1

6.1K 334 14
                                    

Note: cerita ini dan Kamu dan Panasea itu satu universe.

Aku sarankan baca Kamu dan Panasea dulu sebelum baca ini, tapi kalau tetap mau baca ini duluan, yoo wiss...

***

"Gak usah dibayangin, udah pasti langsung gue tendang tuh burungnya sampe ekspresi dia keliatan udah kayak mau mati."

"Tita, are you insane?!"

Tita mengangguk dengan mantap atas pekikan Alya barusan. "Yes I am. Lagian baru modal anter pulang pake mobil murah aja udah berani grepe-grepe gue tuh orang."

"Terus andai yang nganter lo pulang semalem itu pake mobil mehong, lu kagak bakal nolak buat digrepein?!"

"At least, gue bakal mikir dua kali."

"Look at this bitches!!!"

"Abis gue gak tau first trial gue mau dikasih ke siapa. Daripada mubazir kan?"

"KASIH KE SUAMI LO LAH BEGO!"

"Sist, I don't wanna get fuckin married." Setelah membasahi tenggorokannya dengan sedikit tegukan air es, Tita melanjutkan dengan lebih serius kali ini, "Dengerin nasehat gue ya Al, jangan pernah kita pake perasaan sama yang namanya laki-laki, because every human who has dick is the real bastard!"

***

"Total biaya obatnya tujuh ratus ribu, mau bayar pakai cash, debit, atau kredit Ka?"

"Cash deh Mbak."

Tita memberikan banyak lembaran rupiah itu dan menyisakan hanya sedikit di dompetnya. Keningnya tidak henti mengerut melihat pundi-pundi yang menipis, tapi raut muramnya itu langsung berganti cerah saat mendapati Mamanya terlihat berjalan mendekat dari kejauhan.

Ia menautkan tangannya untuk bergelayut manja pada sosok perempuan yang paling ia cintai itu, "Mama mau makan apa? Ke Mall aja yuk, kita makan yang enak-enak."

"Mending kita makan apa yang ada di rumah aja lah, sayang uang kamu kalau dipake buat beli makanan di Mall. Mahal-mahal!"

"Ih Mama! Tita kan selama ini cari uang emang buat--" ia memang belum sempat menyelesaikan semua perkataannya karena Mamanya itu sudah lebih dulu berjalan jauh meninggalkannya. Rupanya Ibu-ibu itu terdistraksi oleh seorang Dokter yang terlihat paling menawan dan bercahaya di rumah sakit ini.

Sambil melangkah menghampiri mereka nun jauh di sana, Tita hanya bisa merasakan perasaan dongkol di dalam hatinya.

"Nak Arga, apa kabar?"

Sang Dokter rupawan itu terlihat menyalim Ibunya kemudian berucap singkat, "baik, Tante."

"Tante baru dengar kabar soal pertunangan kamu yang dibatalin kemarin, Tante harap kamu gak larut dalam kesedihan terus ya Arga."

Tita memang segera mendekay dengan niatan menarik Mamanya yang terlihat seperti akan melakukan acara talk show eksklusif dengan sosok dokter itu selama dua jam ke depan. "Ma! Ayok pulang, Tita udah laper nih."

Tapi apa yang Tita dapati justru sebuah cubitan di bahu dari Mamanya. "Aduduuh, Mama kenapa malah cubit-cubit Tita sih?"

"Gak sopan kamu. Mama kan lagi ngobrol sama orang, gak liat?"

"Tita liat kok Ma, tapi kasian tuh Pak dokternya, udah mana acara tunangannya baru aja batal, terus Mama malah pake bahas lagi."

Tita melihat Bu Endang, alias kanjeng ratu, alias Mamanya itu terlihat cepat-cepat menutup mulutnya dengan telapak tangan, "astaga, Maaf ya Nak Arga! Beneran deh, Tante gak maksud untuk--"

TitaniumWhere stories live. Discover now