Hi, I Am

511 72 77
                                    

~Angel With a Glasses~

By: TsubasaKEI

Don't try to make it yours!

Enjoy~

---------------------------------------------
Chapter 9: Hi, I Am

Tergeletak asal di atas kasur hotel, Boboiboy menerawang ke langit-langit. Dipojokan, sarang debu yang tidak terperhatikan layanan kamar menjaring tipis. Kegiatannya mengamati cicak berburu serangga sudah mengonsumsi 2 jam waktunya semenjak penghuni ruangan lainnya berpencar ke penjuru dunia mencari bahan-bahan yang diminta Ying. Ocho—atau Gabriel sekarang?—yang terakhir pergi. Wajahnya terlihat sedih ketika ia harus kembali ke Heaven untuk mengambil bulu sayap Metatron dari 'gudang rahasia yang malaikat lain nggak sadar ada'.

Tidak punya kegiatan lain, Boboiboy menunggu. Dibiarkan sendirian dengan pikiran yang masih ingin kembali pada duka kemarin hari. Boboiboy menemukan rasa damai pada gerak-gerik cicak dan deru angin sore yang menerpa gorden. Dap tap fwap tap, bunyinya menggaruk gatal di dalam telinga. Dari langit-langit kamar mata Boboiboy lalu berpindah ke luar. Pintu dan jendela kamar terbuka lebar, hasil dari si penyihir yang bilang udara dari hutan bagus untuk kesehatan jiwa.

Dan berdiri di luar, adalah Fang.

"Kemana yang lain?" Tanyanya. Lengkap dengan mantel menutupi figur cegak nan luwes.  Mata amethyst bergerak waspada seolah setiap bayangan yang bersembunyi  di bawah kolong akan lompat menyerang. Mungkin beberapa dari mereka akan.

"Masih pergi." Jelas Boboiboy. Singkat dan padat. Ia mengamati si pemuda—malaikat, benaknya mengingatkan. Fang adalah seorang malaikat. Makhluk mistis yang hanya ada dalam dongeng dan buku-buku agama. Sama seperti Ocho. Sama seperti Yaya, dan Ying. Ocho sudah memberitahunya, bahwa beberapa makhluk dongeng itu nyata. Kebanyakan dari mereka hidup berdampingan dengan manusia secara diam-diam. Penemuan yang luar biasa bagi Boboiboy. Hanya ditemukan bukan pada waktu yang tepat.

"Ah...begitu." Fang mengangguk, canggung. Satu kaki melangkah masuk. Punggung Boboiboy menciut. Kaki si malaikat pun ditarik kembali. "Maaf." Ucapnya. Singkat dan padat. Seperti membaca teks di atas kertas sesuai instruksi, lalu mendadak kesal ketika apa yang dimaksud tidak bisa menyampaikan isi pikirannya dengan baik.

"Fang?" Kepala yang dipanggil terangkat sigap. "Itu namamu, bukan? Atau selama ini aku memanggil nama orang lain?"

"Aku...Fang." Ucapnya penuh konflik.

  Fang Fang Fang. Nama itu dikecap oleh lidah. Familiar dan sekarang alien untuk Boboiboy. Sama halnya dengan jarak yang entah bagaimana hadir di antara mereka. Boboiboy duduk, lalu menoleh ke arah pintu balkoni.

"Tidak mau masuk?" Sebuah undangan yang Fang terima dengan haus. Si Malaikat melangkah ke dalam. Mantel berkibas layak sayap kedua, imaji majestik nan anggun dan ia berhenti di pinggir kasur, menjaga jarak.

Aneh sekali. Boboiboy pikir seorang Fang memang seperti itu. Kaku dan presisi memeluk raganya; poros yang diukir melebihi kata sempurna. Patung roman yang mendadak hidup dan hinggap di balkoni kamarnya. Fang memang seperti itu, namun melebihi segala pemahaman. Di satu pihak dia adalah bayangan setia yang kehadirannya memikat mereka yang terpapar. Dan di pihak lain dia mampu menggorok leher seorang anak kecil dengan darah dingin.

"Atok...apa atok akan dikuburkan?" Tanya Boboiboy.

"Aku memindahkan atok ke tempat pemakan. Menguburnya di bawah pohon limpato di atas bukit dan Gopal beristirahat tidak jauh di bagian bawah. Aku pastikan rumahmu kembali ke kondisi bersih seperti semula. Tidak ada yang rusak dan kotor." Fang memberi laporan.

Angel With a Glasses Where stories live. Discover now