Aeris terjaga dari tidurnya saat merasakan pinggir ranjang melesak, pertanda ada seseorang yang terduduk di sisinya. Sebelum matanya terbuka sempurna, samar-samar ia melihat sosok Evan. Tidak ingin ketahuan telah bangun-terlebih, Aeris ingin tahu apa yang sedang lelaki itu rencanakan-ia pun terburu-buru memejamkan mata. Berpura-pura jika dirinya masih berkelana dalam mimpi.
Dalam pejaman matanya, Aeris merasakan tubuhnya menghangat. Tanpa gadis itu sadari, bed cover yang semula membungkus penuh tubuhnya sebelum tidur, telah tersibak asal hingga membuat dinginnya udara mampu menelusuk dan membuat Aeris menggigil jika dibiarkan.
Gerakan Evan begitu lembut dalam membenarkan letak selimut gadis itu seolah tidak ingin mengusik Aeris sedikit pun. Kini tubuh Aeris telah terlindung secara sempurna dengan lapisan kain tebal itu kembali. Tapi tanpa Evan sadari, ulah sederhananya barusan sanggup membuat hati Aeris bereaksi aneh. Bukannya membuat Aeris ingin melanjutkan tidurnya, lelaki itu justru mengubah niatan Aeris dalam sekejap.
Tidak lama kemudian Aeris merasakan Evan tidak lagi di sampingnya. Lelaki itu melangkah ke arah tirai dan membuka lembaran tebal nan halus tersebut cukup lebar. Meskipun matahari masih malu-malu memunculkan jati dirinya pada dunia, setidaknya cahaya yang masuk ke dalam kamar Aeris semakin banyak.
Evan sengaja memilih tindakan tersebut alih-alih menyalakan lampu kamar Aeris. Ia tidak ingin cahaya yang begitu terang membuat sepasang kelopak yang lembut dan dihiasi bulu mata lentik tersebut tidak mampu menoleransi silau yang tiba-tiba sehingga berakibat membangunkannya.
Lelaki itu melirik jam dinding di kamar Aeris dan menghela napas. Sudah pukul 06.10 yang artinya, harusnya anak-anak sudah pada bangun, tapi Evan tidak tega membangunkannya. Bahkan Nathan-yang terbiasa bangun lebih awal pun tampak masih enggan menunjukkan tanda-tanda kehidupan di dalam kamar pemuda itu.
Sepertinya cuaca buruk seperti ini membuat mereka jadi lebih setia pada Kasur masing-masing. Sanggupkah Evan membuyarkan mimpi-mimpi yang masih berputar?
Jawabannya, tidak.
Evan menghela napas sembari melangkah mantap, keluar dari kamar Aeris dan memutuskan untuk menyiapkan sarapan terlebih dahulu. Biarlah mereka free hari ini. Urusan kuliah triplets serta sekolah Nathan, biar Evan yang tanggung jawab pada Ben.
Dengan ponselnya, Evan pun bergegas mengetik pesan singkat pada Ben. Ia tidak ingin menunggu nanti-nanti dan membuat segalanya menjadi rumit.
Evan:
Pagi, Pak.
Saya mau laporan kalau cuaca lagi buruk.
Sepertinya Ben adalah morning person seperti dirinya, karena Evan tidak perlu menunggu lama akan balasan pria itu untuk pesannya.
Ben:
Saya masih satu kota sama kamu.
Ada apa?
Evan:
Right.
Hari ini mereka saya biarin nggak ngampus dan sekolah.
Ben:
Ok.
Besok kalau masih begini cuacanya, tolong izinkan lagi ke dosen triplets dan guru Nathan.
Evan:
Pasti.
Baru Evan akan meletakkan ponselnya dan mulai membuatkan sarapan di dapur, pesan Ben kembali mengalihkan perhatiannya.
Ben:
Ah, iya saya lupa bilang.
Besok saya dan istri akan keluar kota selama beberapa hari.

YOU ARE READING
The Triplets and Nathan! [✓]
RomanceSequel of "Beauty and the Boss!" Sebuah apartemen dengan keempat penghuni yang bertolak belakang. Ini adalah kisah tentang anak-anak dari Benara Wijaya dan Aluna Sarasita. Tentang mereka yang memiliki cerita berbeda serta unik. Nathaniel dengan gadi...