ALTA 27 | Has Ended?

24.9K 3.9K 2.4K
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Tania tersenyum sendu, saat ia baru saja membuka ponselnya. Banyak sekali pesan yang masuk. Karena memang Tania jarang menggunakan ponselnya, ia lebih suka memainkan ponsel milik Alex.

Hal yang menyita perhatian Tania adalah banyaknya pesan dari Bara yang terlihat begitu perhatian kepadanya. Ada juga Nathan, yang membuat ia semakin dilanda rasa bersalah.

"Kenapa Nona?"

Tania menoleh, ada Roseline yang tengah mengikat rambutnya. Dia tengah duduk di kursi depan rumah. Dengan Roseline yang menemaninya sedari tadi.

"Nona ingin sesuatu?"

Ya, aku ingin hidup dengan tenang.

"Enggak ada." Tania tersenyum seraya menggeleng ringan. "Alex kapan pulangnya?"

Alex tengah berada di kantornya, karena ada urusan mendesak yang membuat lelaki itu harus hadir untuk menanganinya. Berat rasanya meninggalkan Tania, karena sedari tadi entah mengapa perasaan terasa tidak nyaman.

Tapia Tania meyakinkan Alex agar pergi saja, perempuan berbadan dua itu tidak ingin pekerjaan Alex kacau hanya karena dirinya. Semakin dia dewasa, pemikirannya semakin luas yang membuat dia tidak lagi berpikir sempit.

"Siang nanti. Tuan ingin makan siang bersama disini, bersama Nona." kata Roseline. Ia tersenyum, melihat Tania dengan rambut yang diikat satu. Terlihat begitu cantik dan manis. Apalagi dengan kedua pipi yang terlihat berisi itu.

Tania kembali berbincang dengan Roseline. Kedua perempuan berbeda generasi itu memang sangat akrab, karena Roseline yang selalu menemani Tania sedari dulu ia mengenal Alex. Tania sudah menganggap Roseline layaknya ibunya sendiri. Karena melihat Roseline, ia akan selalu teringat dengan Alena.

Salah seorang pelayan yang sedari tadi memperhatikan mereka itu, dengan gemetar meraih ponselnya. Mengetik sesuatu di papan pesan, dan mengirimnya dengan jantung berdebar takut.

Tuan Alex sedang tidak ada dirumah. Nona Tania berada di depan rumah.

"Susu coklat?"

Tania mengangguk. "Iya, bisa ambilkan buat aku?"

"Tentu, Nona." Setelah itu Roseline masuk ke dalam rumah dengan sedikit tergesa.

Tania tersenyum melihat kesigapan Roseline. Namun senyumnya pudar saat merasakan ada orang di belakangnya. Saat ia akan berteriak, mulutnya lebih dulu dibekap oleh seseorang tersebut. Hingga dia jatuh tak sadarkan diri.

o0o

Mata yang sedari tadi terpejam lemas itu kini perlahan terbuka. Perempuan yang tengah berbadan dia itu mengerjap pelan, saat cahaya silau mulai menyorot dirinya. Kepalanya terasa sangat berat dan pusing.

Ia memegang kepalanya, kemudian bangun dari posisi tidurnya di atas kardus bekas, ia bersusah payah agar bisa duduk bersandar pada dinding kusam di belakangnya. Mata satunya menatap di setiap sudut ruangan ini.

Dinding-dinding rapuh dan kusam, ruangannya gelap, kotor, terlalu banyak barang bekas dan berdebu yang membuat hidungnya terasa sakit menghirup udara disini. Bahkan ventilasi udaranya hanya ada satu.

BelieveWhere stories live. Discover now