Away, Anew

534 58 12
                                    

~Angel With a Glasses~

By: TsubasaKEI

Don't try to make it yours!

Enjoy~

---------------------------------------------
Chapter 10: Away, Anew

Hotel Białowieski disambut matahari yang terbit di balik rimbunnya hutan. Lengkap dengan harum embun pagi, keringat kerbau, dan teh melati yang baru saja diseduh oleh Ying. Di kamar Boboiboy kelima anggota persekutuan tersebar mengitari si penyihir. Meja kopi di tengah ruangan disingkirkan dan diganti dengan lilin yang mengelilingi pentagram dari kapur. Ada baskom  diletakan ditengah, Ying berdiri dengan telapak tangan terbuka ke bawah. Di dalamnya, tiga mayat kunang-kunang, tulang rusuk Anjing Labrador, serbuk magnenite dan herba-herba kering.

"Siap?" Si penyihir melirik kiri-kanannya.

Ocho menepuk tangan sekali. Raut wajahnya tersenyum geli. "Siap melihat sihir dan kembang api!" Serunya.

Bibir Ying miring. Menghiraukan Ocho, dengan memejamkan mata ia merapalkan mantra di bawah nafas.

Boboiboy terhimpit di antara Yaya dan Fang. Telapak tangan mengepal antisipatif, jantungnya berdebar hebat.

"Apa kita perlu melakukan sesuatu?" Bisik Boboiboy pada Fang resah.Si manusia tidak ingin menjadi distraksi, gerak di buat lambat dan bahkan enggan membuat pakaiannya bergrasak-grusuk.

Tidak diduga, Yaya lah yang menjawab. Gadis itu menyondongkan badannya ke arah Boboiboy. "Tidak usah risau. Ritual ini hanya di antara si penyihir dan sihirnya; apa yang ada di dalam lingkaran, tetap berada di dalam lingkaran. Kita di luar hanya bisa menonton pertunjukan tanpa paham isinya. Kau tahu lah, seperti  melihat lukisan Jackson Pollock di museum. "

"Ah," Boboiboy mangut-mangut mengerti. Ia lalu melihat ke bawah untuk memastikan kakinya tidak melewati batasan kapur. "Terima kasih Yaya—ah, maksudku Crowley."

"Panggil aku Yaya, manis. Tidak masalah." Gadis itu menggoda. Di samping Boboiboy, Fang memicingkan matanya.

"Ah, baiklah...Yaya." Boboiboy tersenyum sopan. Namun ia bergeser mendekatkan diri pada Fang.

Sementara itu lilin yang mengitari Ying mulai berkedip seolah tertiupi angin. Di dalam baskom bahan-bahan persembahan satu per satu mulai membusuk tanpa baunya yang khas. Sebagai gantinya harum melati berputar mengelilingi ruangan. Ying mengacungkan sehelai bulu berwarna abu-abu—bulu sayap Metatron. Ukurannya jauh lebih besar ketimbang bulu sebagaimana wajarnya. Yang ini merentang sepanjang siku sampai ujung jari. Itu membuat Boboiboy berpikir sebenarnya sebesar apa ukuran sayap malaikat?

Ying melepaskan genggamannya, dan bulu itu menggantung di udara.

Boboiboy tersentak takjub. Tangan menutup mulut, mencegahnya untuk membuat suara, lagi-lagi khawatir membuat gaduh. Bulu itu bergerak turun, kini permukaannya pararel dengan tanah, dan berputar searah jarum jam. Sekali, dua kali, lalu berhenti. Menunjuk ke arah ruang kosong antara Yaya dan Ocho.

Semua kepala mengikuti arah tunjuknya. "Uh..." Ocho tergagu. "Itu kemana?"

"Tenggara." Jawab Ying menghela nafas selagi menepuk-nepuk debu kapur dari roknya. Sang penyihir menatap bulu itu dengan kerungan penuh pikiran. "Aku harap bahasa inggris kalian lancar, karena kemungkinan besar kita akan berangkat ke belahan dunia yang berbeda."

"Kemana?" Tanya ulang Boboiboy. Tidak disangka matanya berbinar akan prospek petualangan baru. Boboiboy tidak pernah mengira hal itu termasuk  ritual mistis diluar nalar logika, berteman dengan makhluk selestial, dan menghentikan janji armageddon. Perubahan 180 derajat dari kehidupan sederhananya menjadi  pelajar dan penyeduh coklat panas. 

Angel With a Glasses Where stories live. Discover now