20 | Cinderella and the Pauper

8.8K 1.6K 178
                                    

Vote dan komennya dulu dong buat Laura :( Satuuu aja. Bukan buat aku. Kasihan banget dia huhu

Enjoy!

___

Sepasang kaki Laura terentak-entak kesal begitu langkahnya telah terhenti. Ia telah menjauh dari aula. Menghindari kerumunan. Berniat menenangkan diri tanpa terusik siapa pun. Tapi entah mengapa ia kini merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.

Benar saja. Kedua mata gadis itu terbeliak tatkala dirinya berbalik badan dan mendapati sosok menjulang yang paling ia hindari untuk saat ini.

"Ngapain lo ngikutin gue?!" ketus Laura terhadap Kanta yang menciptakan jarak cukup jauh di antaranya.

"Kamu marah sama aku?" tanya Kanta dengan kedua tangan sedikit terkepal, memegang erat-erat kedua tali ranselnya. "Aku salah apa, Laura? Aku pikir kemarin kita udah jadi teman?"

Laura mendengus. "Males gue temenan sama orang yang culas kayak lo."

"Culas?"

"Lo masih nggak paham, huh?" Laura mendekat seraya bersedekap. Mendongak, menatap Kanta yang tidak berpindah posisi sedikit pun. Bahkan hingga aura kebencian yang Laura keluarkan utuh padanya, sepasang kaki laki-laki itu masih terpancang kuat. "Lo nyari-nyari kesempatan buat bantu gue biar lo dapat posisi bagus di teater, kan? Lo pura-pura baik sama gue kemarin biar lo populer. Ngaku lo!"

Belum sempat Kanta membuka mulut, Laura kembali mendelik dan menyela, "Oh, atau jangan-jangan, lo yang sengaja ngambil sepatu gue?! Biar lo ada alasan buat nolong dan dekatin gue. Iya?!" tuduh Laura, memekik di akhir kalimat.

Alih-alih tersinggung, Kanta justru tersenyum seraya menggeleng pelan. Sangat santai menghadapi Laura. Ralat, terlalu santai hingga Laura menyangka bila laki-laki itu tengah menyepelekannya. "Aku emang orang yang nggak punya, Laura. Tapi mencuri sama sekali nggak pernah aku lakuin. Dosa."

"Halah!" Laura menepis udara, seolah ucapan Kanta barusan bisa ia usir sekaligus. "Maling mana ada yang mau ngaku."

"Kamu mau ke rumah aku?"

Terkejut, Laura berjengit. "What?"

"Aku mau tunjukin ke kamu kalau di sana nggak ada sepatu kamu." Kanta mengangkat bahunya. "Aku bahkan nggak tahu sepatu kamu gimana."

"Bohong! Kalaupun nggak ada, pasti udah lo jual tuh sepatu. Lo pakai uangnya buat bergaya. Secara, outfit lo murahan," ujar Laura, pedas. Kemudian gadis itu langsung mengerjap dan meringis seraya berbisik, "Sorry."

Lagi-lagi, Laura dibuat takjub dengan ekspresi Kanta yang sama sekali tidak berubah. Kedua mata teduh itu tetap menatapnya dengan hangat. Bibirnya yang agak kering tapi cukup berwarna itu selalu menyunggingkan senyum seolah Laura akan musnah dari hadapannya bila ia cemberut.

Tuk!

"Ahh!"

Laura lantas mengusap-usap keningnya saat jemari panjang Kanta menyentil dahi gadis itu. "Apaan sih!"

Aneh. Dibentak begitu, Kanta justru terkekeh. "Kamu ini, galak banget. Pikirannya juga aneh-aneh. Apa yang anak-anak bilang soal keahlian kamu itu benar?"

"Lo ngeraguin gue?!"

Seumur-umur, tidak pernah ada yang skeptis dengan kemampuannya dalam memainkan drama. Baru Natasha, dan Kanta. Tapi bedanya, kalau Natasha hanya karena ingin meledeknya, ucapan Kanta benar-benar terdengar seperti makna secara harfiah.

"Soalnya, kan, Princess baik. Itulah kenapa hidupnya selalu happy ending."

"Gue baik!" Laura mengibas rambutnya dengan dagu terangkat. "Lo aja yang nggak kenal gue secara dalam!"

The Triplets and Nathan! [✓]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon