2

3K 235 6
                                    

"Syuting video klipnya di Bandung ya Tita?"

Tita mengangguk pada perempuan paruh baya yang begitu ia dan Dokter ngenes itu datang tadi, sudah berada di rumah bersama-sama dengan Mamanya. "Iya Tante, di Bandung tiga hari lagi."

"Emang itu grup band apa sih Ta? sampe kamu sesenang ini?" Kali ini Mamanya sendiri yang bertanya pada Tita.

"Kalau Tita sebut nama bandnya, Mama juga pasti gak tau. Tapi ini band lagi terkenal banget di kalangan anak muda Ma, lumayan juga buat naikin nama Tita di dunia modeling nanti."

Tita sedang mengalihkan tatapannya ke arah laki-laki yang sejak tadi hanya sibuk memainkan ponselnya, dan ia cukup terkejut saat Dokter ngenes itu tiba-tiba balik menatapnya.

"Arga yang nemenin Tita ke Bandung tiga hari lagi mau?"

Tita tidak tau kepada siapa pertanyaan barusan ditujukan, tapi laki-laki itu terlihat mengalihkan pandangan kepada Bundanya untuk balik bertanya, "emang dianya mau?"

Oke, sekarang semua mata di ruang tamu berukuran tidak lebih dari lima kali lima meter ini sedang menatapinya. Tita menoleh pada Mamanya, matanya menyiratkan sebuah pertanyaan, 'apa cuma Tita doang yang gak tau apa-apa di sini?'

Mamanya yang menangkap sinyal yang terpancar dari mata Tita, buru-buru mewakili puterinya menanggapi pertanyaan itu, "Emangnya Nak Arga gak sibuk di rumah sakit?"

Tita tidak tau kenapa dadanya bisa terasa begitu dongkol saat si Dokter ngenes malah menjawab datar, "kebetulan tiga hari lagi saya free."

Dia ini beneran dokter bukan sih?!

Maksud Tita, dokter mana yang mau membuang-buang free day nya hanya untuk menemani perempuan yang tidak ia kenal pergi ke Bandung?

"Kalau gitu tante titip jagain Tita ya Nak Arga."

Tita membelalak, bisa-bisanya mamanya malah menyetujui semua kerandoman ini tanpa sama sekali menanyakan persetujuannya.

"Maksud Mama apaan sih?!" Tentu saja pertanyaan ini hanya bisa Tita luncurkan begitu sepasang Ibu dan anak laki-lakinya yang meresahkan itu sudah pergi dari kediaman mereka.

"Kalau ada kesempatan buat kamu untuk berumah tangga dengan calon yang mapan seperti nak Arga, kenapa enggak?"

"Ma! Tita kan udah bilang gak bakal nika--"

"Kamu harus nikah Tita." Ucapan Mamanya barusan ini memang simpel, tapi dilakukan dengan penuh penekanan yang bisa membungkam Tita sepenuhnya.

"Ma, please--"

"Lagian Mama bersyukur Arga mau nemenin kamu ke Bandung, dari pada kamu capek naik kereta dan pulang malem dari luar kota sendirian."

"Jangan-jangan dia itu cowok mesum! Dia sengaja mau nemenin Tita karena mau ngapa-ngapain Tita di jalan! Mama kok bisa percaya ke sembarang orang sih?"

"Dia laki-laki baik Tita."

"There are no good man in this world, ma. Dia pasti brengsek, mata keranjang, sampai tunangannya sendiri mutusin untu--"

"Emang Mama maksa kamu harus nikah sama dia? Kalau kalian kurang cocok dan gak nyambung, ya gak usah diterusin pendekatannya."

"Ma, laki-laki macho mana yang nyamperin cewek ditemenin sama Bundanya?"

"Karena bukan dia yang naksir kamu, tapi Bundanya."

"Hah?"

"Iya, jeng Rita udah sering merhatiin kamu dari dulu katanya, cuman dia emang mau ngehargain pilihan Arga aja. Sekarang setelah Arga batal nikah, beliau jadi mikir mungkin emang sudah takdirnya dia jadiin kamu mantu."

TitaniumWhere stories live. Discover now