23 | Cinderella and the Pauper

8.1K 1.6K 161
                                    

Ada yang kangen?

Enjoy!

___

Usai mendapat penanganan, Kanta terduduk di kursi yang memang tersedia di samping ranjang. Laura yang tahu bahwa Kanta hendak menemani gadis itu pun semakin merasa bersalah. Tanpa sadar, Laura menggigit bibirnya yang terasa sedikit mengering.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kondisi Laura saat ini. Beruntung ia terhindari dari cidera dan hanya memperoleh luka yang-pssst!-sangat ringan di pergelangan kakinya.

"Jangan digigit, nanti berdarah."

Ucapan Kanta sama sekali tidak membuat Laura tenang. Justru sebaliknya! Mau tidak mau, demi kedamaian dan ketentraman batinnya, Laura mengakui kesalahannya.

"G-gue mau minta sorry."

Kanta menelengkan kepala, menatap Laura bingung. "Minta sorry?" Kemudian laki-laki itu terkekeh. "Maksud kamu, minta maaf?"

"Konsep 'maaf' dalam kamus gue terlalu serius."

"Jadi, permintaan tadi cuma bercanda?"

Kalah, Laura pun mengerang kecil. "Pokoknya sorry deh!"

"Iya, iya. Ya udah iya," balas Kanta, mengalah. "Tapi emang kamu salah apa sama aku, Laura?"

Laura memicingkan mata sejenak. Dengan kedua tangan bersedekap dan punggung yang bersandar pada kepala brankar, pandangan gadis itu berkelana ke sana kemari, menghindari kedua mata teduh Kanta yang semakin membuat Laura dihantui rasa bersalah. "Gue tahu rencana Daniel."

"Hmm?"

Mendapati Kanta hanya bergumam, meminta penjelasan lebih, Laura mendesah kesal. "Ish! Masa lo nggak paham?"

Kanta hanya menggeleng, merespons apa adanya.

"Gue pengin lo ngundurin diri dari Theatre dengan ngebiarin Daniel bikin lo nggak nyaman." Suara Laura perlahan mengecil seiring ia berucap. "Gue pikir, itu bakal berhasil. Nggak tahunya, malah gue yang kena karma."

"Oh, begitu ya."

Kening Laura mengernyit saat Kanta tidak menunjukkan raut kekesalan sama sekali. "Lo nggak marah?"

"Untuk apa?"

"Ya, karena gue udah berusaha nyingkirin lo?" Laura meragu. Bahunya lantas merosot. "Gue jadi malu sama Nita. Peran dia jadi kakak tirinya Cinderella, tapi di real life baik banget sama lo."

"Seenggaknya kamu berani minta maaf sekalipun itu hal sepele," ucap Kanta, secara tidak langsung menyindir Nita yang membuatnya diam-diam kecewa karena gadis itu sama sekali tidak berusaha mengejar Laura untuk mengakui kesalahan atau menyesali perbuatannya.

"Nita begitu karena ngebela lo. Gue rasa bukan salah dia juga. Ini pelajaran buat gue aja."

Entah mengapa Kanta tersenyum mendengar kalimat Laura. "Kamu tuh kayak Oreo ya?"

Sewot, Laura mengerling tajam. "Maksudnya apa?"

"Ada pahitnya, ada manisnya." Kanta tertawa renyah. "Aku suka Oreo. Semua orang suka Oreo kayaknya."

Laura mengerjap-ngerjap. "Gue nggak suka. Yang suka Oreo itu saudara gue, Natasha. Tapi Oreo Supreme biasanya."

"Wah! Yang mahal itu?" Kedua mata Kanta membundar, antusias. "Pasti enak banget ya?"

"Nggak. Rasanya kayak kaus kaki."

Kanta tergelak dibuatnya. "Kamu ini ada-ada aja. Emang pernah makan kaus kaki?"

The Triplets and Nathan! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang