14. (Bukan) Kencan

2.1K 279 239
                                    

Soraya membongkar seluruh isi almari. Kamar kecilnya dipenuhi dengan baju-baju berserakan. Walaupun Soraya bukan tipe yang mempunyai prinsip penampilan di atas segalanya, terlebih dia hanya mempunyai beberapa baju bagus, tetapi jika untuk pergi Soraya masih seperti wanita pada umumnya.

Bingung memilih baju yang akan dipakai.

Soraya tidak tahu Brama akan mengajaknya ke mana. Dia pun gusar memilih baju apa yang tepat dikenakan malam ini.

Raya, ini di ajak mas bos jalan aja, loh. Kenapa kamu sampai bingung gini? Toh bajumu ini-ini aja.

Soraya menepuk dahinya pelan. Sungguh aneh jika dia memusingkan penampilan sedangkan Brama saja Soraya tidak tahu sedang kebingungan milih baju atau tidak. Akhirnya, perempuan itu mengambil kemeja kotak-kotak warna merah tanpa kancing yang di dalamnya dia pakaikan kaos putih dan bawahan celana denim panjang. 

Soraya beranjak ke depan cermin. Membubuhkan sedikit bedak bayi dan lipbalm pada bibir. Rambut hitamnya dia ikat kuda yang menyisakan anak poni di sekitar dahi. Gadis itu tersenyum, penampilannya tidak terlalu berlebihan dan kasual.

Setelah menyampirkan tas di pundak kiri. Soraya menutup pintu kamar dan berjalan ke depan. Dahayu sudah terlelap dan malam ini Bi Ida yang menjaga membuat Soraya tenang meninggalkan oma.

Ketika kaki Soraya tiba di ruang tamu, matanya sontak melebar melihat Brama di sana. Laki-laki itu mengenakan kemeja kotak-kotak juga berwarna senada dengan kemeja yang dia kenakan. Lengannya digulung hingga siku dan bawahan celana denim hitam panjang.

Subhanallah ....

Soraya berjalan canggung saat tahu mereka seperti mengenakan seragam. Dia berdiri di depan laki-laki itu seraya memasang senyum ganjil.

"Sudah siap?"

Soraya mengangguk. Kemudian dirasakannya jantung berdebar saat Brama mengamati penampilannya sembari memulas senyum simpul.

"Ayo."

Mereka berjalan keluar dari rumah menuju garasi. Soraya mengernyitkan dahinya ketika Brama mulai memakai helm.

"Saya sudah lama tidak menggunakan Jack. Malam ini kita naik motor, ya."

Soraya menerima uluran helm dari Brama. Dia mengenakan sembari bertanya, "Jack siapa, Mas Bos?"

"Ini."

Soraya mengikuti arah pandang tangan Brama. Sebuah motor vulcan s hitam dengan dua jok pendek tampak berdiri gagah. Bagian motor yang masih berkilau dan terawat membuat semakin terlihat menawan. Ditambah Brama yang mulai menduduki jok depan turut menguarkan kemaskulinan.

"Gaji pertama, saya beli motor ini."

Soraya mendengarkan cerita Brama sambil menaiki motor. Brama membantu dengan memberikan bahunya untuk memudahkan Soraya memosisikan diri.

"Terus kenapa jarang dipakai? Saya nggak pernah lihat ada di rumah."

Brama tersenyum tipis. Mengarahkan spion kaca kepada Soraya sehingga mereka bisa berkontak dengan perantara kaca. "Karena tidak ada yang duduk di belakang."

Soraya menyembunyikan wajah di belakang punggung Brama. Entah kenapa pipinya memanas. Kemudian gadis itu merasakan deru motor dihidupkan, tetapi setelah satu menit motor belum kunjung melaju.

"Pegangan kalau gak mau jatuh."

Soraya mencengkeram sisi kiri dan kanan kemeja Brama. "Sudah."

Terdengar Brama berdecak. Dia menarik kedua tangan Soraya yang berada di pinggangnya untuk ditautkan ke depan perut. "Saya tidak mau tanggung jawab jika kamu kenapa-napa."

After She's GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang