To Mourn is To Let Go

740 87 39
                                    

~Angel With a Glasses~

By: TsubasaKEI

Don't try to make it yours!

Enjoy~

Warning: blood, character death.
Be prepared, it's going to be a hell of a ride.

---------------------------------------------
Chapter 6: To Mourn is To Let Go

Boboiboy mengerang saat ia mendengar seseorang mengetok pintu kamarnya. Ia masih ingin meringkuk mencari kehangatan didalam selimut dan kembali ke dunia mimpi. Jam berapa ini?

"Boboiboy? Ini Atok."

Atok? Mendengar kakekknya yang mengetuk, Boboiboy memaksakan diri untuk bangun. Ia meregangkan tubuhnya bak kucing.

"Tok?" Boboiboy menguap dan terpincang membuka pintu. "Ada apa pagi-pagi ni?"

Wajah Atok pucat seolah melihat hantu. Alisnya mengerung sedih. "Boboiboy... kau... dengar kabar dari Gopal tak tadi malam?"

"Gopal? Tak lah. Aku tertidur pulas tadi malam. Ada apa memang?" Mendengar itu wajah Atok berubah bimbang. Atok menggaruk belakang lehernya yang mendadak gatal.

'Ada sesuatu yang terjadi...'

Boboiboy menggenggam tangan kakeknya lembut dan berkata perlahan. "Atok, ada apa? Atok bisa cerita ke Boboiboy. Ada apa dengan Gopal?"

Rasanya tidak mungkin sahabat baiknya itu membuat onar sampai membuat kakeknya khawatir seperti ini. Gopal memang suka menimbulkan situasi jenaka. Cara dia bertingkah, ucapannya  yang sering menggelitik perut dan menarik tawa hingga Boboiboy tertawa terpingkal-pingkal.

Ada sesatu yang pecah bercerai di saat sosok Atok yang begitu tegar menitikan air matanya dan bertumpu pada cucunya ketika lututnya lemah bergetar. Jantung Boboiboy berhenti berdetak ketika Atok terisak dan berkata;

"Gopal meninggal, Boboiboy."

.
.
.
.
.
.
.
.

Menurut kesaksian Pak Kumar —ayah Gopal, Kemarin Gopal keluar rumah sekitar pukul 7 malam untuk membeli cemilannya yang habis. Lewat pukul 12 malam Gopal tidak kunjung pulang. Beliau memutuskan untuk mencari Gopal, namun mereka hanya membawa pulang rasa panik yang kian menggebu. Batang hidung Gopal tak kunjung nampak. Pukul 2 pagi, Rob Burger menelpon keluarga Gopal dan berteriak kalau polisi tidak sengaja menemukan Gopal tidak sadarkan diri di halaman rumah terbengkalai yang setengah hancur, puing-puing dan asap mengebul, seolah granat baru saja dilempar ke arah gedung.

Boboiboy berlari sekencang mungkin. Ia bisa mendengar sirine dan melihat lampu berkedip-kedip dari kejauhan. Ada seseorang yang menangis meraung-raung.

"Itu anak aku! Kau nak apakan dia hah?! Minggir! Minggir aku kata!" Dua orang aparat keamanan menahan Pak Kumar sebelum ia dapat menyerbu lokasi. Petugas medis tetap bekerja tenang di bawah tekanan dan mata penasaran. Boboiboy bisa melihat mereka mengitari sesuatu yang terbaring di rumput, tidak bergerak. Beberapa orang mendokumentasikan dengan ponsel mereka. Boboiboy merasa ingin membuang ponsel-ponsel itu.

Langit berubah kelabu—kenapa mereka berubah kelabu?—dan rintik pertama jatuh di pangkal hidung Boboiboy. Tetesan berikutnya mengikuti; satu, dua, tiga. Tetes ke empat mengalir hangat di pipinya. Boboiboy tidak sempat menghapusnya, hujan sudah terlebih dulu turun dengan deras.

Tanpa sadar, kaki Boboiboy sudah membawanya ke tengah-tengah pusat perhatian. Sesuatu membuat orang-orang diam sejenak, membuka jalan untuk bocah yang perlahan berjalan menuju sahabatnya. Pak Kumar berhasil membobol blokade dan ikut berlari ke samping Boboiboy. Tidak pernah sebelumnya Boboiboy melihat ayah Gopal menangis. Dia adalah pria yang keras, rotan siap ditangan setiap kali Gopal berbuat ulah. Namun sekarang pria itu menangis meraung-raung meneriakan nama anaknya.

Angel With a Glasses Where stories live. Discover now