00. PROLOG

457 73 133
                                    

Hai semuanya!

Ini adalah bagian prolog cerita Selvin. Aku harap kalian bisa tertarik dengan prolog nya. Terima kasih!

๑๑๑

Alvino Reynad Albar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alvino Reynad Albar. Lelaki itu memijat ujung jidatnya melepaskan penat yang sedari tadi ia tahan.


Acara star singing competition telah selesai di selenggarakan, membuat lelaki itu menghembuskan nafasnya lega. Setelah berjam-jam melihat penampilan peserta di berbagai sekolah, akhirnya ia tahu siapa yang memenangkan kejuaraan ini.

Lelaki itu berjalan menuju ke luar, berniat untuk pergi ke parkiran yang tempatnya lumayan jauh. Suara kebisingan perlahan memudar, tanpa di sadari ia sudah menjauh dari kerumunan orang.

Alisnya saling bertautan dan matanya menyipit di kala ia melihat sesosok perempuan yang jatuh pingsan. Tempat ini lumayan sepi, hanya beberapa orang yang lewat.

Semakin penasaran, ia terus melangkah mendekat ke arah perempuan itu. Sebenarnya tak sepenuhnya ia berani melihat keadaannya, tetapi rasa ingin menolongnya nya jauh lebih tinggi. Ia Takut terjadi apa-apa.

Sudah beberapa kali ia memanggil "mbak bangun" tetapi orang itu masih sama tidak ada respon sedikitpun.

Dengan berhati-hati tangannya mendarat pada rambut perempuan itu, dan menyingkirkan beberapa helaian rambut untuk melihat sesosok wajahnya. Ia ingin memastikan apakah perempuan itu benar-benar pingsan atau tidak.

"Hah, Selena?"

Selena Angelica. Dia adalah orang yang memenangkan kejuaraan pertama star singing competition. Sebuah perlombaan bernyanyi yang diikuti oleh orang-orang  tertentu. Di mana para peserta sudah melalui berbagai seleksi untuk maju ke tahap ini.

Ia tercengang, menjauh sedikit. Bukan kaget karena dia adalah orang yang memenangkan perlombaan ini, tetapi Selena adalah orang yang sempat ia kenal satu minggu yang lalu.

Lelaki itu semakin di buat bingung, kenapa orang yang baru saja mendapatkan kejuaraan malah jatuh pingsan? Bukankah seharusnya dia bahagia atas pencapaian yang diraih?

Sudahlah, ada yang jauh penting selain memikirkan hal itu. Ia harus segera mencari ruangan dan orang untuk menyembuhkan Selena. Karena ia sendiri tidak ahli dalam hal membantu orang yang jatuh pingsan.

Saat kedua tangannya menyentuh tubuh perempuan itu, suara telepon terus berbunyi yang mungkin adalah milik Selena.

Tak berani mengangkat teleponnya, ia pun membawa benda pipih itu dan membiarkannya menyala selama ia mencari ruangan. Tempat ini begitu asing, membuatnya harus mencari terlebih dahulu dengan kondisi menggendong tubuh Selena.

Setelah beberapa menit, akhirnya salah satu petugas mengarahkan tempat yang ia cari dengan tulisan 'Ruang Darurat'. Lalu, membaringkan perempuan itu perlahan.

Kini di ruangan hanya ada mereka berdua karena petugas sedang membawa minyak kayu putih untuk membantu menyadarkan perempuan itu.

Suara dering telepon yang tak henti, sangat mengusik pendengarannya. Ia menoleh ke sebelah kanan yang terlihat jelas dari layar ponsel itu bertulisan 'bi Nani'.

Dari lubuk hatinya, ia ingin menjawab telepon itu, kemudian mengabarkan kondisi Selena saat ini. Bukankah hal yang bagus?

Brak!

Tangannya belum sempat menyentuh benda itu tetapi suara pintu terbuka dengan keras yang membuatnya kaget dan menghentikan aktivitasnya.

Sepertinya orang yang baru saja datang tidak menyadari keberadaannya. Ia membiarkannya, melihat apa yang akan dilakukan orang itu. Sampai pada akhirnya, orang itu menyadari.

"Lo yang bawa dia kesini?"

Pertanyaan spontan tanpa basa-basi itu keluar dari mulut lelaki itu. Ia pikir, sepertinya lelaki itu adalah kekasih Selena. Di lihat dari kelakuannya yang sangat cemas, bahkan tatapan curiga kepadanya.

"Ya," jawabnya. "Nih handphone dia dari tadi nyala, banyak yang telepon."

Ia menyerahkan handphone itu kepada orang yang ada di depannya. Namun ia merasa risi di saat gerak gerik nya di perhatikan. Apa ada yang salah dengan dirinya?

Sekarang ia mengerti, mungkin orang itu butuh penjelasan tentang kehadirannya di sini. "Nggak usah curiga sama gue, gue kenal sama dia."

"Tadi dia jatuh pingsan di tempat yang lumayan sepi. Karena gue nggak sengaja lewat dan nggak ada orang yang bantu dia, jadi mau nggak mau, gue bantuin," jelasnya.

Beberapa menit kemudian, Selena mengerjapkan matanya. Dan yang pertama dilihat adalah dirinya, Alvino. Selena menoleh ke arahnya, netra hitam itu tertuju padanya. Tatapan yang masih sama seperti satu minggu yang lalu.

"Makasih." Selena berucap, lalu mengalihkan pandangannya kembali.

"Dia Alvino, anaknya sekertaris papa," tandas Selena memperkenalkan dirinya, membuat semuanya diam.

Pertemuan dan kejadian satu minggu yang lalu membuat keduanya sama-sama canggung. Bukan hal yang biasa, perasaan Selena pada waktu itu benar terjadi.

Pertemuan minggu lalu bukanlah akhir dari segalanya. Namun mereka berusaha menganggap bahwa ini hanyalah kebetulan.

"Gue pamit dulu," ujarnya meninggalkan ruangan, tanpa tahu penyebab perempuan itu jatuh pingsan.

๑๑๑๑๑๑

Prolog nya di cukupkan segini. Aku harap kalian nggak berhenti di awal karena masih banyak perjalanan dari cerita ini.

Untuk update, aku nggak bisa tentuin setiap hari apa dan berapa kali dalam seminggu. Tapi di usahain aku bakalan update secepatnya.

Jangan lupa kasih vote dan komentarnya, karena itu berharga banget buat aku khususnya cerita ini.

Terima kasih yang udah baca dan sampai bertemu di chapter satu.

SelvinWhere stories live. Discover now