7. KEPUTUSAN

430 95 168
                                    

Chapter 7: Keputusan

Hallo,
Lebaran tahun ini, ada yang perlu di sampaikan?
Kalo aku ada salah, mohon maaf yaa semuanyaa.

Selamat membaca sayangnya akuu💗

Selamat membaca sayangnya akuu💗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waktu berlalu begitu cepat. Sudah dua hari lelaki itu menunggu di tempat yang sama, di sebuah ruangan bernuansa putih serta sedikit bau obat-obatan layaknya khas rumah sakit.

Tak ada hentinya ia berdoa memohon kepada Tuhan agar diberikan kebaikan untuk kondisi Selena. Tak ada bosannya juga ia menunggu perempuan itu sampai benar-benar siuman. Bahkan ia tidak peduli dengan tugas-tugas di kampusnya.

Selama dua hari setelah kematian keluarga Selena, Selena di rawat di rumah sakit dan sampai sekarang kondisinya belum saja membaik. Ia tak sempat ikut memakamkan keluarga nya sendiri. Itu semua bukan rencananya tetapi kondisi tubuhnya yang tidak memihak kepada dirinya.

"Kamu kenapa belum pulang? Sudah dua hari kamu menunggu di sini. Saya tahu pasti kamu kekurangan tidur."

Alfad membuka matanya dengan berat. Padahal ia baru saja memejamkan matanya setelah beberapa lama susah untuk tidur di tempat yang tak nyaman ini.

"Eh, Tante. Maaf tadi saya ketiduran."

"Masih belum ada perkembangan dari Selena?"

Alfad menggeleng lemah.

"Sebaiknya kamu pulang dahulu. Sekarang giliran tante yang jaga disini. Kamu nggak usah khawatir, Selena pasti akan sadar sebentar lagi."

"Nggak apa-apa Tante, biar saya yang tunggu disini. Lagian saya tidak ada pekerjaan di rumah."

Ia berbohong. Nyatanya banyak Sekali teman-teman yang menghubunginya karena tak ada kabar sama sekali tentangnya. Masih ingat kalau Alfad menjadi panitia di salah satu proker kampusnya? tugasnya sangat berat, namun dengan entengnya ia meninggalkan itu semua. karena jika Selena sadar, ia ingin berada di sebelahnya. Ia tak ingin meninggalkan perempuan itu.

"Kamu pacarnya Selena?"

Pertanyaan secara tiba-tiba itu telah membuatnya tersadar dari lamunannya."Iya."

Iris matanya mengikuti arah gerak sandra yang akhirnya duduk di sebelahnya.

"Saya rasa, kamu sayang sama dia. Kalau saya nitip dia ke kamu, boleh? Saya yakin kamu bisa menjaga dan hidup bersama dia."

SelvinWhere stories live. Discover now