05 | Prince and the Ugly Duckling

14.5K 2.8K 384
                                    

Aeros tidak menyerah. Demi mendapatkan kontak pujaan hatinya, pemuda sangar itu mendadak mengubah sikapnya 180 derajat di hadapan Nathan.

Seperti saat ini.

Nathan, yang kecewa karena seluruh meja kantin penuh, mengembuskan napas lantas berbalik badan. Berniat untuk menyantap makanan yang dibelinya di tempat lain atau mungkin di kelas saja sekalian.

Namun, belum ia sempat mengambil beberapa langkah berlalu, antek-antek Aeros segera mengusir kelompok yang menguasai salah satu meja dan menuntun Nathan duduk di sana.

"Makan yang banyak biar sehat," ucap Yoga seraya menepuk punggung Nathan, sok akrab.

Aeros yang memang sudah duduk di hadapan Nathan pun mengedikkan dagu pada para pengikutnya sebagai bentuk pengusiran. Ia sedang ingin berbicara empat mata dengan Nathan mengenai Natashanya.

"Than..."

Nathan langsung berdecak. "Gue nggak bisa ngasih nomor orang sembarangan," balasnya segera, seolah bisa membaca isi kepala Aeros.

Seraya menopang dagu, Aeros menyunggingkan senyum manis. "Dia suka cowok yang kayak gimana emang?"

Nathan mengangkat bahu. "Kak Tasha nggak pernah cerita soal cowok."

"For real, Bro?" Kedua mata Aeros kontan berbinar. "Wah, gokil! Gue cowok pertama buat dia dong?"

"Ros, lo sakit."

Alih-alih menggeleng, Aeros justru mengangguk. "Iya, makanya gue butuh obatnya." Kemudian ia mengerling jahil pada Nathan. "Kak Tasha."

Tawa menggelegar Aeros sontak membuat Nathan malu karena otomatis menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin. Terlebih, karena fakta bahwa Nathan dan Aeros yang selama ini menguarkan aura permusuhan yang kental, terlihat duduk semeja seakan keduanya merupakan sahabat karib.

Kak Tasha...

Sebuah ide lantas terlintas di benak Nathan. "Dia lebih tua dari lo," ujarnya cepat. Terlalu cepat sampai tawa serta senyum Aeros mendadak hilang.

Nathan pikir, fakta itu berhasil melunturkan perasaan Aeros. Tapi ternyata tidak.

"Lo pikir gue dongo, Than? Jelas aja dia lebih tua dari lo. Namanya juga kakak." Aeros mencondongkan badannya. Menatap Nathan dengan sebelah alis terangkat. "Lo lagi berusaha bikin hilang feeling sama Tasha ya?"

Aeros terkekeh saat Nathan menghela napas, membenarkan dugaannya. "Di sini, udah permanen," lanjut Aeros sambil menunjuk dadanya. "Lagian, usia gue nggak jauh banget dari Tasha. Gue tahu, lo lebih muda dari gue karena pernah akselerasi dua kali, SD sama SMP. Terus gue juga pernah nggak naik kelas pas SMP. Jadi, gue masih cocok banget buat jadi kandidat kakak ipar lo."

Nathan mendengus tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengar. Bagaimana mungkin Aeros justru memaikan kerah seragamnya ketika mengumumkan kegagalannya?

Mendapati ekspresi ngeri di wajah Nathan, Aeros segera meralatnya. "Eits, lo jangan mikir kakak ipar lo ini bodoh ya. Gue nggak gitu, cuma males aja. Sama bosan sih."

"Bosan?"

Aeros mengangguk mantap. "Bosan naik terus. Kali-kali pengin turun kelas waktu itu."

Mau tidak mau, Nathan tertawa mendengar pengakuannya yang ajaib. Reaksi tersebut pun ikut membuat Aeros senang karena secara tidak langsung bisa menghibur calon adik iparnya di masa depan.

"Sesuka itu lo sama kakak gue?"

Punggung Aeros kontan menegap saat pertanyaan tersebut dilontarkan. "Ya," balasnya, tegas.

The Triplets and Nathan! [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora