ALTA 21| Fight And Make Peace

25.9K 4.4K 2.4K
                                    

Jangan lupa spam comment
Maaf kalau ada typo:)

o0o
H A P P Y
R E A D I N G
o0o

Hari ini, cuaca terasa dingin. Di luar sana hujan mengalir dengan deras di sertai awan mendung yang mulai menghitam. Suasana ini, sama seperti suasana di dalam hati yang Tania rasakan. Mendung, gelap, sunyi dan hampa. Dulu, ia kerap merasakan seperti ini, tapi ketika bersama Alex dia tidak merasakannya. Dan kali ini, ia merasakannya lagi.

Setelah kejadian dua hari yang lalu—tepat ketika ia pergi dengan Nata dan berujung pertengkaran antara dirinya dan Alex, suasana rumah ini terasa mendingin. Alex terlihat menghindari Tania, dan sikapnya pun terasa dingin. Walau lelaki itu tak berlaku kasar, sama saja sikapnya melukai hati Tania.

Tania hanya diam, ia membiarkan. Karena ia tahu, mungkin Alex sedang terbelenggu dalam pikiran yang kacau. Walau dalam hati ia terus meringis sakit. Kini, tidak ada Alex yang lembut dan penuh cinta, hanya ada Alex yang dingin, datar, bossy serta arogan.

Saat ini, Tania tengah tertidur di sofa ruang tamu. Entah kenapa akhir-akhir ini ia mudah mengantuk dan cepat terlelap barang dimana saja. Kali ini, ia tidak tertidur lelap sepenuhnya. Sayup-sayup ia bisa mendengar langkah kaki mendekat. Bersamaan dengan langkah kaki itu berhenti tepat di depan sofa yang ia tempati.

Tania berusaha tenang, dia tidak membuka matanya, walau rasanya ingin. Harum parfum seseorang yang sangat ia hapal mulai merasuk ke rongga hidungnya. Dia sangat merindukan aroma ini!

Dari sini, ia bisa merasakan elusan lembut di kepalanya, dengan kecupan penuh kasih di keningnya. Matanya memanas, ia hampir meneteskan air matanya, namun berusaha ia tahan.

Matanya terbuka perlahan. Ia menyorot ke arah punggung tegap yang berdiri di hadapannya. Saat pemilik punggung itu ingin beranjak pergi, spontan Tania bangkit dari tidurnya dan menubruk punggung itu dan memeluknya dengan erat.

"Maaf," lirihnya disertai tangisan yang mulai hadir di bibirnya. "Maaf, aku salah. Aku minta maaf,"

"Maaf, karena aku nggak nurut sama kamu. Maaf kalau aku ngeyel, maaf kalau sikap aku bikin kamu marah, maaf aku kemarin marah-marah sama kamu. Maaf. Jangan diemin aku lagi, aku nggak suka." sambungnya pelan ditengah isakannya.

Mungkin benar, dia dilahirkan untuk tidak bisa dan tidak boleh bersikap egois. Selalu dan selalu mengalah. Dan ia hanya bisa diam dan menurut, tanpa bisa melakukan perlawanan.

Alex melakukan ini semua demi kebaikannya, dia tak bisa mengelaknya.

Dan Tania hanya bisa berharap, Semoga batinnya bisa bekerja sama dengan dirinya, agar tidak tertekan menghadapi semuanya. Tania kalah, jika perlawanannya menghadirkan pertengkaran, maka ia akan menjadi pihak yang selalu meminta maaf.

Tania berpikir, di dunia ini tidak ada yang bisa di percaya selain dirinya sendiri. Di dunia ini tidak ada yang bisa ia lawan, selain dirinya sendiri. Dan di dunia ini tidak ada yang bisa mengerti dirinya, selain dirinya sendiri.

"Aku janji setelah ini, aku akan selalu nurut sama kamu. Aku akan di rumah terus, nggak akan keluar-keluar lagi."

Senyumnya mengembang saat merasakan Alex menggenggam tangannya yang melingkar di pinggang lelaki itu. Namun tak bertahan lama, senyumnya memudar saat Alex melepas pelukan mereka.

BelieveWhere stories live. Discover now