11 - Kedekatan

142 22 3
                                    

Di kelas terasa ada yang kurang bagi Rezky setelah ia tersadar beberapa hari ini ia tak kunjung melihat lelaki yang sering bercanda gurau dengannya. Bangku yang biasa orang itu duduki sekarang kosong hanya sisa teman sebangkunya seorang, yang menduduki sepasang meja dan kursi itu.

Rezky bangkit dari tempat duduknya, mengambil langkah menuju ke arah meja Rafa guna menanyakan alasan saudaranya yang absen terus menerus.

"Raf, lo saudaranya Iqbal kan?" ujarnya memulai percakapan

"Iya, emang kenapa?"

"Iqbal akhir-akhir ini keliatan ngga pernah masuk?" Rezky tak sabar menunggu jawaban dari orang di depannya.

"Iqbal sakit?" sambungnya.

"Belum tahu? Iqbal pindah sekolah," jelasnya terang-terangan. Rezky sempat syok ringan mendengarnya padahal ia baru saja bertemu dengan si Iqbal hanya kurun waktu kurang lebih seminggu.

"Pindah? Kok bisa? Kemana? Dan kenapa?" tanyanya beruntun membuat Rafa bingung ingin menjawab pertanyaan mana lebih dulu.

"Jadi gini Iqbal pindah ke Bali. Dia di jemput sama bundanya," singkat Rafa tapi sangat jelas bagi Rezky.

Ia ingat sewaktu Varo bilang padanya bahwa Iqbal dan Rafa bersaudara satu ayah namun beda ibu. Jadi, kemungkinan si Iqbal kembali bersama ibu kandungnya dan tinggal bersama.

"Tenang aja, tar Iqbal pasti berkunjung kok. Tapi gatau kapan hehe," titah Rafa. Rezky tersenyjm lalu mengagguk.

"Ke kantin yok." Ajak Rafa semangat 45 mungkin ia kelaparan karena pelajaran yang tak kunjung selesai tadi.  Varo juga telah berdiri disebelah mereka.

"Lo pergi duluan aja sama Varo. Gue ada urusan bentar nanti gue susul," ujar Rezky langsung menuju ke arah pintu meninggalkan Rafa dan Varo yang masih saling tatap menatap bingung.

"Mau kema.."

Baru saja Rafa ingin mengeluarkan kalimatnya namun orang yang ia tanyai sudah menghilang dari balik pintu kelas,

"Yaudah yok. Biarin palingan ada perlu"

Varo menggandeng tangan Rafa keluar kelas menuju ke tempat tujuan mereka, apa lagi kalau bukan kiosnya sekolah.

**

Rezky mengelilingi lingkungan sekolah mencari keberadaan sosok orang yang ia namai 'penguntit' alias Zainudin.

Pertama, ia mencarinya di kelasnya namun tak menemukan si bongsor itu jadi mengharuskannya untuk mencari ke segala penjuru sekolah.

Ia berulang kali menanyakan kepada siswa-siswi yang ia temui di setiap langkahnya namun tak ada jawaban yang ia dapat melainkan gunjingan, entah apa maksud mereka.

"Cuih anak baru nyari Zain princenya sekolah mentang-mentang cantik. Eh nggak juga deh masih cantikan gue ya nggak? Haha ya dong!"

Gunjing para siswi-siswi dengan beberapa gerombolannya tak suka dengan tingkah orang yang menanyai mereka barusan.

Semua yang mereka katakan di dengar oleh seseorang dibalik dinding lab komputer,

'Rezky dekat dengan Zain?!'

Setelah mendengar semua percakapan itu ia bergegas menuju orang yang dimaksud.

Ia mengeraskan rahangnya setelah mengetahui bahwa Rezky ternyata dekat dengan orang yang memusuhinya.

Rezky bertanya pada sosok siswi berkacamata yang baru turun dari tangga ruangan atas, ia menatap sekilas name tag orang di depannya.

"Hai Andhini, lu liat Zain anak kelas XI A2?" tanya nya agak canggung sambil memegang lembut lengan orang yang lebih tinggi darinya itu

REZZA | ENDWhere stories live. Discover now