Alhesa merebut kartu Uno ditangan Ziedan.

"Ngaduk apaan lo kira adonan!"

"Udah gak usah banyak bacot, gue aja sini yang ngaduk!" Alhesa merebut kartu Uno tersebut ditangan Ziedan.

"Lo curang kalo lagi ngaduk kartu!" Ziedan merebut kartu yang ada ditangan Alhesa.

"DIAM!" teriak Mozza membuat kegiatan ke-enam cowok itu terhenti dan menatap Mozza yang sedang mengatur nafasnya.

"Jangan main disini!" tekan Mozza menatap keenam cowok itu satu persatu.

"Terus kita mau main dimana? Nanti siapa yang jagain lo?" tanya Alhesa merebut kartu Uno ditangan Ziedan membuat cowok itu mendesis kesal melihat Alhesa.

"Gak boleh main, duduk tenang bisa gak sih?" ucapan Mozza membuat ke-enam cowok itu menghembuskan nafasnya.

"Gak bisa, nanti yang ada kita bosan." sahut Azaleel, Mozza mendengar itu merotasikan matanya.

"Terus Mozza apa, kalian kira Mozza gak bosen denger teriakan kalian?" kesal Mozza dan Ringga bangkit dari duduknya memegang tangan Mozza.

"Oh lo mau jalan-jalan? Bilang dong gak peka-an banget sih lo?" Ringga menendang kelima temannya membuat kelima cowok itu mendengus kasar melihat sikap tak sopan Ringga.

Zellan mengambil kursi roda yang berada dipojok dan mendorong kearah Mozza, Mozza menatap Ringga dan Zellan dengan tatapan bingung.

"Kita mau kemana?" tanya Mozza menahan tangan Ringga yang ingin mendudukkan tubuhnya di kursi roda.

"Lo bosen kan? Yaudah kita jalan-jalan." ajak Ringga dan menggendong tubuh mungil Mozza untuk mendudukkannya di kursi roda.

"Mozza bisa jalan sendiri." Mozza berusaha bangkit dari kursi roda yang di dudukinya.

"Gak, kaki lo masih lemah!" Zellan menahan tubuh Mozza agar tetap duduk di kursi roda.

"Ayo, si keju lagi bosen dia harus jalan-jalan nikmati angin kotor."

"Angin segar dongo!" koreksi Sakhi menatap Ringga tajam.

"Oh iya-iya, angin segar."

Mereka keluar dari ruangan Mozza dan berjalan entah kemana, Mozza tersenyum ketika dirinya bisa keluar dari ruangannya.

"Lo mau nikmatin hidup gak?" tanya Ringga mendorong kursi roda yang dinaiki Mozza.

"Yah mau lah." balas Mozza dengan antusias.

"Mau gue tunjukin cara nikmatin hidup versi gue?" tanya Ringga berbisik ditelinga Mozza.

"Gak usah ngada-ngada lo." ujar Ziedan memukul bahu Ringga.

"Oke, waktunya keju nikmati hidupnya." Ringga mempercepat langkah kakinya sambil mendorong kursi roda Mozza.

Mozza menepuk-nepuk tangan Ringga agar berhenti melakukan hal itu.
"Ringga gila, mau buat Mozza meninggal ya?" tanya Mozza menatap Ringga yang masih tidak mau memelankan langkahnya.

"Kitakan mau nikmati hidup." sahut ringga membuat Mozza kesal.

"Gak gini juga Ringga, pelanin gak kursi rodanya?"

"Tolongin Mozza dari orang gila ini." Mozza menoleh kearah belakang melihat kelima teman Ringga berlari mengejar mereka.

"Ngueng... Ngueng..." Ringga terus mempercepat langkah kakinya dan berhenti ditaman rumah sakit.

"Udah sampai nona keju." Ringga menundukkan tubuhnya sebagai hormat pada Mozza.

"Mozza mau balik aja ke ruangan Mozza." Mozza mendorong kursi rodanya membuat Ringga bingung.

"Lah, bukannya lo tadi minta jalan-jalan?"

"Ringga udah buat Mozza jantungan!" Mozza menatap kelima cowok yang baru sampai ditaman rumah sakit.

"Gila lo, orang sakit diajak balapan!" Sakhi menendang tulang kering Ringga membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Ya maaf." Ringga tertawa melihat wajah cemberut Mozza.

"Sini gue dorong lagi." Ringga yang berniat ingin mendorong kursi roda Mozza dan segera ditolak mentah oleh cewek itu.

"Mozza gak mau di dorong Ringga." segera Mozza menjauhkan diri dari Ringga.

Tangan Ziedan terangkat untuk mendorong kursi roda Mozza pelan dan diikuti kelima temannya, mereka berjalan di lorong rumah sakit sesekali sapaan dari suster dan dokter terdengar menyapa Ziedan karna mereka tahu Ziedan anak pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja.

Langkah mereka terhenti didepan pintu kamar rawat Mozza, Ziedan memutar knop pintu dan membukanya.

"Hai." sapaan itu terdengar ketika mereka memasuki kamar rawat Mozza, jelas sapaan itu ditujukan pada Mozza yang sedang melototkan matanya tidak percaya pada tamu tak diundang itu.

*****
Jangan lupa votementnya yah, jangan pelit-pelit untuk menekan bintang. See you.

'~naylechy.

Sab, 27 feb 2021.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Where stories live. Discover now