7

1.8K 182 4
                                    


"Udah lama dateng Tante?" Rupanya Arga mendekat untuk beramah-tamah pada Mamanya. Tita menunduk, saat ini ia sedang berusaha membuat dirinya terlihat tak kasat mata.

"Barusan kok, Arga baru pulang dari rumah sakit ya?"

Apanya yang dari rumah sakit? orang dia abis malem mingguan sama mantannya!

"Iya Tante."

Iya katanya?!

Tita baru saja ingin pelan-pelan tapi pasti untuk mulai beranjak menjauh, tapi Mamanya tiba-tiba menahan lengannya. "Tante ajak Tita nih Ga, nanti tolong temenin dia ngobrol ya. Soalnya Tante bakal seringan ngobrol sama Mama kamu."

Arga hanya mengangguk sementara Tita tidak punya pilihan lain selain mengangkat wajahnya yang semula menunduk, ia menyapa Arga. "Hai dok! Sebenernya tadi kita udah ketemu kan? Dokter nyadar gak? Saya juga ada di restoran yang sama loh bareng dokter dan mantannya dok--"

Tita terperanjat kaget saat telapak tangan besar milik Arga itu tiba-tiba terasa menggenggam jemarinya. Situasi pasti tiba-tiba menjadi canggung karena melihat itu, Kanjeng Ratu terlihat terbatuk-batuk dan buru-buru pamit menjauh, meninggalkan hanya mereka berdua di pojok ruang tamu.

"Ini apa maksudnya nih dok, gandeng-gandeng gini?"

Arga kemudian melepas genggamannya itu begitu saja. "Kamu terlalu banyak bicara hal-hal yang gak perlu dibicarakan."

Mendengar jawaban seperti itu, Tita jadi mengerti kalau Arga tidak mau orang-orang tau kalau ia masih jalan dengan mantannya.

"Emangnya dokter gak takut bikin Mama saya jadi salah paham? Liat aja tuh, Kanjeng Ratu langsung melipir deketin Bundanya dokter gitu, pasti gosipnya udah yang macem-macem tuh mereka."

Arga tidak merespon karena saat itu bertepatan dengan acara ulang tahun yang sudah akan dimulai. Arka terlihat sudah bangun dan siap untuk tiup lilin.

Tita mengekor saja saat seusai acara tiup lilin dan potong kue, Arga mendekat pada Kynara untuk bertanya, "keluarga Bani gak datang?"

"Mama di Bandung dan Mbak Bela gak bisa datang karena ikut perjalanan bisnis Mas Sakha ke Singapore. Tapi Minggu depan rencananya mau ngumpul di Bandung dan rayain ulang tahun Arka lagi, Mas."

Arga mengangguk dan kini Tita mengamati Arga yang terlihat begitu santai saat mengambil alih bayi dari gendongan Kynara. Bahkan jemarinya itu terlihat lebih cakap menggendong anak bayi.

Menjadi pihak yang pasif dalam obrolan, Tita kali ini memberikan perhatiannya pada bayi perempuan yang sangat cantik itu. Seingatnya, mereka semua memanggil bayi itu dengan nama Asa tadi.

"Gak pengen cepet-cepet punya bayi juga Mas?" Tiba-tiba saja Bani ikut datang dang bergabung dengan obrolan mereka.

"Kalo anak bayi, saya sering lihat."

Tita mengangguk, ia baru ingat lagi kalau Arga adalah Dokter Ob.Gyn. Itulah mengapa Arga sangat handal soal menggendong bayi.

"Rasanya beda loh Mas kalo gendong anak sendiri. Ya gak Mbak Tita?"

"Hah?"

"Mas Arga susah buat diajak nikahnya ya Mbak? Gas terus aja Mbak. Gak perlu pake kode-kodean, gak mempan kalo ke sepasang adek-abang ini mah."

Bagaimana sih cara menjelaskan ke orang-orang kalau hubungannya dan Arga itu tidak seperti apa yang mereka semua bayangkan?

Tita bukannya tidak mau sama Arga (dia mau banget), tapi lama-lama risih juga jika ia terus membiarkan mereka salah paham. Arga juga tidak membantu sama sekali untuk bicara pada keluarganya.

TitaniumWhere stories live. Discover now