Maaf baru lanjut, kemarin mau post tapi mendadak sakit karena tamu bulanan datang. Tapi tetap aku tulis biar tinggal upload hari ini.
Jadi, hargai dengan ramaikan chapter ini yaaa. Mohon maklum juga kalau ada typo, dsb. Belum sempat edit huhu. Pegal semua sekujur tubuh bagian bawah. Kayak abis bangun rumah...
Rumah tangga sama Ben.
Alright, enjoy!
___
Aeros mendatangi kelas Nathan dengan cengiran lebar di wajahnya. Calon adik iparnya tersebut tidak ada di kantin saat istirahat pertama ini, maka ia pun berinisiatif untuk datang langsung ke tempat di mana Nathan pasti berada.
Dan benar saja.
"Than," panggil Aeros seraya melangkah menghampiri. Hanya cukup melakukan isyarat pengusiran, Aeros berhasil menguasai tempat milik murid yang duduk di depan Nathan tanpa perlu bersusah payah. "Chat gue dibalas sama Tasha semalam! Dia ngata-ngatain gue dong hehehe," lapornya usai duduk menghadap Nathan tanpa memutar posisi kursinya. Cowok itu duduk seolah tengah menunggangi kuda.
Nathan tidak merespons. Dengan kedua tangan terlipat di atas meja sebagai alasnya, kepala berambut tebal itu tergeletak lunglai.
Senyum lima jari Aeros lantas menguap mendapati Nathan yang lesu. "Than? Lo kenapa? Kok lesu?"
Nathan hanya menggeleng tanpa berniat menunjukkan wajahnya pada Aeros. Hal tersebut pun membuat Aeros diam-diam mengabadikannya dalam ponsel, lantas mengirim foto itu pada Natasha.
"Lo sakit? Mau gue panggil Putri biar siuman?" Aeros menawarkan begitu ia telah menyimpan kembali iPhone-nya dalam saku seragam.
Mendengar nama itu membuat kepala Nathan terangkat. Perhatian Nathan kini tertuju pada Aeros. Namun, ada yang aneh. Wajah Nathan begitu datar. Bahkan tatapannya tidak menunjukkan kilat emosi sama sekali. Ya, minimal ada binar-binar gitu nggak sih? Seperti yang kedua mata Aeros perlihatkan kalau sedang mengamati foto profil Natasha.
"Pergi, Ros."
Aeros berdecak saat kalimat pertama yang keluar dari Nathan jauh dari kata ramah. "Diusir mulu gue. Berasa jadi tikus!"
"Please," pinta Nathan, lirih.
Permohonan itu membuat kening Aeros mengernyit. Anjir, kenapa nih? Batin Aeros, menerka-nerka. Mungkinkah Putri biang dari sikap Nathan saat ini? Tapi memang apa yang Putri lakukan?
"Oke," jawab Aeros sebelum akhirnya bangkit dan berlalu dari kelas Nathan.
Melihat kepergian Aeros, Nathan justru menautkan kedua alis tebalnya. Heran karena Aeros tidak berusaha menolak pengusirannya. Meski begitu, Nathan hanya mengangkat bahu dan kembali ke posisi sebelumnya dengan sepasang mata memicing. Berharap kegelapan yang tampak, turut meleburkan bayang-bayang Putri dalam gulita.
***
"Hai, Put."
Putri tersenyum manis. Itu adalah sapaan yang entah sudah ke berapa kalinya. Dan Putri menyukai hal tersebut.
Selain karena penampilannya yang berubah-menjadi lebih baik bagi dunia serta pandangannya sendiri tentu saja, Putri juga sudah mulai menunjukkan "siapa" sosok di balik Nona T. Semua itu lantas membuat mereka yang kerap mendengarkan siaran Aga terkejut dan terkagum-kagum.
Tidak ada lagi the Ugly Duckling. Putri yang dulu seolah telah gugur tanpa sisa di ingatan seluruh orang yang mengenalnya dengan predikat buruk. Namun, tentu saja tidak dengan sosok yang justru lebih menyukai Putri sebelumnya.
