ALTA 14 | Change Of Attitude

33.1K 4.9K 1.1K
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Tania menatap Nata yang berada di sampingnya, perempuan itu tengah melamun. Tania lantas menghela nafas kecil. Ia memang tidak tahu permasalahan apa yang tengah dialami Nata. Namun melihat wajah Nata yang biasanya menampakkan wajah ceria dan sumringah, kini mendadak lesu dan tak bergairah.

Ia tahu, Nata tengah berpikir berat, hingga membuat Nata nampak tengah kehilangan jiwanya. Tania berpikir mungkin ini ada sangkut pautnya dengan kejadian tadi.

Saat ini Tania hanya berdua dengan Nata di kamar penginapan, karena Ajeng yang sedari pergi bersama Saka, sampai saat ini belum pulang.

Tangan Tania bergerak menepuk pundak Nata. Membuat perempuan berponi tipis itu tersentak kaget.

"Ngapain sih? Bengong mulu, kesambet entar loh!"

Nata tertawa, terdengar seperti terpaksa. "Gue gabut Tan, makanya melamun, sambil berimajinasi, siapa jodoh gue dimasa depan."

"Kayanya kebiasaan aku melamun pindah ke kamu ya?" Tania terkekeh kecil.

"Iya kali ya,"

Tania tersenyum, "Nata, kita itu sahabat udah kaya saudara. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk cerita. Aku disini, sama kamu loh,"

"Apa sih lo! Gue nggak mau bilang nggak papa, karena itu udah basi. Tapi gue cuman bilang, gue lagi ada di tahap dimana gue lagi bingung, nggak tau harus apa." Nata menoleh menatap Tania yang meletakan dagunya di pundaknya.

"Iya aku tau. Setiap manusia pasti punya masalah masing-masing, ada yang bisa dibagi, ada yang memang harus disimpan untuk diri sendiri. Tapi, aku cuman nggak mau kamu merasa sendiri, dan merasa down. Aku kenal kamu udah lama Nata. Sebaliknya pun begitu. Kita udah hafal karakter masing-masing."

"Jangan pura-pura bahagia hanya untuk membuktikan kalau kamu nggak papa, namun nyatanya di hati kamu sedang terluka."

Nata tertawa keras, namun Tania menyadari ada setetes air mata yang mengalir dari sudut mata perempuan itu.

Tania merentangkan tangannya lebar-lebat dengan senyuman yang merekah. "Mau berbagi?"

Nata terdiam. Perempuan itu berdecak, namun tak urung menyambut pelukan sahabatnya.

"Kenapa gue selalu lemah kalau sama lo Tania!"

-o0o-


Setelah kejadian dimana Tania memergoki Nata yang tengah lamun, Tania kira Nata akan bercerita kepadanya, namun yang perempuan itu lakukan hanya menangis hebat, seolah tengah mengeluarkan seluruh beban yang ada pada dirinya dengan tangisannya.

Tania tak banyak bicara, ia hanya memberikan sebuah pelukan, dan menepuk punggung Nata yang bergetar hebat. Ini pertama kalinya Tania melihat Nata seperti ini. Setelah aksi tangis-menangis, Tania dan Nata memutuskan untuk mandi, karena tepat setelah itu Ajeng datang dan mengabarkan kalau mereka akan mengadakan barbeque di luar.

Dan disinilah mereka berada. Di halaman depan penginapan. Saka dan Ajeng bertugas membuat barbeque, sedangkan Nata, Nathan dan Alden bertugas membuat minuman. Alex sengaja tidak memberikan pelayan untuk ikut campur dalam kegiatan kali ini, itu atas kemauan Tania.

Alex, lelaki itu baru saja pamit untuk ke kamar mandi, dan hanya ada Tania yang kini beridiri termenung menatap Nata dan Alden yang nampak berdebat, sedangkan Nathan nampak fokus memanggang daging.

Tania menatap ponselnya yang menampakan sebuah pesan masuk. Akhir-akhir ini, Tania selalu mendapatkan pesan dari nomor asing. Sama seperti dulu.

Pesan-pesan tersebut berisi ancaman dan kota-kota kasar lainnya. Sudah berulang kali Tania, memblokir kontak tersebut, namun tak berselang pasti ada nomor lain yang menghubunginya.

BelieveWhere stories live. Discover now