Langkah Putri yang tengah meniti tangga sekolah langsung terhenti begitu sosok Nathan terlintas dalam benak. Tidak, kilah batinnya. Tidak ada Putri yang sebelumnya. Inilah ia yang sesungguhnya. Putri yang dulu terlihat apa adanya dan lemah karena dirinya belum mengeluarkan pesona serta kelebihan dalam dirinya saja.
Gadis itu memanggut-manggut samar akan pemikirannya.
Mungkin ia salah karena telah menyakiti Nathan. Tapi jika orang lain berada di posisinya, pemuda tersebutlah penghalang dalam jalan hidup Putri.
"Ehem, sori ganggu. Tapi nggak baik ngelamun di tangga."
Dehaman tersebut membuat Putri menoleh dari balik bahunya. Mendapati Aeros yang berdiri di anak tangga paling bawah sehingga membuat tingginya terliat lebih rendah dari Putri. "Kam-maksud ak-gue, lo juga di tangga."
Aeros tersenyum. "Kamu aku aja nggak apa-apa. Gue nggak baperan kayak Nathan kok."
Nama itu membuat punggung Putri menegang. Posisinya yang masih membelakangi Aeros pun membuat lelaki itu bisa melihat jelas reaksi Putri yang kurang lebih sama dengan Nathan.
"Kalian marahan?"
Putri langsung memutar tubuh. Menghadap Aeros sepenuhnya. "Bukan urusan kamu," tukas gadis itu.
"Bukan urusan gue tapi malah balik badan, bukannya langsung pergi." Aeros menampilkan seringai. "Gue bukan Nathan yang mentingin kenyamanan lo, Put. Gue nggak segan buat ngedesak."
"Mau kamu apa?" tanya Putri dengan jantung berdebar. Jujur saja, ia takut.
Lelaki itu bersedekap seraya meminggirkan posisinya. Menyandarkan pinggulnya pada pegangan tangga tanpa melepaskan kedua matanya dari sosok Putri di atas. "Mau tanya doang, kalian lagi berantem?"
Ingin Aeros segera enyah dari hadapannya, Putri tidak berpikir dua kali untuk mengangguk. Akan tetapi, bukannya puas, Aeros justru semakin tergelitik untuk mengulik lebih dalam.
"Kenapa?" tanya lelaki itu, penasaran.
"Udah nggak cocok."
"Nggak cocok?"
Tepat saat itu, sekelompok siswi beranggotakan tiga orang pun muncul. Meniti tangga yang mereka tengah kuasai.
Aeros melihat dengan jelas bagaimana Putri tersenyum sangat manis saat ketiga gadis itu menyapanya ramah. Yang terpenting, terdapat binar bahagia di balik kedua mata Putri.
"Oh, gue paham." Suara Aeros kembali membunuh kesunyian di antara mereka begitu kelompok "iklan" tadi sudah berlalu. "Lo senang sama diri lo yang sekarang ya, Put?"
Putri mengerjap-ngerjap. "Ini aku. Aku nggak berubah."
Bibir Aeros mencebik, seolah mengejek Putri. "Kalau yang sekarang asli, berarti yang kemarin-kemarin fake?"
"Aku nggak mau ribut, Aeros."
"Lo pikir gue iya?" Aeros berdalih. "Gue cuma pengin ngingatin kali, Put."
"Soal apa?"
"Gue ada di pihak Nathan. Dan semua orang di sini, ada di pihak gue."
Putri menelan ludah. "Kamu ngancam aku?"
"Emang iya?" Aeros terkekeh. "Sori deh. Tapi kalaupun benar, lo mau ngadu ke siapa? Nggak ada yang bela lo se-"
"Aeros!"
Baik Aeros maupun Putri pun terkejut mendapati sosok Nathan yang telah berdiri di belakang Aeros.
<3<3<3
Chapter 14 udah ready. 50+ komen, baru aku post yaaa~

YOU ARE READING
The Triplets and Nathan! [✓]
RomanceSequel of "Beauty and the Boss!" Sebuah apartemen dengan keempat penghuni yang bertolak belakang. Ini adalah kisah tentang anak-anak dari Benara Wijaya dan Aluna Sarasita. Tentang mereka yang memiliki cerita berbeda serta unik. Nathaniel dengan gadi...